VII

Begitu mendengar Renjani akan menikah Lasti—mama Renjani langsung berangkat dari Sumedang ke Jakarta untuk memastikan apakah anaknya itu sungguh-sungguh akan menikah atau hanya membohonginya karena ia mendesak Renjani untuk segera menikah. Apalagi setelah mendengar calon suami Renjani itu adalah Kelana sang violinist terkenal, Lasti makin tak percaya.

Meski Lasti mengakui bahwa putri semata wayangnya itu cantik dan memiliki tubuh yang bagus tapi ia tetap tak percaya kalau Renjani bisa menikah dengan Kelana Radiaksa.

Lasti mengetuk pintu tempat kos Renjani dan memanggil nama sang anak. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, Jesi muncul dari balik pintu.

"Tante, kok nggak ngabarin dulu kalau mau kesini?" Jesi mundur selangkah memberi ruang untuk Lasti agar bisa masuk.

"Rere mana?" Lasti melangkah menuju kamar Renjani.

"Keluar Tante beli makan." Jesi mengekori Lasti. "Awhh!" Jesi memekik ketika kepalanya membentur punggung Lasti karena mendadak menghentikan langkah.

"Emangnya bener ya kalau Renjani mau nikah sama Kelana?" Tanya Lasti dengan nada penuh selidik.

Jesi mengusap dahinya yang terasa berdenyut setelah menabrak punggung Lasti.

"Tante nggak percaya?" Jesi menjatuhkan dirinya di atas sofa ruang tamu.

"Kelana yang violinist itu bukan Kelana yang lain kan?" Lasti menyusul duduk di samping Jesi.

"Iya, Tante siap-siap aja ketemu calon mantu Tante, Kelana jauh lebih ganteng dari pada yang biasa kita lihat di televisi." Ujar Jesi sok serius padahal ia sendiri belum pernah bertemu Kelana di dunia nyata, ia hanya mengulangi ucapan Renjani saat menggambarkan sosok Kelana.

"Ya ampun siapa sih yang naruh koper di depan pintu?"

Jesi dan Lasti melihat ke arah pintu mendengar omelan Renjani. Jesi menelan salivanya melihat Lasti, Renjani tidak tahu saja kalau koper itu milik mamanya sendiri.

Lasti beranjak, "memangnya kenapa kalau koper itu ditaruh disana?"

Jesi melihat ekspresi Renjani antara kaget lalu takut karena secara tidak langsung telah mengomeli mamanya sendiri.

"Mama kok nggak ngasih tahu kalau mau dateng?" Renjani yang tadinya hendak marah-marah karena ada koper di depan pintu dan menghalangi jalannya surut seketika setelah tahu koper itu milik mamanya. Renjani menarik koper itu membawanya masuk. Ia meletakkan dua bungkus nasi padang yang dibelinya barusan di atas meja.

Kok berat ya, jangan bilang Mama lama disini, ah hancur dunia gue yang damai.

"Ayo ajak Mama ketemu Kelana."

"Nggak bisa Ma." Renjani tahu semua jadwal Kelana telah ditentukan sehingga mereka tidak bisa jika tiba-tiba mengatakan ingin bertemu.

"Kenapa, dia kan calon suami kamu masa nggak bisa ketemu jangan-jangan kamu bohongin Mama ya?"

Renjani memutar bola mata jengah, apakah ia begitu buruk dimata mamanya sampai saat jujur pun ia dikira berbohong.

"Sini deh." Lasti menarik tangan Renjani agar duduk di sofa. "Jadi selama ini kamu udah pacaran sama Kelana, kok nggak bilang sih sama Mama?"

Sebelum menjawab pertanyaan mamanya, Renjani melihat ke arah Jesi seolah meminta pertolongan. Namun Jesi yang baik hati itu justru beranjak membawa satu bungkus nasi padang miliknya ke dapur pertanda bahwa ia tidak mau ikut campur urusan Renjani dan mamanya.

"Kelana itu kan publik figur Ma jadi hubungan kami harus dirahasiakan." Renjani berusaha mengarang cerita tentang hubungannya dengan Kelana.

"Termasuk sama Mama?"

"Iya, tapi Mama tenang aja karena nanti siang kami akan bikin jumpa pers untuk bikin pernyataan resmi tentang hubungan ku sama Kelana termasuk tentang pernikahan kami."

"Oh ya?" Lasti tampak antusias, "kalau gitu kamu bakal masuk tv dong?"

"Iya." Renjani manggut-manggut, meski jauh dalam hatinya ia merasa gugup dan tidak siap untuk melakukan jumpa pers tersebut tapi di depan mamanya ia bersikap seolah-olah telah merencanakan ini sejak lama. Padahal ia dan Kelana baru bertemu seminggu yang lalu. Semua ini memang konyol, bagaimana mungkin kamu menikahi pria yang baru kau temui seminggu yang lalu tapi Renjani akan melakukannya.

"Kamu udah ngasih tahu Papa mu belum?" Lasti mengubah posisinya bersandar pada sofa, perjalanan dari Bandung kesini membuatnya kecapekan.

"Belum." Suara Renjani tenggelam oleh suara penjual bakso yang lewat di depan tempat kosnya.

Renjani sama sekali belum memikirkan untuk memberitahu papanya karena ia tak yakin apakah papanya akan datang. Tentu saja Renjani butuh kehadiran papanya untuk menjadi wali nikah. Mungkin Renjani akan menghubungi papanya jika tanggal pernikahannya telah ditentukan.

"Mama udah makan? aku beli nasi padang tapi cuma dua bungkus karena aku nggak tahu kalau Mama mau datang."

"Udah, Mama mau istirahat aja." Lasti menjatuhkan kepalanya pada pegangan sofa dan meluruskan kaki.

"Ya udah aku makan dulu." Renjani membawa nasi padang miliknya menyusul Jesi ke dapur.

"Lu gimana sih bukannya bantuin gue barusan malah kabur." Renjani membuka sebungkus nasi padang dan menggelarnya di atas meja makan.

"Gue nggak mau kena semprot Tante Lasti." Kata Jesi tidak jelas karena mulutnya penuh dengan nasi dan rendang.

"Ih jorok banget sih nasi lu kemana-mana." Renjani menjauhkan makanannya dari Jesi.

Jesi meneguk segelas air karena kerongkongan nya terasa seret.

"Abisnya lu orang makan diajak ngomong." Balasnya setelah nasi di mulutnya habis. "Lagian sebentar lagi lu bakal kangen sama gue kalau udah nikah."

Renjani terdiam, benar juga setelah menikah ia tidak akan tinggal disini lagi. Lalu Jesi akan membayar uang kos sendirian. Ah Renjani tidak mau membayangkannya sekarang.

"Lu nggak sedih gue mau pergi dari sini?"

"Enggak lah." Jesi bersikap seolah tak peduli padahal ia berat membiarkan Renjani pergi setelah mereka menghabiskan banyak waktu di tempat ini. Namun apa boleh buat, seiring berjalannya waktu mereka akan memiliki kehidupan masing-masing dan tak bisa selalu bersama seperti sekarang. Mau tidak mau mereka akan dipisahkan oleh waktu dan kisah hidup yang baru.

******

Di luar sana terdengar riuh para wartawan yang tidak sabar menanti kehadiran Kelana dan wanita yang disebut-sebut sebagai pacar sang violonist tersebut.

Sementara itu Renjani masih mematung di depan cermin, ia ingin kabur saja dari sini karena tidak sanggup menghadapi puluhan wartawan di luar. Bahkan sekarang tubuhnya gemetar karena tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Ia memilih pakaian terbaik di lemarinya yakni dress putih bermotif bunga berwarna biru yang tersebar di seluruh permukaannya.

Satu hari sebelum jumpa pers Kelana telah menentukan warna pakaian yang akan mereka kenakan, Kelana memilih kemeja putih dan celana bahan berwarna biru. Pakaian dengan warna yang sama akan membuat mereka terlihat seperti pasangan sesungguhnya.

"Belum siap?" Kelana melongokkan kepala di balik pintu ruang ganti perempuan, ia masih melihat Renjani berdiri di depan cermin seolah ada yang salah dengan penampilannya.

Kelana melangkah menghampiri Renjani, "its okay, aku yang akan membuat pernyataan sekaligus menjawab pertanyaan para wartawan, kamu hanya perlu berdiri di sisiku sambil memasang senyum."

"Gimana kalau mereka ngasih pertanyaan ke aku?" Renjani berbalik hingga mereka bertatapan.

"Aku akan menjawabnya untukmu." Kelana menepuk bahu Renjani dua kali untuk menenangkan gadis itu. Ternyata Renjani sangat cantik dilihat dari dekat, bulu matanya lentik dengan sepasang mata yang berbinar-binar, hidung kecil dan juga bibir mungil yang berwarna kemerahan.

"Mbak, udah siap?" Suara Yana membuat Kelana terkejut. Kelana mengerjapkan mata dan membalikkan badan melihat Yana di depan pintu. Apa Kelana baru saja mengakui bahwa Renjani cantik?

"Ayo pergi." Kelana menggenggam tangan Renjani keluar dari ruang ganti.

Kilatan blitz kamera langsung memburu ketika sosok Kelana dan Renjani keluar. Renjani menyipitkan matanya karena silau dengan cahaya blitz tersebut. Renjani tak mungkin jadi artis karena hanya cahaya blitz saja ia tidak bisa menghadapinya. Ia menoleh pada Kelana yang masih stay cool meski kilatan blitz mengenainya.

"Senyum."

Renjani mengerjapkan mata melihat gerakan bibir Kelana yang memintanya untuk tersenyum. Ah benar juga, ia lupa untuk tersenyum saking terkejutnya dengan suasana di luar sini. Jumlah wartawan itu lebih banyak dari perkiraan Renjani.

"Selamat siang, maaf teman-teman karena baru memberi pernyataan resmi sekarang dan membiarkan kalian menunggu lama." Kelana memegang mikrofon yang telah disediakan. "Sebenarnya saya sedang menyiapkan diri untuk memberitahu bahwa wanita di foto yang beredar di internet selama ini adalah Asmara Renjani." Kelana menoleh pada Renjani, "dia ada disini, Renjani adalah kekasih saya."

Renjani menatap Kelana lalu pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat. Entah kenapa dada Renjani bergemuruh merasakan tatapan Kelana.

Kelana menatap lurus ke depan, "kami akan segera menikah." Ucapnya dengan suara lantang yang langsung membuat wartawan itu ribut. Mereka berlomba-lomba ingin menanyakan sesuatu pada Kelana dan Renjani.

"Saya akan menjawab beberapa pertanyaan dari kalian."

"Sejak kapan kalian menjalin hubungan?" Salah satu wartawan mengajukan pertanyaan, "dan mengapa kalian menyembunyikan hubungan ini?"

Kelana berdeham sebelum mulai menjawab pertanyaan tersebut, ia sudah memperkirakan bahwa mereka akan menanyakan itu.

"Pertama kami sudah cukup lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, kami memutuskan untuk merahasiakan hubungan ini karena saya ingin menjaga privasi Renjani."

Renjani terkesima karena Kelana begitu lancar menjawab pertanyaan tersebut.

"Apakah itu alasan Kelana rutin membaca buku di perpustakaan tempat Renjani bekerja?"

"Benar." Kelana mengangguk, itu sebuah kebetulan yang menguntungkan.

"Kapan kalian akan menikah?"

"Kami sudah menentukan tanggalnya tapi ada banyak hal yang harus kami persiapkan jadi kalian tunggu saja kabar baik dari kami."

"Apakah pernikahan kalian sengaja dilakukan untuk mematahkan kabar bahwa Kelana gay?"

Renjani berusaha menyembunyikan keterkejutannya mendengar pertanyaan itu. Namun Kelana sama sekali tidak terlihat panik.

"Tidak sama sekali, kami saling mencintai, ya kan Re?"

Renjani mengangguk kaku, "iya."

"Saya akan memberi pertanyaan yang biasa ditanyakan seseorang kepada pasangan." Wartawan wanita itu melihat ke arah Renjani. "Apa yang kalian suka dari pasangan masing-masing dimulai dari Renjani."

Renjani mengambil mikrofon di depannya dengan ragu, apa yang ia sukai dari Kelana? mereka baru saling kenal seminggu yang lalu. Ayo Re mikir!

"Pertama tentu saja karena Kelana tampan."

Para wartawan sontak tertawa mendengar jawaban polos Renjani tapi kalimat itu ada benarnya.

"Tapi yang paling saya sukai adalah setiap kali Kelana memainkan violin saya merasa tenang karenanya jadi saya tidak perlu healing ke pantai atau ke gunung, cukup mendengarkan musik Kelana rasa gundah dalam diri saya akan hilang seketika." Renjani tersenyum lebar untuk menutupi rasa gugupnya, ada gunanya juga ia membaca novel romantis selama ini karena ia bisa mengarang jawaban dengan kalimat yang amat menyentuh seperti itu.

Wartawan kembali bersorak karena jawaban luar biasa yang Renjani berikan. Kelana menahan senyum tidak menduga bahwa Renjani bisa mengatasi pertanyaan wartawan sehingga ia tak perlu mengkhawatirkan gadis itu lagi.

"Jadi apa lagu Kelana yang menjadi favorit kamu?"

"Senja Bertemu Cinta."

"Apa lagu itu menceritakan tentang kisah cinta kalian?"

"Saya akan menjawab pertanyaan yang ini atau pertanyaan sebelumnya?" Kelana memberi pilihan kepada wartawan itu, tentu saja ia tak mau berbaik hati dengan menjawab dua pertanyaan sekaligus.

"Baik pertanyaan sebelumnya." Wartawan itu sudah hafal dengan kepribadian Kelana. "Apa yang Kelana suka dari Renjani."

"Kalau saya menjawab cantik pasti kalian akan mengira saya mencontek jawaban Renjani."

Para wartawan kembali tertawa, entah kenapa kalimat itu justru terdengar manis.

"Renjani tak pernah menuntut apapun pada saya, dia selalu menerima bagaimanapun keadaan kami bahkan dia tidak masalah ketika saya ingin merahasiakan hubungan ini, dia sangat pengertian tapi pada dasarnya rasa cinta akan muncul begitu saja tanpa alasan, saya memberikan jawaban ini karena tak ingin kalian menganggap saya pengecut."

Jumpa pers siang itu berakhir setelah Kelana memberikan jawaban tersebut. Sebenarnya banyak wartawan yang mengajukan pertanyaan tapi Kelana enggan melakukan ini lebih lama. Setidaknya kehadiran mereka telah menjawab rasa penasaran publik terhadap apa yang terjadi pada Kelana.

Terpopuler

Comments

Yeni Selfian

Yeni Selfian

lanjut kak semangat 💪💪💪💪

2022-02-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!