Alvin Mirip Dani

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Pagi hari yang masih begitu menyegarkan ini, ibu muda dengan perasaan bahagianya nampaknya begitu bersemangat memanjakan bayi kecilnya.

Ya, pada pagi ini, Nadira telah selesai memandikan si mungil Alvin. Bayi yang sudah tiga hari Nadira rawat itu, tubuh mungilnya kini telah begitu sangat harum sehingga membuat Nadira sendiri ingin menciumi Alvin.

Meski baru tiga hari gadis remaja itu merawat seorang bayi dengan bantuan kedua asistennya, ternyata telah berhasil membuat Nadira bisa merawat Alvin dengan mandiri, meski kemandirian nya itu baru bisa Nadira lakukan di hari ketiganya.

Nadira begitu senang, karena dengan kehadiran Alvin dalam kesehariannya, membuat gadis muda itu tidak merasa kesepian dan seolah memiliki sebuah hiburan menyenangkan yang tak ada duanya.

Cup... cup... cup... Nadira menciumi wajah mungil dan kedua tangan mungil Alvin.

" Anak bunda wangi sekali, ingin bunda cium - cium terus deh cup... cup... ". Gumam Dira dengan menciumi wajah mungil Alvin.

" Tampannya anak bunda ini, sudah pakai bedak wangi, baju baru, emm... semuanya sudah lengkap... ya sudah kalau begitu, kita ke ruang tengah yuk sayang, kita main - main di sana ". Ajak Dira dengan senyumannya, lalu gadis remaja itu pun dengan perlahan mulai membawa tubuh mungil putranya itu dalam dekapannya.

Tak lupa dua botol minuman susu telah Dira siapakan sebelum sepasang kaki jenjangnya itu melangkah keluar dari dalam kamar. Dengan perasaannya yang masih bahagia, Dira terus menciumi wajah mungil Alvin, hingga baru saat dirinya sampai di dekat pintu...

Tok... tok... tok...

" Nak Dira, bi Asih mau masuk ". Seru bi Asih dari luar pintu kamarnya.

Nadira pun langsung membuka pintu kkamarnya itu, dan nampaklah bi Asih dengan nampan di kedua tangannya yang sudah berisi makanan.

" Loh nak Dira, Alvin sudah dimandikan? ". Tanya bi Asih heran, pasalnya selain untuk mengantar sarapan untuk Nadira, bi Asih juga ingin membantu memandikan Alvin.

" Iya bi, baru tadi selesai mandinya... ini Alvin nya sudah wangi sekali, iya kan anak bunda? ". Sahut Dira dengan senyumannya.

" Waduuh, kalau begitu bibi sudah terlambat yang mau bantu ". Seru bi Asih dengan menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka akan teledor seperti ini.

" Hihi... bi Asih ini, santai saja lah bi, Dira sudah bisa kok merawat Alvin... ya sudah, kalau begitu, kita ke ruang tengah ya, Dira mau jaga Alvin di sana, sekaligus sarapan di sana juga ". Lanjut Dira pada akhirnya.

Lalu gadis remaja itupun kembali melanjutkan langkahnya dengan di ikuti oleh bi Asih yang setia mendampingi.

" Akhirnya sampai juga ". Seru Dira, lalu gadis remaja itupun meletakkan dua botol susu yang dibawanya tadi di meja yang ada di sana.

Dira memperhatikan kedua bola mata Alvin yang juga sedang menatapnya. Ini sudah yang kesekian kalinya Dira menatap wajah putranya itu.

Setiap kali menatapnya, wajah Alvin memang benar - benar sangat mirip dengan suaminya kak Dani, yang tidak sama adalah bentuk dari kedua kelopak mata Alvin, entah mirip siapa, namun selebihnya benar - benar sangat mirip dengan suaminya Dani.

Pernah terbesit dalam pikiran Dira, jika benarkah Alvin adalah anak dari teman kak Dani?, lalu mengapa wajahnya malah mirip dengan suaminya kak Dani?, entahlah, namun yang pasti, Dira tak ingin pikiran - pikiran buruk semacam itu terus menguasai pikirannya.

" Nak Dira, ayo sarapan dulu, biar nak Alvin bibi saja yang menggendongnya, ini sudah pukul tujuh lewat loh nak ". Seru bi Asih lagi, pasalnya sudah sekitar setengah jam nona nya itu melewatkan waktu sarapannya.

" Tidak perlu bi, biar Alvin letakkan di kasur karpetnya saja, iya Dira juga sudah mau makan ini ". Sahutnya lalu Dira pun meletakkan tubuh mungil putranya itu di atas karpet tebal nan empuk yang memang biasa Dira jadikan tempat bermain untuk dirinya dan juga putranya.

" Ya sudah nak, kalau begitu bibi mau lanjut ke dapur dulu ya, bibi mau bantu bi Ida melanjutkan pekerjaan di dapur ". Seru bi Asih pamit.

" Iya bi lanjutkan saja ". Sahut Dira.

Kini di ruangan santai itu, hanya ada Nadira dan juga si mungil Alvin. Bayi mungil yang sudah berumur sepuluh hari itu hanya memperhatikan bundanya yang ingin segera makan.

" Buda mau sarapan dulu ya sayang, Alvin yang tenang ya jangan rewel ". Seru Nadira dengan mengelus pipi mungil Alvin.

Nadira pun mulai memakan menu sarapannya dengan lahap. Sesekali ibu muda itu menatap pada putranya yang masih belum terlelap. Entahlah, hari ini Alvin tak seperti biasanya yang sering mudah terlelap di waktu - waktu pagi seperti ini.

Tak butuh waktu lama bagi seorang Nadira untuk menghabiskan sarapannya. Ia paham jika putranya Alvin sangat membutuhkan perhatian dan sikap manja dari dirinya, sehingga Nadira pun ingin segera sedera menyudahi sarapannya.

" Alhamdulillah, akhirnya bunda selesai juga makannya sayang, maaf ya Alvin sudah nunggu bunda ". Serunya.

Nadira yang sudah berstatus sebagai seorang ibu itu meski sebenarnya bukan benar - benar ibu kandung dari Alvin, tetap menyayangi bayi mungil itu layaknya anak kandungnya sendiri.

Terasa begitu singkat memang bagi seorang Nadira, apalagi masih gadis remaja tapi sudah menyayangi seorang anak yang sama sekali bukan dari darah dagingnya, namun itulah yang terjadi pada Dira, gadis remaja itu benar - benar telah jatuh hati dan menganggap Alvin sebagai putranya sendiri.

Nadira masih menemani putranya dengan bercanda ria, bahkan ibu muda itu sampai membuka dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya agar terlihat lucu sehingga putranya bisa tertawa, namun sayang, bukannya tertawa, Alvin malah terlihat kebingungan dengan tingkah ibunya.

" Aduuuh... kamu ini bagaimana sih Dira?, kan Alvin baru berumur sepuluh hari?, mana mau mengerti dia dengan bercandaan mu? ". Gumam Dira tak habis pikir dengan menepuk jidatnya sendiri.

Baru sesaat Nadira bercanda dengan anaknya, tiba - tiba saja Alvin menggeliat resah, bahkan wajah mungilnya nampak memerah, hingga...

" Oekk... oekk... oekk... ". Alvin menangis, nampaknya bayi mungil itu sedang kehausan, lebih tepatnya Alvin ingin segera minum susu karena bayi mungil itu ingin segera terlelap.

" Oekk... oekk... oekk... ".

" Aduh, anak bunda, kenapa sayang, Alvin haus?, Alvin mau tidur hemm?, baiklah kalau Alvin mau tidur bunda kasih minum susu dulu ya ". Seru Dira, lalu ia pun memberikan susu Alvin yang sudah ia sediakan tadi.

Dan ternyata benar, dalam seketika Alvin langsung terhenti dari isak tangisannya setelah Dira memberikannya susu.

" Kasihan, anak bunda ternyata ngantuk, tidur yang nyenyak ya sayang ". Seru Dira lembut dengan masih memegangi botol yang berisi susu yang diminum Alvin.

*****

Sore pun mulai menyapa. Setelah cukup lama menemani putra mungilnya yang terlelap, kini Nadira kembali menggendong putranya Alvin. Rupanya bayi mungil itu telah terbangun dari tidur lelapnya.

Dengan menikmati indahnya waktu sore, Nadira bersama sang putra Alvin sedang berada di depan teras rumahnya. Nadira melangkahkan sepasang kaki jenjangnya secara bolak balik karena ibu muda itu ingin membuat bayi mungilnya merasa nyaman dalam dekapan hangatnya.

" Alvin, di sini banyak bunga - bunga yang tumbuh bermekaran. Nanti kalau Alvin sudah besar bantu bunda untuk menyiram tanaman bunga - bunga itu ya ". Seru Dira dengan menatap wajah mungil Alvin yang juga menatapnya.

Alvin si bayi mungil itu diam saja mendengarkan seruan bundanya. Seolah mengerti, bayi mungil itu sampai mengedipkan kedua kelopak matanya yang menandakan jika dirinya mengerti akan ucapan bundanya.

Cup... cup...

" Bunda sayang kamu nak ". Seru Nadira dengan menciumi kening Alvin.

Nadira masih melanjutkan langkahnya agar putranya merasa nyaman dalam gendongannya, hingga tanpa sengaja Nadira mengarahkan pandangannya pada security nya om Dian yang nampaknya sedang berbicara dengan dua orang perempuan berhelm yang masih berada di motor mereka.

" Om Dian seperti bicara dengan orang yang aku kenal?... tunggu dulu, kenapa dua orang perempuan itu mirip Rika dan Fitri? ". Gumam Dira dengan terus memandangi tiga orang itu.

Lalu pemotor itupun masuk ke halaman rumah Dira. Mereka semakin dekat, hingga Dira benar - benar bisa mengenali siapa dua orang perempuan yang baru tiba itu.

" Dira ". Panggil Rika setelah membuka helmnya.

" Rika, Fitri ". Sahut Dira senang, ternyata memang benar, dua orang wanita itu adalah kedua sahabatnya.

" Assalamualaikum Dira ". Seru Rika, lalu dengan segala kerinduan nya Rika pun memeluk Dira, dan tak lama dari itupun Fitri juga ikut memeluk.

Fitri dengan Rika begitu sangat terharu setelah bertemu dengan sang sahabat yang sudah lebih dari sekitar dua bulan ini tidak mereka jumpai.

Hati ketiga wanita yang bersahabat itu menjadi menghangat disaat mereka telah melepas kerinduan yang telah lama ingin mereka salurkan. Akhirnya setelah cukup lama mereka bisa bertemu juga. Rasa kebahagiaan dan haru itulah yang mereka rasakan saat ini.

" Sudah - sudah, lepaskan, kalau seperti ini, aku dan anakku bisa sesak nafas tahu ". Seru Dira.

Reflek Rika dengan Fitri pun melepas pelukan itu. Rika dengan Fitri menjadi terngiang setelah mendengar kalimat terakhir Dira, dan sontak saja mereka berdua langsung menoleh ke arah bayi mungil yang berada dalam gendongan sang sahabat. Tadi Dira mengatakan anakku, jadi Nadira telah memiliki anak?.

" Dir, kamu sudah punya anak, kok bisa, pernikahanmu kan belum tiga bulan, tapi ini sudah punya anak?, bagaimana bisa? ". Tanya Rika yang sangat heran.

" Iya Dir, kok kamu malah sudah punya anak, memangnya kapan kamu hamil, kok tiba - tiba sudah ada anak begini? ". Timpal Fitri yang juga kebingungan dengan Dira.

Nadira hanya tersenyum melihat kebingungan kedua sahabatnya, wajar memang jika mereka terheran - heran.

" Pertanyaan kalian akan aku jawab di dalam, ayo sekarang masuk dulu ". Putus Dira pada akhirnya.

Dan ketiga gadis remaja itupun masuk juga. Nadira mempersilahkan kedua sahabatnya itu untuk duduk, karena dua pembantu di rumahnya sudah mendengar ada tamu dari nona Dira nya, mereka pun sudah mulai menyiapkan minuman segar serta beberapa cemilan untuk mereka.

" Selamat sore nona, silakan di minum dulu minuman dan cemilannya ". Seru bi Ida setelah tiga gelas minuman segar dengan cemilan itu.

" Terima kasih bi ". Sahut Dira, dan setelah itu bi Ida pun kembali undur diri menuju dapur.

" Kalian, dari mana tahu alamat rumahku, kan aku tak memberitahu sama sekali pada kalian? ". Ucap Dira, karena itulah yang ia bingungkan dari kedua sahabatnya.

" Aduh, terlambat kamu Dir, kalau soal alamat jangan ditanya, itu mudah dicarinya, aku tahu alamat rumah kamu dari om Yudi ". Jelas Fitri.

" Memangnya papa mau memberitahu kalian? ". Tanya Dira tak percaya, karena sepertinya tak mungkin jika papanya memberikan alamat ini pada kedua sahabatnya.

" Ya pasti di kasih lah Dir, memang kenapa harus tidak bisa? ". Sahut Fitri menggeleng.

Setelah itu Nadira baru mengangguk, ternyata papa nya bisa juga memberi alamat rumah suaminya, Dira kira papa nya tak akan memberikan alamat tempat tinggal barunya pada sahabatnya.

Jika Dira dan Fitri sedang membahas alamat rumah, maka beda halnya dengan Rika. Semenjak Rika duduk di sofa, gadis itu sudah begitu memperhatikan anak Nadira. Ternyata anak sahabatnya ini begitu sangat mirip dengan Dani, ya wajar memang jika mirip, kan bayi ini anaknya.

" Dir, kamu masih belum menjawab pertanyaan kita, kamu kapan hamil Dir, kok sekarang sudah punya anak, jangan katakan kalau kamu... ". Namun Rika langsung menghentikan kalimatnya.

" Hamil di luar pernikahan begitu?... ya tidak lah Rik, mana mungkin aku melakukan hal serendah itu? ". Sahut Dira untuk meluruskan kalimat sahabatnya.

" Terus maksudnya bagaimana, kamu sendiri kan tadi yang mengatakan kalau anak ini anak kamu, sedangkan usia pernikahan mu belum sampai tiga bulan, lalu bagaimana caranya kamu sudah punya anak sedangkan kamu sendiri masih belum tiga bulan menikah, kan aneh? ". Sahut Rika lagi.

" Iya betul aneh ". Timpal Fitri yang membenarkan kalimat sahabatnya.

" Baiklah, akan aku jelaskan, jadi anak yang ada dalam gendonganku ini namanya Alvin, aku sudah menyayangi Alvin seperti putraku sendiri, Alvin ini sebenarnya anak dari teman kak Dani yang sengaja dititipkan padaku untuk aku rawat, aku sendiri tak tahu kenapa orang tua Alvin menitipkannya padaku dan kak Dani, yang jelas kak Dani menyuruhku untuk bisa merawat Alvin dengan baik ". Ujar Dira panjang lebar karena memang itulah yang ia tahu dari suaminya Dani.

Mendengar penuturan dari sahabatnya Dira, entah mengapa Rik merasa ada yang janggal. Begitupun dengan Fitri. Setelah diperhatikan secara seksama, Alvin lebih mirip dengan Dani. Rasanya sangat aneh jika tidak memiliki hubungan darah dengan Dani tapi wajah Alvin benar - benar sangat mirip Dani, apa ini suatu kebetulan.

" Kalian kenapa diam, apa ada yang salah dengan penjelasanku?, bukannya tadi kalian bertanya tentang putraku?, terus kenapa sekarang kalian malah terlihat bingung dan... bimbang? ". Seru Dira.

" Eh bukan seperti itu Dir, hanya saja... ". Kalimat Rika pun menjadi terhenti.

" Dira, kalau dilihat - lihat, Alvin mirip Dani ya, coba kamu perhatikan, wajah Alvin sangat mirip dengan Dani, bisa dipastikan mungkin sekitar delapan puluh sampai delapan puluh lima persen Alvin sangat mirip Dani, iya kan? ". Ucap Fitri pada akhirnya.

Deg...

Dada Dira terasa begitu bergemuruh. Apa yang diucapkan oleh sahabatnya memang sudah dirinya rasakan juga, namun Dira tak ingin membiarkan apa yang menjadi kegundahan dalam pikirannya terus menggrogotinya.

Namun, setelah mendengar sahutan dari temannya, telah membuat kepercayaan hatinya menjadi terbelah sekarang. Benarkah jika Alvin memang benar anak dari teman suaminya Dani, atau mungkin Alvin.....?. Tidak, Dira tak ingin lagi - lagi pikiran negatif itu kembali menguasainya. Lebih baik ia menanyakannya sendiri pada suaminya.

Bersambung..........

Hai kakak - kakak, Author kembali update, semangat membaca.

🙏❤❤❤❤❤

🌿🌿🌿🌿🌿

Terpopuler

Comments

Windha Winda

Windha Winda

aku tdk mngerti jlan crita ini..
kmna Dani slmaa 2 blan..
dan knp tiba2 sja m.bawa seorng bayi..bnyak teka tekinya thorrr

2023-02-03

2

Pipit Sopiah

Pipit Sopiah

kamu di bohongin dira

2022-05-24

1

Sukliang

Sukliang

ya iya la anak gani dg jakang mgkn

2022-05-18

1

lihat semua
Episodes
1 Harus Menikah
2 Kedatangan Calon Mama Mertua
3 Menikah
4 Merawat Bayi
5 Alvin Mirip Dani
6 Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7 Siapa Wanita Ini ?
8 Hanya Bunda Dila
9 Surat Cerai
10 Janda?!
11 Bekerja Di Kota
12 Masih Perawan!
13 Bertemu Gadis Kecil
14 Kabar Gembira
15 Andra Becham Salim
16 Bukan Istriku
17 Manusia Kulkas
18 Dira Janda
19 Dira Itu Adalah Pacarku
20 Panggil Aku Mas
21 Tetap Merahasiakannya
22 Merasakannya
23 Keluar Dari Kamarku
24 Bunda Menangis
25 Dasar Matre
26 Persiapan Hadiah Untuk Aida
27 Kedatangan Firly Adam Cholic
28 Pergi Ke Mall
29 Wanita Sederhana
30 Menyukai Tawanya
31 Memanggil Sayang
32 Bundanya Aida
33 Kenyataan Pahit
34 Jangan Terulang Kembali
35 Mengakhiri Hubungan
36 Merasa Gugup
37 Memandangnya Dari Jauh
38 Mengharapkan Kesempatan Kedua
39 Meraih Cinta Nadira
40 Hari Ulang Tahun Aida
41 Bunda Datang
42 Akan Berdansa
43 Berdansa
44 Setia Menunggu
45 Menunggu Undangan
46 Menikah Itu Apa Daddy?
47 Cup... Cup... Cup...
48 Aneh
49 Istimewa Di Hatiku
50 Lindu Bunda
51 Ketetapan Andra
52 Terbiasa Dicium
53 Ungkapan Perasaan Firly
54 Cekcok Andra Dan Firly
55 Bunda
56 Alpin Lindu Bunda
57 Ingin Menyusul
58 Ikut Berkemah
59 Cinta Bersemi Kembali
60 Nadira Terluka
61 Tidur Bersama
62 Ciuman Pertama
63 Aku Akan Datang
64 Memanggil Andra
65 Kedatangan Celine Anastasya
66 Aku Mencintai Dira
67 Celine Sakit
68 Celine Menginap Di Rumah Andra
69 Merasakan Kebohongannya
70 Terkejut
71 Berdarah
72 Sesak
73 Merasa Cemburu
74 Tertangkap Basah
75 Kebohongan Celine
76 Dani Lumpuh
77 Keterlaluan
78 Rasa Bersalah Daniel
79 Melepas Rindu
80 Rengekan Aida
81 Pertemuan Tak Terduga
82 Anak Nadira
83 Sudah Berakhir
84 Kebenaran Yang Tertunda
85 Pengakuan Daniel
86 Tak Ingin Bertemu
87 Maafkan Aku Sayang
88 Akhirnya Bertemu
89 Sudah Berakhir
90 Jalani Masing - masing
91 Frustasi
92 Kecelakaan
93 Sedih
94 Merasa Bersalah
95 Andra Sadar
96 Halus Menikah
97 Bersedia Menikah
98 Sebulan Lagi
99 Menemui Orang Tua
100 Anak Pembantu
101 Ikatan Suci
102 Masa Tenggang
103 Tak Bisa Berkutik
104 Kenapa Sempit? (21+)
105 Masih Perawan (21+)
106 Daddy Culang
107 Daddy Jangan Nakal
108 Masih Pengantin Balu?
109 Bunda Pilihan
110 Ke Kamar Sebelah
111 Nadira Demam (21+)
112 Akibat Kuda - kudaan
113 Nadira Sadar
114 Mendadak Tempramental
115 Marah Berujung Nikmat
116 Andra Yang Tak Disiplin
117 Sate Bumbu Semangka
118 Peringatan Aida
119 Bernasib Malang
120 Peringatan Andra
121 Bahaya Mengancam Aida
122 Aida Tenggelam
123 Pertolongan Untuk Aida
124 Nona Nadira Hamil
125 Adik Untuk Aida
126 Pemecatan Ria
127 Masih Belum Memaafkan
128 Ngidam Yang Mengerikan
129 Persiapan Ulang Tahun Aida
130 Memilih Gaun Ulang Tahun
131 Aida Cemburu
132 Maafkan Bunda Sayang
133 Sampai Punya Anak Kembar
134 Ulang Tahun Aida
135 Sorry
136 Jagalah Nadira
137 Inin Ninap Di Lumah Bunda
138 Merasa Bersalah
139 Perhatian Aida
140 Panggil Aku Daddy
141 Sudah Boleh Sayang
142 Ingin Makan Bakso
143 Makan Bakso Bersama
144 Memakai Masker Wajah
145 Tujuh Bulanan
146 Hilangnya Aida
147 Ancaman Celine
148 Kekejaman Ria
149 Nyawa Aida Terancam
150 Menyelamatkan Aida
151 Perawatan Untuk Aida
152 Balasan Yang Setimpal
153 Ingin Masuk Kampus
154 Kejadian Tak Mengenakkan
155 Kemarahan Andra
156 Alvin Datang
157 Memaafkan
158 Kebersamaan Di Malam Hari
159 Alpin Malu Daddy
160 Lahirnya Malaikat Kecil
161 Terima Kasih Sayang
162 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Harus Menikah
2
Kedatangan Calon Mama Mertua
3
Menikah
4
Merawat Bayi
5
Alvin Mirip Dani
6
Ayah Alpin Teulja Di Lual Tota
7
Siapa Wanita Ini ?
8
Hanya Bunda Dila
9
Surat Cerai
10
Janda?!
11
Bekerja Di Kota
12
Masih Perawan!
13
Bertemu Gadis Kecil
14
Kabar Gembira
15
Andra Becham Salim
16
Bukan Istriku
17
Manusia Kulkas
18
Dira Janda
19
Dira Itu Adalah Pacarku
20
Panggil Aku Mas
21
Tetap Merahasiakannya
22
Merasakannya
23
Keluar Dari Kamarku
24
Bunda Menangis
25
Dasar Matre
26
Persiapan Hadiah Untuk Aida
27
Kedatangan Firly Adam Cholic
28
Pergi Ke Mall
29
Wanita Sederhana
30
Menyukai Tawanya
31
Memanggil Sayang
32
Bundanya Aida
33
Kenyataan Pahit
34
Jangan Terulang Kembali
35
Mengakhiri Hubungan
36
Merasa Gugup
37
Memandangnya Dari Jauh
38
Mengharapkan Kesempatan Kedua
39
Meraih Cinta Nadira
40
Hari Ulang Tahun Aida
41
Bunda Datang
42
Akan Berdansa
43
Berdansa
44
Setia Menunggu
45
Menunggu Undangan
46
Menikah Itu Apa Daddy?
47
Cup... Cup... Cup...
48
Aneh
49
Istimewa Di Hatiku
50
Lindu Bunda
51
Ketetapan Andra
52
Terbiasa Dicium
53
Ungkapan Perasaan Firly
54
Cekcok Andra Dan Firly
55
Bunda
56
Alpin Lindu Bunda
57
Ingin Menyusul
58
Ikut Berkemah
59
Cinta Bersemi Kembali
60
Nadira Terluka
61
Tidur Bersama
62
Ciuman Pertama
63
Aku Akan Datang
64
Memanggil Andra
65
Kedatangan Celine Anastasya
66
Aku Mencintai Dira
67
Celine Sakit
68
Celine Menginap Di Rumah Andra
69
Merasakan Kebohongannya
70
Terkejut
71
Berdarah
72
Sesak
73
Merasa Cemburu
74
Tertangkap Basah
75
Kebohongan Celine
76
Dani Lumpuh
77
Keterlaluan
78
Rasa Bersalah Daniel
79
Melepas Rindu
80
Rengekan Aida
81
Pertemuan Tak Terduga
82
Anak Nadira
83
Sudah Berakhir
84
Kebenaran Yang Tertunda
85
Pengakuan Daniel
86
Tak Ingin Bertemu
87
Maafkan Aku Sayang
88
Akhirnya Bertemu
89
Sudah Berakhir
90
Jalani Masing - masing
91
Frustasi
92
Kecelakaan
93
Sedih
94
Merasa Bersalah
95
Andra Sadar
96
Halus Menikah
97
Bersedia Menikah
98
Sebulan Lagi
99
Menemui Orang Tua
100
Anak Pembantu
101
Ikatan Suci
102
Masa Tenggang
103
Tak Bisa Berkutik
104
Kenapa Sempit? (21+)
105
Masih Perawan (21+)
106
Daddy Culang
107
Daddy Jangan Nakal
108
Masih Pengantin Balu?
109
Bunda Pilihan
110
Ke Kamar Sebelah
111
Nadira Demam (21+)
112
Akibat Kuda - kudaan
113
Nadira Sadar
114
Mendadak Tempramental
115
Marah Berujung Nikmat
116
Andra Yang Tak Disiplin
117
Sate Bumbu Semangka
118
Peringatan Aida
119
Bernasib Malang
120
Peringatan Andra
121
Bahaya Mengancam Aida
122
Aida Tenggelam
123
Pertolongan Untuk Aida
124
Nona Nadira Hamil
125
Adik Untuk Aida
126
Pemecatan Ria
127
Masih Belum Memaafkan
128
Ngidam Yang Mengerikan
129
Persiapan Ulang Tahun Aida
130
Memilih Gaun Ulang Tahun
131
Aida Cemburu
132
Maafkan Bunda Sayang
133
Sampai Punya Anak Kembar
134
Ulang Tahun Aida
135
Sorry
136
Jagalah Nadira
137
Inin Ninap Di Lumah Bunda
138
Merasa Bersalah
139
Perhatian Aida
140
Panggil Aku Daddy
141
Sudah Boleh Sayang
142
Ingin Makan Bakso
143
Makan Bakso Bersama
144
Memakai Masker Wajah
145
Tujuh Bulanan
146
Hilangnya Aida
147
Ancaman Celine
148
Kekejaman Ria
149
Nyawa Aida Terancam
150
Menyelamatkan Aida
151
Perawatan Untuk Aida
152
Balasan Yang Setimpal
153
Ingin Masuk Kampus
154
Kejadian Tak Mengenakkan
155
Kemarahan Andra
156
Alvin Datang
157
Memaafkan
158
Kebersamaan Di Malam Hari
159
Alpin Malu Daddy
160
Lahirnya Malaikat Kecil
161
Terima Kasih Sayang
162
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!