XV

Renjani bangun dari tidur nyenyak nya berkat aroma masakan yang tercium menusuk hidungnya. Perut Renjani mendadak keroncongan hingga terpaksa ia turun dari tempat tidurnya yang empuk dan luas tidak seperti miliknya di tempat kos.

Ketika keluar Renjani mendapati Yana sedang menata berbagai makanan di atas meja. Renjani membelalak, pukul berapa ini kenapa Yana sudah selesai mempersiapkan masakan sebanyak itu. Dasar kebo, lu kampungan banget sih baru dikasih kamar bagus aja langsung lengket nggak bisa bangun.

"Pagi Mbak udah bangun?" Yana tersenyum pada Renjani, ia menarik kursi mempersilakan Renjani duduk.

"Banyak banget masaknya." Renjani masih kagum melihat semua masakan Yana. Ia ingin mencoba mereka semua.

"Iya, Mas Kelana bilang Mbak Renjani suka makan." Yana ikut duduk di hadapan Renjani.

Renjani mendelik, jadi begitu cara Kelana menilainya, banyak makan dan jorok. Itu memang tidak sepenuhnya salah tapi Renjani malu jika Kelana menceritakannya pada orang lain. Tapi tunggu dulu, bukankah Yana asisten Kelana dan itu tidak bisa disebut sebagai orang lain.

Dengan penuh semangat Renjani mengambil sedikit nasi, ayam goreng mentega, udang goreng tepung, sambal goreng kentang dan wortel serta mie goreng yang dicampur sawi.

"Wah Yana masakan kamu enak banget." Puji Renjani setelah menghabiskan suapan pertama.

Yana tersenyum mendengar pujian Renjani, ia ikut makan bersama istri bos nya itu.

"Ngomong-ngomong Kelana mana?" Renjani menoleh ke arah pintu kamar Kelana yang tertutup rapat.

"Oh Mas Kelana berangkat pagi-pagi tadi bahkan dia melewatkan sarapan."

"Kemana?"

"Ke makam Mama nya di Bandung."

Renjani terbatuk-batuk mendengar jawaban Yana hingga matanya berair dan memerah.

Apa katanya? makam? makam siapa, mamanya? Mama Kelana? Renjani tidak bisa mencerna kalimat pendek Yana.

Dengan cekatan Yana menuang air dan menyodorkannya pada Renjani.

Renjani meneguk air itu hingga tandas, ia meletakkan garpu di tangannya dengan keras.

"Maksud kamu?" Tanya Renjani setelah batuknya reda, ia mengusap air matanya yang meleleh karena tersedak barusan.

Yana membelalak, apakah Renjani tidak tahu kalau mama kandung Kelana telah meninggal. Ah benar saja, Kelana pasti tidak akan menceritakan hal seperti itu pada orang yang baru dikenalnya. Meski sekarang mereka telah resmi menjadi suami istri tapi hubungan keduanya tak seperti pasangan pada umumnya.

"Mama kandung Mas Kelana sudah meninggal sejak Mas Kelana berusia 8 tahun dan sekarang yang ada di rumah Pak Wira itu istri keduanya, Mama tiri Mas Kelana."

"Jadi?"

"Jadi Bu Ratih bukan Mama kandung Mas Kelana."

Renjani kaget, ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Pantas saja waktu makan malam di rumah Wira, Kelana terlihat tidak nyaman dan ingin lekas pulang. Lalu parahnya saat itu Renjani bilang, kamu mungkin nggak tahu rasanya hidup di keluarga broken home karena keluarga kamu utuh.

Renjani menutup wajah dengan kedua tangannya, ia amat menyesal telah mengatakan hal seperti itu pada Kelana. Pantas saja malam itu Kelana langsung bersikap dingin pada Renjani. Harusnya Renjani lebih peka terhadap laki-laki itu. Harusnya Renjani berpikir lagi sebelum mengatakan sesuatu.

"Kenapa Mbak?" Yana kebingungan melihat reaksi Renjani.

Renjani mengangkat wajah dengan ekspresi menyedihkan, bagaimana caranya minta maaf pada Kelana dengan ke-soktahuan nya. Renjani kehilangan selera makan mengingat betapa kejamnya kalimatnya saat itu.

Banyak sesuatu tentang Kelana yang tidak diketahui oleh Renjani. Seharusnya Renjani lebih banyak mencaritahu tentang Kelana sebelum menikah. Ah bodoh banget sih lu!

Bagaimana mungkin dua orang yang tidak saling mengenal kemudian menikah. Renjani adalah gadis paling bodoh se-Jakarta. Renjani tidak pikir panjang, ia hanya ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya meski itu tidak masuk akal meski ia harus mengorbankan kehidupan normalnya.

"Setelah sarapan kita keluar ya Mbak, Mas Kelana tunggu kita di suatu tempat."

"Tempat apa?"

"Mbak akan tahu sendiri setelah sampai disana." Yana tersenyum penuh arti yang membuat Renjani semakin penasaran. Kelana memang orang yang penuh dengan kejutan. Kelana itu seperti kembang api, penampilannya menarik tapi jika didekati bisa membuat celaka.

Usai makan Renjani bergegas ke kamar mandi karena Yana mengajaknya keluar. Renjani juga sempat mencaritahu profil Kelana di internet sekilas. Renjani berjaga-jaga agar tidak salah bicara di depan Kelana. Ucapannya waktu itu sudah keterlaluan, Renjani bersikap seolah-olah dirinya adalah anak paling menderita di dunia ini padahal ada banyak korban broken home yang justru lebih parah darinya. Seharusnya Renjani lebih banyak bersyukur karena meski orangtuanya berpisah, mereka tetap mau menemuinya. Jika Renjani meminta sesuatu pada papa nya pun pasti akan langsung memenuhinya. Tiba-tiba Renjani sadar bahwa sikapnya selama ini berlebihan terhadap orangtuanya. Renjani memilih tinggal jauh dari mama nya dan jarang mengangkat telepon dari wanita yang telah melahirkannya. Yang ada di pikiran Renjani adalah ia ingin membalas perbuatan mereka yang tidak pernah meminta pendapat seorang anak saat hendak memutuskan sesuatu khususnya tentang perceraian itu.

"Mbak, sudah siap?" Suara Yana terdengar di luar kamar Renjani beserta ketukan pintu.

"Udah." Renjani setengah berteriak, ia menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhnya sebelum menyambar tas selempang miliknya lalu keluar.

Renjani telah siap dengan celana jeans dan blouse berwarna mint yang membuat tubuhnya terlihat lebih tinggi.

"Wah Kelana punya mobil berapa sih?" Renjani melihat barisan mobil mewah di basemen yang tampak mengkilap menyilaukan mata.

"Ada empat tapi saya sering pakai yang ini soalnya muat banyak barang-barang Mas Lana." Yana membukakan pintu untuk Renjani.

"Eh nggak usah dibukain, aku bukan Kelana." Kata Renjani, ia tidak biasa diperlakukan seperti itu apalagi Yana lebih muda darinya meski kecerdasannya jauh melampaui Renjani.

Yana membalasnya dengan senyuman lalu melangkah mengelilingi mobil lalu duduk di kursi kemudi.

"Jadi Mama Kelana sudah meninggal sejak Kelana 8 tahun?"

"Setahu saya iya Mbak, Mas Lana nggak pernah bahas soal itu dan saya juga nggak pernah nanya." Yana tahu itu adalah hal paling sensitif bagi Kelana dan ia tidak berani menyinggungnya, itu sama saja membangunkan harimau tidur.

"Terus Valia itu?"

"Anak Pak Wira dan Bu Ratih."

Renjani manggut-manggut mengerti, pantas saja mereka terlihat seperti musuh bebuyutan dari pada kakak adik. Pasti berat untuk Kelana kehilangan sosok ibu sejak kecil lalu menyaksikan pernikahan papa nya dengan wanita lain. Renjani tak akan pernah bisa mengerti perasaan Kelana karena ia tak pernah mengalaminya. Namun Renjani bisa mengira-ngira perasaan Kelana saat itu. Pasti Kelana hidup penuh dengan tekanan.

"Karena Pak Wira punya perusahaan pembuat violin jadi dia berambisi menjadikan anak-anaknya sebagai violinist terkenal." Jelas Yana seolah mengerti pertanyaan yang saat ini berkemelut di kepala Renjani.

"Apa Bu Ratih orang yang harus aku hindari?" Tanya Renjani, ia mulai mengetahui suasana keluarga Kelana.

"Benar Mbak." Yana mengangguk, "kalau bisa jangan bicara dengannya dan menjawab seperlunya kalau dia tanya sesuatu, Valia juga gitu, dia picik seperti ibunya." Yana sebenarnya tidak enak jika harus membicarakan keburukan orang lain tapi ia harus mengatakan yang sesungguhnya pada Renjani.

"Mbak Rere harus hadir di konser Mas Kelana Minggu depan, kemungkinan orangtua Mas Kelana dan Valia juga akan hadir."

Renjani menghela napas berat membayangkan berkumpul dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Ia seperti tercebur ke kubangan lumpur penghisap yang membuatnya tak bisa keluar. Semakin lama Renjani makin terjebak di dalamnya. Renjani pikir satu tahun ini akan berlalu dengan cepat.

Mereka sampai di sebuah bangunan kantor dua lantai yang cukup luas. Pandangan Renjani menyapu ke seluruh penjuru bangunan tersebut. Apakah ia harus melamar di tempat kerja baru tapi kantor ini terlihat kosong.

"Ayo masuk."

Renjani terperanjat mendengar suara itu, ia melihat Kelana sudah berdiri di depan pintu dengan wajahnya yang dingin.

Langkah Renjani dan Yana mengikuti Kelana masuk ke dalam bangunan itu.

"Kenapa kita kesini?" Tanya Renjani.

"Ini akan jadi perusahaan kamu." Jelas Kelana membuat Renjani terkejut. Perusahaan? Secepat itu? Aaahh Kelana baik banget!

"Tapi Kelana—" Kalimat Renjani terputus ketika Kelana memintanya duduk.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Kelana tidak suka melihat keraguan di wajah Renjani padahal ini adalah perjanjian mereka sebelum menikah. Kelana akan memberi jalan bagi Renjani untuk memiliki perusahaan penerbit sendiri.

"Apa aku bisa?"

Kelana mengedikkan bahu, "kamu yang mengetahui kemampuan mu sendiri."

"Kalau gagal gimana?"

"Kamu bahkan belum mencoba kenapa bilang seperti itu, jurusan apa yang kamu ambil saat kuliah?"

"Analis kesehatan."

Kelana melongo begitupun dengan Yana.

"Lalu kenapa kamu bekerja di perpustakaan?"

"Karena—suka buku."

"Dan kamu ingin memiliki perusahaan penerbit karena menyukai buku?" Kelana berusaha sabar dengan Renjani.

Renjani mengangguk. Kelana menggebrak meja tak mampu lagi menahan emosi sedangkan Yana hanya menahan senyum. Yana menganggap Renjani sangat lucu.

"Memangnya kenapa kalau aku punya keinginan yang nggak ada hubungannya sama jurusan kuliah aku?" Renjani tak terima karena Kelana terlihat meremehkannya.

"Kalau begitu kamu pasti bisa membangun perusahaan ini kan?" Kelana menatap Renjani tajam.

Renjani menelan salivanya dengan susah payah.

"Jawab Renjani."

"Tapi aku—"

"Ya atau tidak."

"Ya." Jawab Renjani akhirnya, ia sendiri tidak yakin karena belum pernah memiliki bisnis sendiri. Renjani tak menyangka Kelana akan mewujudkan keinginannya secepat ini bahkan ia belum mempersiapkan diri. Benar kan, Kelana itu penuh kejutan.

Terpopuler

Comments

bunda Thalita

bunda Thalita

renjani kamu lucu... biar si Lana gak seriu2 amat idupnya wkwkwk

2023-11-09

0

mbokekiting

mbokekiting

di tunggu up nya kak... ceritanya bagus....

2022-04-13

1

Yeni Selfian

Yeni Selfian

semangat berkarya meski yg melihat karyamu sedikit mbak author InsyaAllah lama2 jg byk pembacanya ........semangat 💪💪💪🌺🌺🌺😂😂😂

2022-04-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!