Happy Reading. . . . . . .
.
.
.
Setelah acara ijab qabul selesai, semua orang yang menjadi saksi pernikahan langsung pergi, karena tidak ada acara makan makan apalagi foto foto, Dira dan Arga juga telah mengganti pakaiannya.
Setelah kepergian orang orang yang menjadi saksi pernikahan mereka kini hanya menyisakan Dira, Arga dan kedua orang tua mereka di ruangan tersebut.
Dira masih tidak percaya jika sekarang ia telah resmi menyandang status sebagai istri dari seorang Arga Rahardian.
Ia terus memandangi buku nikah ditangannya, pernikahan yang ia pikir hanya dilakukan secara agama karena dilakukan secara dadakan ini, ternyata semuanya sudah dipersiapkan oleh mertuanya jadi pernikahan mereka bukan hanya sah di mata agama tapi juga sah Dimata hukum.
Dira memegangi dadanya yang masih berdebar kencang tidak karuan akibat dari ciuman kening yang dilakukan Arga yang masih memberikan efek pada jantungnya.
"Ayolah jantung ku tersayang ... itu baru ciuman di kening, gimana kalau Arga melakukan yang lain bisa bisa jantung ku ini akan berpindah tempat, ini benar benar gawat," batin Dira.
Arga yang melihat tingkah Dira bertanya pada perempuan yang telah resmi menjadi istrinya itu.
"Kamu kenapa Ra? Apa ada yang sakit?" tanya Arga dengan menyebut nama Dira dengan Ra karena biasanya ia memanggil Dira dengan Anindira.
"Ha ... enggak Ga aku gak papa, cuma masih gak nyangka aja kalau sekarang aku udah jadi seorang istri," jawab Dira berusaha menyembunyikan kegugupannya.
"Apalagi orang yang jadi suami aku itu kamu," batin Dira.
"Oh ... gitu aku kirain kamu sakit, aku juga sama masih gak nyangka akan menikah secepat ini," ucap Arga.
"Ga ..." panggil kakek Irwan.
Arga dan Dira yang mendengar panggilan itu pun mendekat keranjang sang kakek.
"Gimana keadaan kakek? Apa sudah merasa baikan?" tanya Arga.
"Alhamdulillah kakek sudah merasa sedikit baikan ... sepertinya pernikahan kalian adalah obat untuk kakek, sekarang kakek sudah merasa lega jadi kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada kakek, kakek sudah bisa tenang," ucap kakek Irwan sambil tersenyum ke arah Dira dan Arga.
"Ih ... kakek gak boleh ngomong gitu pasti kakek akan baik baik saja, Dira yakin sebentar lagi kakek pasti akan sehat kembali." ucap Dira menyemangati kakek Irwan.
"Iya, kamu tenang aja kakek pasti akan sehat kembali, kakek kan baru saja menyaksikan pernikahan kalian dan kakek juga harus menyaksikan kamu melahirkan anak anak yang lucu," ucap kakek Irwan sambil tertawa, sepertinya pernikahan Arga dan Dira benar benar menjadi obat untuknya.
"Hahaha kakek bisa aja, memangnya kakek mau cicit berapa dari Dira, empat, enam, sepuluh atau sebelas," ucap Dira membalas candaan kakek Irwan.
Sedangkan yang lainnya hanya menyaksikan saja obrolan antara Dira dan kakek Irwan, mereka begitu lega melihat kondisi kakek Irwan yang semakin membaik.
Begitupun dengan Arga yang diam diam tersenyum melihat interaksi antara kakeknya dengan perempuan yang baru saja dinikahinya itu yang terlihat akrab seperti sudah kenal lama.
Setelah cukup lama mereka berbincang bincang akhirnya sudah waktunya untuk kakek istirahat, Orang tua Dira juga berpamitan untuk pulang.
"Dira, kamu sekarang sudah menjadi tanggung jawab Arga nak, jadi patuhi apa kata suami kamu jangan suka membantah perintah suami jadilah istri yang baik," pesan mama Dira sambil memeluk putri semata wayangnya.
"Arga, papa titip Dira sama kamu, jaga dia baik baik, mulai sekarang dia adalah tanggung jawab kamu, sayangi dia, jangan bersikap kasar padanya, papa tau pernikahan kalian terjadi bukan karena kalian saling mencintai, jika suatu saat kamu sudah tidak bisa bersama putri ku kembalikan dia pada papa tapi papa mohon jangan sakiti dia."
"Iya pa, aku akan berusaha untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab untuk Dira."
"Buat Dira papa juga mau memberikan kamu sedikit nasehat," ucap papa Dira sambil mendekat ke arah putrinya.
"Anindira sekarang kamu harus bisa lebih dewasa, kamu harus belajar mengurusi suami kamu, ngambekannya dikurangi, cengengnya juga perlu dikurangi, terus habis subuh jangan tidur lagi," cecar papa Dira memberikan nasehat pada putrinya, sambil tertawa karena berhasil membuat Dira kesal.
"Astaga papa, itu bukan nasihat lebih tepatnya papa sedang membongkar keburukan putri papa," ucap Dira cemberut mendengar nasehat versi papanya.
"Iya, iya, papa bercanda Dir ... tapi kalian harus ingat jika ada masalah selesaikan baik baik dengan kepala dingin dan berusahalah untuk saling mengerti dan mendengarkan penjelasan masing masing, dan yang paling penting harus saling percaya." ucap papa Dira kembali serius.
"Orang yang menikah karena saling mencintai saja bisa pisah, jadi belajarlah untuk saling menerima dan terbuka dengan pasangan. Kepercayaan dan kejujuran adalah kuncinya," pesan papa Dira untuk Arga dan juga Dira sebelum pulang meninggalkan Putrinya dengan keluarga suaminya.
Dira yang melihat kepergian kedua orang tuanya sedih karena harus berpisah dengan mereka, karena sekarang ia harus ikut dengan suaminya.
Sekarang ia sudah tidak bisa lagi mendengar suara cerewet mamanya yang mengomelinya karena ia sering tidur lagi setelah sholat subuh, peringatan peringatan sang papa tentang telat, mulai dari gak boleh pulang telat, gak boleh telat ke sekolah, gak boleh tidur telat dan masih banyak lagi telat telat yang lainnya, sepertinya ia akan merindukan semua keributan kecil yang sering terjadi di rumahnya.
Akhirnya setelah acara perpisahan Dira dengan kedua orang tuanya, ia juga ikut pulang ke rumah Arga, sebenarnya ia ingin menginap di rumah sakit untuk menjaga kakek, lagi pula ia juga masih merasa canggung jika harus berdua dengan Arga tapi mertuanya terus menyuruhnya untuk pulang dengan Arga.
Selama perjalanan hanya keheningan yang terjadi, Arga yang fokus menyetir dan Dira yang masih canggung sampai akhirnya ia pun tertidur.
Mobil berhenti di depan rumah mewah milik keluarga Rahardian.
"Ra, bangun kita sudah sampai, Ra ... Anindira ... ini anak tidur apa pingsan sih?" Arga berusaha untuk membangunkan sang istri tapi Dira tidak juga bangun dan Arga pun mau tidak mau harus menggendong istrinya ke kamar miliknya.
"Astaga ini anak tubuhnya kecil tapi lumayan berat juga," gumam Arga sambil membaringkan Dira di kasurnya dan tanpa sadar Arga terus memandangi wajah Dira.
"Manis," lalu ia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dira terbangun saat azan subuh berkumandang dan baru sadar jika ia sudah ada di kamar, karena semalam ia tertidur di mobil, ia memperhatikan isi kamar yang ia yakini adalah kamar Arga karena disana terlihat beberapa barang barang milik Arga.
"Astaga siapa yang bawa aku ke kamar? Apa ia Arga yang pindahin aku ke kamar, terus Arga tidur di mana? Masak iya Arga mau tidur satu ranjang sama gue?" gumam Dira bertanya sendiri.
Dira akhirnya bangun dan langsung membersihkan diri untuk menunaikan kewajibannya, seperti pesan sang papa ia tidak tidur lagi setelah sholat subuh.
baru saja ia ingin beranjak dari kamar tiba tiba pintu terbuka, Dira pun kaget karena yang membuka pintu adalah Arga.
"Kamu udah bangun? Nggak tidur lagi??" tanyanya pada Dira dengan nada mengejek.
"Ya enggaklah aku kan istri Soleha, baik, tidak sombong dan rajin menabung," jawabnya.
Ia tau Arga sedang mengejeknya gara gara ucapan papanya kemarin, ia langsung beranjak keluar kamar.
"Kamu mau kemana?" tanya Arga.
"Kenapa?
Kangen ya,,, tenang aja aku cuma mau ke dapur mau siapin sarapan buat suami aku," ucapnya kesal dan berlalu meninggalkan Arga, sedangkan Arga hanya tertawa melihat tingkah istrinya yang kesal.
"Ha.. ha.. ha ternyata benar kata papanya anaknya ngambek kan," ucap Arga tanpa sadar tertawa melihat tingkah Dira..
Hari ini adalah hari pertama mereka sarapan sebagai pasangan suami istri. Dira dan Arga sarapan dengan tenang karena hari ini ada kelas pagi.
Mereka juga berangkat bareng karena memang mereka satu jurusan, satu kelas, satu kampus dan sekarang satu rumah, bahkan satu ranjang.
Dan seperti biasa sepanjang perjalanan hanya ada keheningan sampai akhirnya Dira yang mulai membuka pembicaraan.
"Ga ... semalam kamu tidur dimana? " tanya Dira.
"Di kamar lah," jawab Arga.
"Maksud aku di kamar mana?" tanya Dira kesal.
"Di kamar dan ranjang dimana istriku tidur," ucap Arga datar.
"Ha! Maksud kamu kita tidur sekamar?"
"Bukan cuma sekamar Anindira tapi seranjang," jawab arga dan sebelum Dira kembali mengeluarkan kata katanya, mobil sudah sampai di kampus.
"Udah, kita bahas masalah ranjangnya nanti aja, sekarang ayo turun kita sudah sampai," ucap Arga tetap dengan ekspresi datarnya dan turun lalu meninggalkan Dira di mobil.
"Argaaaaa!"
.
.
.
.
JANGAN LUPA DIKOMEN, LIKE, AND FAVORIT😉👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah itu yg namanya emang JODOH..Semoga langgeng sellu kalian ya..🤲🤲
2024-02-11
0
Maya●●●
sudah aku favorite juga ya😊
2022-08-02
1
Maya●●●
aku mampir lagi kak😉
2022-08-02
0