III

Renjani melangkah melewati gang menuju tempat kos nya. Sesekali ia melompat dengan hati-hati melewati genangan air bekas hujan semalam yang mengguyur kota Jakarta. Awal tahun memang hampir selalu seperti ini, hujan disertai angin dan petir hingga berujung banjir. Untungnya hujan tadi malam tidak terlalu deras sehingga banjir bisa dihindari.

Sejak orangtuanya bercerai ketika Renjani duduk di bangku SMA, ia tinggal bersama ibunya tapi setelah kuliah Renjani memutuskan untuk tinggal sendiri di tempat kos yang dekat dengan kampusnya. Baru dua tahun ini ia pindah kesini bersama Jesi sahabatnya. Sesekali Renjani mengunjungi ibunya di Sumedang karena hubungan mereka tidak terlalu baik setelah perceraian itu.

"Re, wah parah lu!"

Renjani terkejut mendengar suara teriakan Jesi ketika ia baru membuka pintu tempat kos nya. Renjani tak mengerti arti ucapan Jesi karena ia baru saja kembali dari perpustakaan dan teman satu kos nya itu tiba-tiba meneriakinya. Andai suara Jesi seperti Jessy jane maka Renjani tak akan kesal dengan teriakannya. Namun sayangnya suara Jesi seperti kaleng khong guan yang sudah kosong, nyaring dan membuat telinganya sakit.

Jesi melompat dari sofa menghampiri Renjani yang tengah melepas sepatu pantofel hitam dan meletakkannya di rak sepatu di samping pintu masuk.

Tempat kos itu tak terlalu besar hanya terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu sekaligus ruang tv dan dapur tanpa sekat sehingga siapapun yang berada di ruang tamu akan bisa langsung melihat dapur mereka.

Jesi bekerja di sebuah rumah sakit sesuai jurusannya yakni analis kesehatan tapi Renjani justru memilih bekerja di perpustakaan dengan alasan sederhana yakni bisa membaca buku apapun yang ia inginkan secara gratis. Setiap kali berkutat dengan buku-buku Renjani merasa tenang, ia ingin memiliki perusahaan penerbit buku dimasa depan. Renjani selalu mengimpikan pekerjaan yang berurusan dengan buku, tapi bukan menjadi penulis karena ia tak pandai merangkai kata. Maka Renjani akan selalu bekerja di perpustakaan sampai ia punya modal yang cukup untuk memulai perusahaan penerbit.

"Apaan sih?" Renjani melempar tas kerjanya dan menghempaskan tubuhnya ke sofa, ia memijit bahunya yang terasa kaku setelah duduk di perpustakaan cukup lama. Tadinya ia ingin langsung membersihkan diri setelah sampai di tempat kos tapi godaan sofa membuatnya goyah.

"Lu lihat deh." Jesi menyodorkan ponselnya yang menampilkan sebuah artikel pada Renjani. "Lu digosipin pacaran sama Kelana, si violinist terkenal itu, nggak mungkin lu nggak tahu kan karena tiap hari tetangga sebelah pasti puter lagu Kelana."

Renjani mengerutkan kening melihat judul yang tertera di bagian paling atas artikel tersebut, tentu saja Renjani tahu Kelana sang violinist itu karena di perpustakaan ia juga sering memutar lagunya.

"Pacaran gimana, gue aja nggak kenal dia." Renjani tertegun melihat artikel tersebut, ia tak menyangka jika kejadian tadi bisa heboh seperti ini. Posisi mereka tadi memang bisa membuat siapapun salah paham tapi artikel tersebut sungguh berlebihan mengatakan Kelana berciuman di depan umum. "Apa ini terlihat seperti ciuman?" Kesalnya.

"Sekilas sih iya tapi nggak mungkin lah Kelana mau sama lu."

Renjani mentoyor kepala Jesi karena telah meledeknya, "emang gue jelek banget?" ia melipat tangan di depan dada.

Jesi nyengir, jelas Renjani cantik hanya saja kurang dipermak dengan sedikit make-up dan pakaian yang lebih bagus. Namun jika dibandingkan dengan Kelana yang terkenal, Renjani tak ada apa-apanya.

"Lu lihat nih komentar para fans nya Kelana, mereka bilang lu cewek kegatelan, mana posisi lu di atas lagi."

Renjani mengembalikan ponsel Jesi dan menyandarkan kepalanya pada sofa, ia menarik pita hitam yang mengikat rambutnya sejak sore tadi. Ini semua salahnya karena telah jatuh dan mengenai Kelana. Sekarang Renjani justru memikirkan Kelana, pasti lebih sulit untuk seorang publik figur sepertinya menjadi bahan gosip banyak media padahal mereka tak tahu kejadian yang sebenarnya.

Renjani memejamkan mata memikirkan bagaimana caranya memperbaiki semua ini setelah berita itu telanjur tersebar.

"Kok bisa sih kalian begini?" Jesi menghadap Renjani sepenuhnya, ia penasaran mengapa sahabatnya yang ia tahu dari dulu tidak pernah berhubungan dengan pria sekarang justru tersangkut gosip seperti itu. Setahu Jesi, Renjani tak pernah memiliki pacar lagi sejak putus dari Arya yang bukan Saloka 3 tahun lalu. Kalaupun Renjani punya pacar, itu tak mungkin Kelana.

"Padahal tuh ceritanya konyol banget tahu nggak, malu-maluin tapi di berita justru dilebih-lebihkan."

"Kenapa lu bisa cium bibir Kelana sih?"

"Jadi tadi gue ambil buku di rak pakai tangga, terus gue jatuh nah jatuhnya kena Kelana dan nggak sengaja bibir kami nempel, itu nggak bisa disebut ciuman lo Jes."

Jesi geleng-geleng, "ya Kelana juga ogah ciuman sama lu."

"Lu pikir gue mau? nih bibir mau gue simpen buat suami gue nanti sekarang udah nggak suci lagi." Renjani mengibaskan rambutnya dengan dramatis dan beranjak dari sofa untuk segera mandi, ia makin stress jika terus-terusan berdebat dengan Jesi.

Air hangat dari shower mengguyur tubuh Renjani yang terasa pegal-pegal hari ini, mungkin karena tadi ia jatuh dari tangga. Renjani tak bisa membayangkan bagaimana jika tubuhnya membentur lantai, mungkin tulangnya akan patah meski tangga itu tidak terlalu tinggi. Namun setelah dipikir lebih baik tulangnya yang patah dari pada harus membuat Kelana menjadi bahan gosip media.

Selama ini Kelana jarang digosipkan macam-macam kecuali berita soal Kelana gay. Selain itu pasti media hanya membicarakan tentang prestasi Kelana yang bisa menjadi violinist terkenal hingga keluar negeri. Renjani takut jika gosip ini akan mempengaruhi karir Kelana.

Renjani menyentuh bibirnya yang basah oleh air dari shower, tiba-tiba ia teringat bagaimana bibir Kelana bersentuhan dengan bibirnya ditambah aroma kopi yang menguar dari sana. Renjani menelan salivanya yang bercampur air hangat-pahit-rupanya ada shampo yang sedikit tertelan.

"Aduh semoga nggak mati." Renjani segera berkumur untuk menghilangkan rasa pahit yang menyentuh permukaan lidahnya.

Kalau Jesi tahu pasti ia akan bilang, "nggak mungkin lah lu mati cuma karena nggak sengaja nelen shampo sedikit, kalau satu botol lu telen beda lagi ceritanya."

Senyum Renjani tersungging, ternyata pria bermasker yang selama ini mengunjungi perpustakaan Edelweiss adalah Kelana. Renjani memang bukan penggemar berat Kelana tapi kalau tahu dari awal ia akan minta tandatangannya untuk dipajang di kamar agar ia selalu semangat untuk bekerja. Namun sekarang apa gunanya tandatangan padahal Renjani sudah mendapatkan lebih dari itu yakni berciuman dengan sang violinist.

"Ahh kenapa melantur gini sih." Renjani memukul kepalanya sendiri agar berhenti berpikir macam-macam.

"Udah makan lu?" Jesi sudah berada di atas tempat tidur Renjani dengan posisi satu tangan menyangga kepala sedangkan tangan lainnya memegang remote tv.

Ketika kaki Renjani menapak ke keset ia mendengar suara infotainment dari televisi, ia melirik Jesi tajam, mengapa sahabatnya itu harus menonton televisi di kamar ini padahal mereka memiliki televisi masing-masing.

"Udah tadi makan nasi goreng." Jawab Renjani seraya melangkah ke arah lemari untuk mengambil pakaian.

"Gila ya udah malem gini masih aja ada acara infotainment." Jesi mengubah posisinya duduk bersila agar lebih jelas melihat tayangan pada televisi.

"Tapi lu suka kan?" Renjani melepas handuk yang melilit badannya hingga sebatas paha. Ia mengganti pakaian dengan piyama longgar bersiap untuk tidur.

"Eh lihat deh!" Jesi menunjuk televisi.

Renjani yang telah selesai berpakaian segera melompat ke samping Jesi, "ada apa?"

"Para wartawan mengerumuni apartemen Kelana." Jesi membaca headline di televisi yang menampilkan kerumunan wartawan di depan gerbang gedung apartemen mewah di tengah kota Jakarta.

Renjani tertegun, ia tak mengira bahwa berita tersebut akan menjadi sangat heboh. Tangannya mencengkram sprei biru muda yang baru ia ganti kemarin menahan gejolak dalam dadanya. Ia ingin membantu Kelana tapi tak tahu dengan cara apa agar pria itu bisa menyelesaikan masalah ini.

"Makanya lu kerja di rumah sakit aja bareng gue, nggak bakal kejadian kayak gini." Omel Jesi, ia mematikan televisi agar tidak membuat Renjani semakin stress.

Apa hubungannya Renjani bekerja di rumah sakit atau perpustakaan dengan masalah ini.

"Tahu ah, gue mau tidur." Renjani menghempaskan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Keluar gih." Pinta Renjani, ia benar-benar ingin tidur untuk melupakan kejadian hari ini.

Renjani merogoh bawah bantal mengambil ponsel miliknya, ia membuka aplikasi Instagram dan mengetik nama Kelana. Ia melihat satu foto Kelana tengah berada di atas panggung dengan biola di lengannya yang diposting dua hari lalu. Renjani melihat komentar pada foto tersebut, komentar dari akun dengan centang biru kebanyakan berisi pujian.

Sukses terus Lana

Makin cakep violinist satu ini

Lagunya terlalu bagus

Sukses untuk next concert

Sedangkan komentar di bawahnya justru mengomentari tentang gosip yang sedang diperbincangkan banyak orang.

Siapa sih tuh cewek berani-beraninya cium Kelana gw

Nggak nyangka sama kamu Lan, kelihatannya kalem eh ternyata diem-diem ciuman sama cewek di perpus lagi

Spill ceweknya cepat!

Ampun dah posisinya pewe banget kayaknya

"Ih apaan sih mereka." Renjani menggerutu semakin ia menggulir komentar tersebut maka emosinya juga makin memuncak. Ingin rasanya melayangkan tinju di wajah mereka. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi. Mereka juga tidak tahu kejadian sebenarnya tapi apakah mereka tak bisa menahan ketikannya. Pasti Kelana sakit hati membaca komentar-komentar tersebut karena Renjani tahu selama ini lelaki itu jarang memiliki hatters.

Renjani melempar ponselnya ke sembarang arah karena tak sanggup lagi membaca komentar pedas netizen. Komentar mereka bahkan lebih pedas dari samyang dengan 100 cabe sekalipun.

Renjani berharap tak ada yang menyadari bahwa cewek itu dirinya. Atau tak ada yang berusaha mencaritahu siapa sosok sebenarnya cewek tersebut karena Renjani tahu netizen adalah detektif paling handal. Bahkan mereka bisa menemukan seseorang dari pantulan sendok atau mata. Sungguh tidak masuk akal tapi itulah kekuatan para detektif dadakan tersebut.

Terpopuler

Comments

ᴋʀʏsᴛᴀʟ ᴊᴜɴɢ21

ᴋʀʏsᴛᴀʟ ᴊᴜɴɢ21

ceritanya bagus, penulisannya juga rapi semoga banyak yang suka setelah ini

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!