Dalam hening ku mengerti
Kamu lah sang penghuni hati
Mari katakan cinta melalui melodi
Disaksikan senja dan burung gereja.
-Senja Bertemu Cinta-Kelana Radiaksa
Telunjuk Renjani mengetuk-ngetuk meja seiring irama lagu Senja Bertemu Cinta yang terdengar ke seluruh penjuru perpustakaan. Hampir setiap sore lagu itu menemani Renjani, mengisi kekosongan hatinya dengan sajak cinta yang Kelana tulis melalui lagu. Renjani tak akan pernah bosan dengan lagu itu. Suara penyanyi dalam lagu itu juga terdengar indah menyentuh gendang telinga. Renjani jadi penasaran siapakah penyanyi di balik lagu itu.
Akhirnya Renjani menghidupkan ponselnya dan mengetik judul lagu tersebut pada kolom pencarian di internet. Nama Kelana Radiaksa dan Zaneta langsung muncul bersama dengan foto-foto mereka.
"Ah Zaneta." Renjani tidak asing dengan salah satu penyanyi muda Indonesia tersebut, tapi karena tidak terlalu mengikuti dunia entertaintment ia tak bisa mengenali suara Zaneta. Renjani menggulir layar ponselnya ke bawah.
Orang lain juga menelusuri:
Elara Adaline
Renjani mengetuk nama Elara Adaline lalu foto wanita tersebut yang mengenakan dress putih dengan rambut terurai bergelombang. Tak hanya foto sendiri, wanita bernama Elara itu juga tampak bersama Kelana. Mereka seperti sepasang kekasih yang terlihat serasi.
"Wah cantik banget." Puji Renjani, sebagai perempuan saja ia merasa kagum pada sosok Elara apalagi para kaum lelaki. Elara memilik tubuh langsing semampai dan kulit putih bersih. Senyumnya juga manis membuat Renjani ingin memandangnya lebih lama.
"Aku nyesel nggak ngikutin beritanya Kelana." Gumam Renjani karena sekarang ia penasaran siapakah sosok Elara karena ada banyak fotonya bersama Kelana. Mungkin itu adalah salah satu penyanyi yang pernah menyanyikan lagu Kelana. Renjani berusaha mengingat-ingat apakah Elara juga hadir di pernikahannya dengan Kelana.
"Kebakaran!"
Renjani terkesiap mendengar teriakan beberapa pengunjungnya. Renjani setengah berlari menuju sumber suara tersebut. Ia mendelik melihat asap mengepul dari salah satu sudut perpustakaan.
"Semuanya minggir!" Teriak Renjani, ia berteriak memanggil satpam di depan sana agar segera membawa APAR. Ia juga meraih tabung APAR yang paling dekat dengan jangkauannya. "Kelana, minggir!" Renjani terkejut melihat Kelana justru berdiri kaku di antara rak buku padahal api mulai memercik dari sana.
Buku-buku itu terbakar dengan mudah. Renjani menarik Kelana untuk menjauh dari sana sementara ia menyemprotkan alat pemadam kebakaran, dua orang satpam juga datang untuk memadamkan api. Desty berteriak panik meminta pengunjung menjauh dari sana.
Kelana terduduk merapat ke dinding dengan memeluk lutut, pandangannya nanar ke arah api yang berkobar dan bayangan Renjani.
Perlahan bayangan Renjani berubah menjadi sosok mama Kelana yang tengah berusaha memadamkan api.
"Mama!"
"Kelana lari dari sini, Mama harus padamin ini dulu."
Kelana menggeleng, ia tidak mau lari sementara mama nya masih berada disini.
Dalam sekejap kamar itu penuh dengan asap, tidak ada alat pemadam kebakaran kecuali air dari kamar mandi. Mama Kelana berlarian ke kamar mandi untuk mengambil air berharap api itu segera padam. Namun buku-buku itu membuat api lebih mudah menyebar.
Kelana berusaha membuka pintu kamar yang dikunci dari luar. Tubun Kelana sama kecilnya dengan tenaganya. Pintu itu sama sekali tidak bergerak.
"Papa pasti lupa dan ngunci pintunya dari luar." Seru mama Kelana yang masih berusaha memadamkan api.
Kelana menyerah untuk membuka pintu, ia meraih handuk yang berada di kamar mandi dan membasahinya. Kelana menyeret handuk basah itu untuk memadamkan api.
"Ahhh!"
"Mama!" Kelana berteriak histeris ketika api itu mulai membakar baju mama nya. Tubuh Kelana bergetar, kekuatannya yang tidak seberapa mengangkut air dari kamar mandi dengan ember kecil untuk menyiram tubuh mama nya. Namun api itu semakin membesar melahap tubuh mama Kelana.
"Mama." Kelana terisak dengan tubuh berguncang hebat memeluk lututnya sendiri.
Akhirnya api bisa dipadamkan menyisakan setengah bagian rak yang hangus terbakar setelah tiga tabung alat pemadam habis. Untung saja letak rak-rak disitu agak berjauhan sehingga api tidak menyebar ke bagian lain.
"Kelana!" Renjani berlari menghampiri Kelana yang terduduk di lantai, ia mengusap wajah Kelana yang basah oleh keringat bercampur air mata. "Apinya udah padam." Ucapnya untuk menenangkan Kelana. "Ayo keluar dari sini." Ia membimbing Kelana berdiri membawanya menuju mobil karena laki-laki itu terlihat sangat terpukul dengan kejadian barusan.
Renjani menutupi kepala Kelana dengan jaket miliknya menghindari pandangan orang-orang.
"Kamu udah aman." Renjani membuka jaket yang menutupi kepala Kelana, "its okay Lana, semuanya baik-baik aja."
Akhirnya Kelana mau mengangkat wajahnya, ia menghambur memeluk Renjani. Masih terdengar isakan dari Kelana. Renjani juga bisa merasakan kalau tubuh Kelana berguncang hebat.
"Maafin aku." Renjani menepuk-nepuk punggung Kelana.
Renjani tertegun melihat reaksi Kelana saat api tiba-tiba berkobar di dalam perpustakaan tadi. Ia melihat sisi lain dari seorang Kelana. Renjani tak lagi melihat sosok Kelana yang dingin, tegas dan galak lagi. Ia justru melihat betapa terluka nya Kelana mengalami hal itu. Renjani bertanya-tanya apakah Kelana pernah mengalami kejadian serupa di masa lalu yang membuatnya trauma hingga sekarang. Mungkin ini alasannya kenapa Kelana tidak mau menyimpan banyak buku di dalam kamarnya.
Renjani paham sebab ia juga mengalami trauma terhadap kolam renang karena dulu ia pernah tenggelam saat berada di waterpark. Sampai sekarang Renjani tidak mau mendekati kolam renang karena akan selalu teringat pada kejadian dimasa kecilnya.
Namun kejadian yang Kelana alami sepertinya lebih parah mengingat betapa syok nya tadi Kelana ketika orang-orang mulai berteriak kebakaran.
"Aku anter kamu pulang ya." Ucap Renjani setelah Kelana lebih tenang dan mengurai pelukannya.
Kelana menggeleng, "kamu belum bisa nyetir mobil."
Ah benar juga, Renjani baru belajar sebentar hari ini. Nanti bukannya mengantar Kelana dengan aman ke apartemen, Renjani justru membuat mereka celaka.
"Telepon Pak Dayat." Kelana menyodorkan ponselnya pada Renjani dengan tangan gemetar, ia menyandarkan tubuhnya ke jok dan memejamkan mata.
Renjani mengarahkan telunjuk Kelana pada sensor finger print untuk membuka kunci layar. Renjani terdiam beberapa saat melihat foto seorang wanita langsung muncul ketika ia berhasil membuka kunci layar. Rupanya sebelum mematikan ponsel, Kelana sedang melihat foto wanita tersebut di galeri.
Elara Adaline?
Fokus Re! Telepon Pak Dayat!
Renjani mencari kontak dengan nama Pak Dayat yang merupakan supir pribadi Kelana. Kelana memang tidak selalu pergi dengan Pak Dayat, ia lebih sering menyetir sendiri jika untuk keperluan pribadi seperti pergi ke perpustakaan hari ini.
"Halo, Pak, saya Renjani tolong ke perpustakaan Edelweiss ya sama Yana." Ujar Renjani setelah Dayat menjawab teleponnya.
"Sekarang Mbak?"
"Iya." Masa besok, keburu pingsan ini anak orang.
"Baik Mbak Rere." Dayat segera memutus sambungan.
"Minum dulu nih." Renjani menyodorkan air mineral pada Kelana.
Kelana meneguk air tersebut sedikit lalu kembali memejamkan mata, ia berusaha membuang jauh bayangan hari dimana ia kehilangan mama nya.
Renjani belum mengalihkan pandangan pada Kelana, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada Kelana padahal ia akan melakukan konser dua hari lagi. Konser yang sudah Kelana siapkan sejak satu bulan lalu itu tidak boleh gagal karena kejadian ini.
******
15 menit kemudian Yana dan Dayat datang. Yana panik melihat keadaan Kelana apalagi setelah mendengar cerita Renjani bahwa perpustakaan itu baru saja kebakaran. Yana mengetahui cerita tentang mama Kelana yang menjadi korban kebakaran di perpustakaan di dalam rumah nya sendiri. Yana mengetahui itu dari salah satu ART di rumah Kelana. Saat itu Kelana menyaksikan sendiri bagaimana mama nya meregang nyawa di tengah api yang berkobar. Konon butuh waktu bertahun-tahun untuk Kelana sembuh dari depresi yang dialaminya akibat kejadian itu.
"Kita ke rumah sakit ya Mas." Ajak Yana pada Kelana yang berbaring di kursi mobil.
"Pulang aja."
"Aku ikut." Tukas Renjani, melihat kondisi Kelana sekarang membuatnya tak ingin jauh dari pria itu.
"Kamu kerja." Kelana menatap Renjani dengan sepasang mata nya yang sayu. Renjani tak pernah melihat pandangan Kelana seperti itu sebelumnya. Wajah Kelana tampak redup. Entah kenapa Renjani lebih suka jika Kelana mengintimidasi nya dari pada seperti sekarang.
"Nggak apa-apa Mbak, nanti Mbak Rere dijemput Pak Dayat ya." Yana juga berusaha menenangkan Renjani.
Akhirnya Renjani menuruti Kelana untuk kembali ke perpustakaan. Ia juga harus menelepon Arzan pemilik perpustakaan Edelweiss untuk mengetahui penyebab kebakaran itu.
"Mbak Rere hati-hati ya." Pesan Yana karena ia khawatir akan terjadi kejadian serupa di perpustakaan itu. Ia telah siap duduk di kursi kemudi.
"Kalian juga." Renjani melambaikan tangan—melihat Kelana sekali lagi lalu masuk ke perpustakaan.
Keadaan di dalam perpustakaan kacau karena pengunjung berlarian panik dan membuat barang-barang berantakan. Renjani meminta mereka pulang karena suasana sudah tidak kondusif. Renjani berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin agar mereka bisa kembali membaca di tempat itu.
"Pak Arzan dalam perjalanan." Ucap Desty ketika semua pengunjung telah keluar dari perpustakaan.
"Oke." Renjani mengangguk, ia duduk di salah satu barisan kursi panjang dan meraup wajahnya. Semua ini terjadi begitu tiba-tiba dan kenapa harus hari ini saat Kelana sedang berada disini.
Beberapa saat kemudian Arzan datang dengan istrinya Nuna, mereka bertanya apakah ada korban karena kebakaran tersebut. Renjani menjawab untung saja mereka memadamkan api dengan cepat sehingga tidak ada korban jiwa. Hanya saja sekitar seratus buku hangus terbakar. Arzan lega karena tidak ada korban jiwa, ia akan segera mencaritahu penyebab kebakaran tersebut.
Renjani ingin memarahi Kelana karena tadi ia sudah mengambil buku yang hendak dibaca pria itu tapi Kelana masih berkeliaran mencari buku sendiri. Namun Renjani tidak sanggup mengeluarkan omelan apapun melihat keadaan Kelana tadi. Sungguh Kelana tampak seperti orang lain. Apakah itu sosok Kelana yang sebenarnya sedangkan apa yang selama ini ia tampakkan pada orang lain hanya lah topeng.
"Mau marah tapi kasihan." Gumam Renjani seraya menghela napas panjang. Renjani tidak mau mengulang kesalahannya lagi yakni sok tahu dengan kehidupan Kelana padahal ia masih harus menyelam lebih dalam. Namun ia juga takut tidak bisa kembali ke permukaan—karena ia benci berenang.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
bunda Thalita
semangat renjani
2023-11-09
0
SaRW
Semangat Re.. kamu pasti bs..
ku tunggu Up nya Thor..😊
2022-05-13
0
Yeni Selfian
kasian bgt kelana renjani juga kasian 😞
2022-04-27
0