Married By Accident
Lagu a Cup of Coffee mengalun lembut di perpustakaan Edelweiss yang padat pengunjung sore itu. Lagu baru yang sedang banyak diperbincangkan banyak orang itu merupakan karya violinist terkenal Kelana Radiaksa. Instrumen violin dari Kelana selalu berhasil menciptakan suasana tenang dan damai bagi setiap pendengarnya.
Edelweiss merupakan salah satu perpustakaan di kota Jakarta yang memiliki koleksi lebih dari 500 ribu buku. Biasanya perpustakaan identik dengan tempat yang sepi dan tenang tapi Edelweiss selalu memutar berbagai lagu instrumen piano dan violin agar pengunjung betah berlama-lama di dalamnya. Tak hanya itu jendela kaca super besar membuat cahaya matahari bisa menerangi ruangan di dalamnya, tempat duduk yang nyaman juga menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk berkunjung dan membaca buku.
Edelweiss adalah perpustakaan impian banyak orang termasuk mereka yang tidak terlalu suka dengan buku karena tempatnya yang tak kalah dengan tempat nongkrong masa kini.
"Selamat sore, silahkan isi daftar nama pengunjung." Gadis penjaga perpustakaan itu mengembangkan senyumnya ramah meminta pengunjung untuk mengisi daftar nama lebih dulu pada tablet yang telah disediakan.
Asmara Renjani atau akrab dipanggil Rere adalah gadis berusia 25 tahun lulusan Analis Kesehatan yang nyasar menjadi penjaga perpustakaan hanya karena ingin membaca buku gratis setiap hari.
"Re, aku pulang dulu ya." Setiani—wanita bertubuh gempal yang bergantian sift dengan Renjani melambaikan tangan setelah siap pulang. Setiani menyampirkan tas kerjanya setelah selesai berganti pakaian dari seragam kerja dengan baju santai.
Renjani membalas lambaian tangan Setiani singkat karena ia sedang sibuk melayani pengunjung yang sedang mengisi daftar nama pengunjung.
"Selamat membaca Kak." Renjani kembali mengulas senyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi kepada pengunjung tersebut. Modal utamanya untuk bekerja adalah senyum tersebut meski sebagian besar dari pengunjung tak terlalu mempedulikannya.
"Isi daftar nama pengunjung dulu Kak." Renjani melihat seorang pria bertubuh tinggi yang mengenakan masker hitam hingga ia hanya bisa melihat sepasang matanya yang tajam dan—indah. Renjani yakin di balik masker itu ada wajah tampan yang akan membuat para wanita berteriak heboh. Namun pria itu adalah salah satu dari pengunjung yang mengabaikan senyum Renjani bahkan ia sama sekali tidak melihat gadis yang kerap dipanggil Rere tersebut. Pandangannya selalu menunduk atau lurus, setelah menulis nama nya yang hanya terdiri dari 2 huruf KR ia akan langsung melangkah memilih buku dan duduk di sudut ruangan.
Mulut Renjani hendak mengucapkan sesuatu tapi pria itu lebih dulu meninggalkan meja resepsionis. Bibir Renjani kembali terkatup berganti dengan senyum hambar. Renjani hafal betul pada tingkah laku pria yang selalu mengenakan masker hitam tersebut, karena ia pasti datang di hari Rabu sore dan duduk di kursi yang sama lalu pulang setelah 2 jam berlalu. Renjani memperhatikan punggung lebar pria yang mengenakan kemeja hitam dan jeans abu-abu tersebut hingga tak terlihat terhalang rak-rak buku di perpustakaan itu.
"Siapa namanya?" Renjani mengerutkan kening memperhatikan tulisan KR di salah satu nama daftar pengunjung perpustakaan. Mengapa begitu misterius hingga nama saja tidak ia tunjukkan.
Lagu berganti Senja Bertemu Cinta yang juga merupakan karya Kelana, itu adalah lagu favorit Renjani karena memiliki energi yang lebih ceria dibandingkan a Cup of Coffee.
Renjani meletakkan tablet pada tempat khusus agar pengunjung lebih mudah untuk menuliskan nama mereka sementara ia menata buku-buku baru pada rak.
Menggunakan dua tangan Renjani mengangkat kardus berisi buku baru yang harus ia ditata pada rak berdasarkan jenisnya.
"Lama-lama berotot juga nih lengan." Renjani mengerahkan seluruh tenaganya yang tak seberapa untuk mengangkat kardus tersebut menuju rak khusus novel romantis karya penulis Indonesia. Ia juga telah menyimpan satu di meja nya untuk dibaca nanti setelah selesai menata buku-buku.
"Mbak, boleh tolong ambilin buku nggak?" Salah satu pengunjung menghampiri Renjani untuk mengambil buku karena ia tak bisa menjangkaunya.
"Boleh dong." Renjani mengekori gadis remaja yang masih mengenakan seragam SMA tersebut, ia penasaran apakah buku yang sedang dibaca anak SMA saat ini. Apakah itu buku persiapan UN? tapi dua tahun ini Ujian Nasional telah dihapus.
Renjani menghentikan langkah ketika remaja itu berhenti di antara rak buku non fiksi.
"Buku yang mana?" Renjani melihat ke atas mengikuti arah pandang si gadis.
"Rahasia menikah muda." Ia menunjuk ke arah buku pada rak paling atas.
Saat gadis itu menyebutkan judulnya saja Renjani sudah cukup terkejut tapi ia lebih kaget lagi karena buku itu berada di bagian paling atas. Tinggi tubuh Renjani yang hanya 160 cm itu harus naik tangga untuk mencapai rak paling atas.
"Sebentar ya." Renjani menggeser tangga yang terbuat dari kayu menyandarkannya pada rak setinggi 3 meter tersebut. Tanpa melepas sepatu pantofel yang dikenakannya, Renjani menaiki tangga tersebut dan mengulurkan tangannya setinggi mungkin.
Kaki Renjani menaiki satu anak tangga lagi dan yup akhirnya ia bisa meraih buku bersampul merah muda tersebut.
Ketika hendak turun kaki Renjani salah berpijak hingga ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Tangga tersebut roboh bersama dengan Renjani yang memejamkan mata ketika tubuhnya terpelanting ke lantai hingga menimbulkan suara cukup keras.
Aduh mati gue! sakitnya nggak seberapa tapi malunya setengah mati, lebih baik gue pingsan aja!
Suara ribut membuat Renjani membuka mata, pandangannya sedikit kabur. Sepertinya ia tidak terjatuh ke lantai karena meski sesuatu di bawahnya saat ini terasa keras tapi rasanya sungguh berbeda dengan lantai. Apa ini?
Renjani membelalak melihat wajah seseorang tepat di depan matanya dengan bibir mereka saat ini sedang menempel. Bahkan Renjani bisa mencium aroma kopi dari mulut pria itu bercampur parfum beraroma lavender, sandalwood dan jahe
Ah bibirku nggak perawan lagi, maaf calon suamiku di masa depan karena aku nggak bisa jaga bibir ini untukmu.
Suara jepretan kamera menyadarkan Renjani kembali ke dunia nyata, ia menggulingkan tubuhnya turun dari atas tubuh pria beraroma parfum mahal itu.
"Maaf saya tidak sengaja, maafkan saya." Renjani semakin merasa bersalah setelah menyadari bahwa itu adalah pria misterius yang selalu mengenakan masker setiap kali berkunjung kesini. Meski posisi pria itu membelakangi cahaya tapi Renjani bisa melihat dengan jelas wajah tampannya tanpa masker, dan-tunggu dulu, bukankah itu adalah Kelana Radiaksa sang violinist terkenal yang sedang dibicarakan banyak orang setelah merilis lagu barunya bulan kemarin.
Pantas saja ia selalu mengenakan masker dan menulis namanya dengan inisial KR, harusnya Renjani menyadari itu sejak awal. Renjani mengutuk dirinya sendiri karena sangat lemot untuk mengetahui hal sepenting ini.
"Kalian masih mau disini?" Suara berat Kelana mengejutkan semua orang yang sedang menonton adegan bak drama romantis barusan. Kelana melempar tatapan tajam kepada mereka meski sudah terlambat karena semua orang pasti telah menyimpan foto dirinya dan gadis penjaga perpustakaan itu sebanyak-banyaknya.
"Bantu saya berdiri." Pinta Kelana karena punggungnya terasa sangat sakit.
"Baik-baik." Renjani segera menarik tangan Kelana membantunya bangun. "Maaf, saya baru makan banyak jadi badan saya pasti lebih berat dari biasanya."
Kelana melirik gadis berambut panjang bergelombang yang dikuncir kuda tersebut. Apa maksud dari perkataannya? Kelana yakin meski tidak makan seharian pun gadis itu memiliki tubuh yang lebih berat dari sekarung beras. Asmara Renjani, Kelana membaca name tag gadis itu, nama yang bagus, pikirnya.
"Lain kali hati-hati, kamu bisa mencelakai orang lain." Desis Kelana lalu memungut masker yang tergeletak di lantai bersama buku yang hendak ia baca.
"Sekali lagi saya minta maaf." Renjani sedikit membungkukkan badannya meski Kelana sudah pergi tanpa menoleh lagi.
Renjani kembali menegakkan tangga dan menyandarkannya pada rak. Renjani menyentuh bibirnya, bibir kenyal Kelana masih terasa menempel disana.
Apa yang kamu pikirkan, itu nggak bisa disebut berciuman. Bangun Re!
******
Kelana mencoba fokus pada buku bersampul putih dengan judul Grit karya Angela Duckworth meski ia mendengar orang-orang di sekitarnya mulai berbisik tentang dirinya. Sepertinya keputusan Kelana untuk tetap membaca buku di tempat ini setelah identitas nya terungkap adalah salah besar karena orang-orang telah mengenalinya. Namun Kelana merasa tak boleh menyia-nyiakan waktunya karena ia tak memiliki waktu kosong lagi selain hari Rabu ini. Kelana telah memberitahu manajernya untuk tak mengganggunya setiap hari Rabu sore karena ia harus membaca buku di perpustakaan.
Kelana bisa saja membaca buku di rumah tapi ia tak kan bisa mendapat ketenangan seperti disini. Ia menyukai perpustakaan ini karena letaknya cukup jauh dari jalan utama, selain itu pemandangannya juga indah. Lagu a Cup of Coffee pun terinspirasi dari tempat ini, tenang dan nyaman. Meski sekarang ketenangan itu telah terusik oleh bisikan orang-orang di sekitar Kelana.
Perhatian Kelana teralih pada layar ponselnya yang menyala, tertulis nama Yana disana. Kelana meletakkan bukunya meraih ponsel untuk menjawab telepon tersebut. Jika bukan hal yang benar-benar penting pasti Yana tak akan meneleponnya karena ia sudah berpesan tak ingin diganggu.
"Maaf Mas Lana, saya mengganggu waktu baca Mas tapi ini benar-benar penting."
"Ada apa?" Kelana menegakkan tubuhnya, ia bisa menduga bahwa Yana akan memberitahu soal kejadian barusan. Kecepatan internet sekarang tak bisa diragukan lagi, suatu kejadian akan tersebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik.
"Foto mirip Mas Kelana sedang berciuman dengan seorangpun perempuan tersebar di internet, lebih baik Mas pulang sekarang."
"Baik kalau begitu." Kelana segera mematikan sambungan. Kali ini untuk pertama kalinya Kelana akan membawa pulang buku yang baru ia baca beberapa halaman.
Alis Renjani terangkat melihat Kelana menghampiri mejanya, itu jauh lebih cepat dari biasanya
"Saya ingin membawa pulang buku ini." Kelana meletakkan buku bersampul putih tersebut di atas meja.
"Silahkan tunjukkan kartu membernya." Renjani masih tersenyum meski Kelana hanya melihatnya sekilas. Ia sudah biasa diabaikan seperti itu dan harus tetap tersenyum.
Kelana mengeluarkan kartu member perpustakaan Edelweiss yang merupakan syarat untuk meminjam buku.
"Waktu peminjaman maksimal satu minggu, jika belum selesai maka anda harus datang kesini untuk memperpanjang waktunya." Jelas Renjani.
Kelana mengambil kembali kartu member miliknya bersama buku berjudul Grit yang hendak ia bawa pulang setelah Renjani menulis namanya pada daftar peminjam buku.
Kelana melenggang pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Renjani tidak heran akan hal itu karena dari awal Kelana memang bukan orang yang ramah justru ia heran mengapa Kelana pulang lebih cepat dan juga ini pertama kalinya pria itu membawa pulang buku dari perpustakaan.
Renjani berharap tak ada sesuatu buruk yang terjadi pada Kelana. Meski mereka tak saling mengenal tapi Renjani selalu memperhatikan Kelana selama ini, hati kecilnya berkata bahwa kelana adalah pria yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Jenong Nong
lnjut ...❤❤🙏🙏
2024-07-20
0
Neneng cinta
menarik ceritanya👍🏼...
2023-05-11
2
Intan Reni Agustina
demi apa aku langsung searching lagunya 🤣
2023-03-21
1