VIII

Antasena Entertainment adalah manejemen yang menaungi banyak artis Indonesia yang terkenal dengan segudang prestasinya termasuk Kelana Radiaksa. Hampir tidak ada dari artis yang mereka naungi tersangkut masalah dan Kelana membuat seluruh orang di kantor heboh ketika fotonya tersebar di internet berciuman dengan seorang perempuan yang tidak mereka kenal.

Adam yang sudah lama mengenal Kelana sempat tak percaya bahwa di foto itu adalah Kelana tapi wajah mereka terlalu mirip untuk ia menyangkal hal tersebut. Namun kekhawatiran semua orang sirna ketika Kelana melakukan jumpa pers hari ini dengan Renjani. Mereka mengumumkan hubungan itu secara resmi sekaligus memberitahu bahwa keduanya akan segera menikah.

"Kamu tidak boleh tersangkut masalah apapun, ingat Papa mu tak akan berhenti mengejek mu jika kasus ini berhasil membuat popularitas mu turun." Begitu ucapan Adam beberapa hari yang lalu karena mereka tidak memiliki solusi untuk meredakan gosip yang telanjur menyebar itu. Namun tak disangka Kelana memiliki cara sendiri untuk menyelesaikannya.

"Kamu yakin akan menikahi wanita itu?"

"Saya yakin."

"Bukankah seminggu lalu kamu bilang tidak mungkin menikahi wanita yang tidak kamu kenal?" Adam menaikkan alis, keputusan Kelana sungguh mengejutkan semua orang. "Bagaimana jika wanita itu orang jahat yang mengincar harta mu sejak lama, bukankah kamu bilang dia sering memperhatikan mu di perpustakaan?"

"Tidak mungkin."

"Bagaimana jika ucapan ku benar?"

"Aku tidak sebodoh itu." Kelana tidak bodoh membiarkan wanita asing merebut apapun darinya. Lagi pula ia lihat Renjani hanyalah wanita polos yang tidak punya kemampuan untuk melakukan apapun terhadapnya. Kelana yakin itu.

Akhirnya hari ini terjadi juga, jumpa pers berjalan dengan lancar. Berita buruk tentang Kelana Radiaksa perlahan menghilang digantikan berita baru bahwa Kelana telah memiliki pasangan. Ada orang yang memberi selamat tapi ada juga yang tidak suka dengan hubungan itu karena menganggap Renjani tidak sepadan dengan Kelana.

"Terimakasih Renjani, kamu melakukannya dengan baik." Adam menjabat tangan Renjani ketika ia melihat gadis itu dan Kelana kembali. "Ouh tanganmu dingin sekali."

Renjani segera menarik tangannya kembali, ia berkeringat dingin sejak baru keluar tadi. Rasanya seperti sedang tampil di depan para guru dan orangtua ketika dirinya bersekolah dulu. Namun yang ini jauh lebih membuatnya gugup. Untung saja Renjani tidak pingsan tadi, ia akan membuat Kelana dan semua orang di Antasena Entertainment malu.

"Kamu akan membawa Renjani berkenalan dengan artis disini?" Adam melihat Kelana yang berdiri tak jauh dari Renjani.

"Tidak mungkin." Jawab Kelana dingin.

Renjani tersenyum kecut, lagi pula ia juga tidak mau berkenalan dengan mereka. Ia bukan orang yang terobsesi ingin mengenal artis tertentu lagi pula setelah ini ia harus segera berangkat ke perpustakaan.

"Renjani harus bekerja, ya kan?" Kelana melirik Renjani.

"Aku akan pulang naik taksi." Bukan taksi maksudnya busway saja karena ia harus menghemat uangnya menjelang akhir bulan.

"Aku akan mengantarmu."

"Nggak usah." Tolak Renjani.

Kelana mengabaikan ucapan Renjani, ia mencari keberadaan Yana untuk meminta kunci mobilnya. Kelana yang meminta Renjani kesini jadi tak mungkin ia membiarkan gadis itu pulang seorang diri. Setelah mengumumkan hubungan mereka ke publik, Kelana merasa bertanggungjawab terhadap Renjani.

"Ayo Renjani." Kelana kembali dengan membawa kunci mobil di tangannya.

"Saya pulang dulu Pak Adam." Pamit Renjani, ia juga berpamitan kepada lainnya yang ia tak bisa ingat namanya kerena mereka sangat banyak. Padahal Yana bilang itu hanya beberapa staf yang khusus mengurus keperluan Kelana, masih ada banyak staf dan kru disini.

Mereka berjalan bersisian menuju tempat parkir gedung Antasena Entertainment. Kelana menekan tombol pada kunci untuk mencari keberadaan mobilnya karena ia tak memperhatikan saat Yana memarkir mobil tadi.

"Itu dia." Kelana melangkah menuju mobil Mercedes Benz C-Class Coupe hitam miliknya sementara Renjani mengikutinya dari belakang, mereka benar-benar tidak terlihat seperti sepasang kekasih.

Renjani menunggu beberapa saat tidak menyadari bahwa Kelana masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

"Ayo naik." Pinta Kelana seraya menurunkan kaca jendela mobil.

Apa yang lu tunggu? jangan bilang lu nunggu Kelana bukain lu pintu kayak pasangan-pasangan di drama televisi yang super romantis. Renjani memukul kepala ketika menyadari kebodohannya sendiri.

"Besok kamu ada waktu?" Kelana mulai menyalakan mesin mobil, ia menunggu Renjani selesai memasang seat belt sebelum menjalankan mobil.

"Kenapa?"

"Kita harus menemui Papa dan Mama ku."

"Kalau gitu kamu harus ketemu Mama ku dulu, mumpung dia ada disini, dari kemarin Mama pengen ketemu kamu tapi aku yakin kamu pasti sibuk." Renjani menoleh sesaat pada Kelana.

"Baik." Kelana menjalankan mobilnya keluar dari basemen. Meski hubungan mereka hanya pura-pura tapi Kelana harus menemui orangtua Renjani karena pada akhirnya mereka akan menikah. "Kita akan menikah sebelum aku mengadakan konser."

Buru-buru amat Mas. "Kapan?"

"Satu atau dua Minggu ke depan, aku akan mengurus semuanya jadi kamu tidak perlu pusing memikirkan apapun."

Renjani mengangguk, ia sudah telanjur jatuh ke dalam keputusan yang ia buat sendiri yakni menikah dengan Kelana. Untuk menyesal sekarang ini sudah terlambat. Harusnya Renjani mundur sejak Kelana memintanya untuk menikah, ia tergiur dengan tawaran Kelana yang akan memberinya fasilitas memulai bisnisnya sendiri. Sudahlah, Re mungkin keputusan mu kali ini nggak salah. Seperti ketika Renjani memutuskan untuk tinggal jauh dari mamanya, awalnya ia menyesal tapi ia harus melakukannya agar bisa hidup mandiri. Sebab jika Renjani tak berani memutuskan untuk pergi dari rumah ia akan terus hidup di bawah tekanan mamanya. Buktinya sekarang Renjani hidup senang dan bebas meski sang mama tak sepenuhnya melepas Renjani. Semoga keputusan Renjani kali ini juga benar meski awalnya menyesal tapi ia berharap semuanya berjalan baik.

"Oh iya, boleh aku menitipkan buku yang waktu itu aku pinjam padamu?" Kelana menoleh sesaat pada Renjani, ia belum selesai membacanya tapi di buku itu tertulis bahwa ini adalah hari terakhir waktu peminjaman. Kelana ingin memperpanjang waktu peminjamannya tapi ia pasti sibuk setelah ini dan tak akan ada waktu untuk membaca lagi.

"Boleh, dimana bukunya?" Sungguh alur kehidupan ini tak bisa ditebak, seminggu yang lalu mereka hanya sepasang manusia yang tidak saling mengenal tapi hari ini mereka membicarakan pernikahan. Apakah hari ini terjadi karena doa Renjani dimasa lalu? bisa saja dulu ia berdoa agar diberi suami seorang yang terkenal lalu Tuhan mendatangkan Kelana.

"Kau mendudukinya."

Renjani memekik terkejut, ia sedikit mengangkat pantaatnya dan menarik buku bersampul putih tersebut. Kenapa Kelana tidak memberitahunya dari tadi, Renjani jadi merasa berdosa karena telah menduduki sebuah buku.

"Mobilmu nggak bisa masuk." Tukas Renjani ketika mereka sampai di depan gang tempat kosnya.

"Tempat kos mu jauh dari sini?" Kelana tidak kaget karena ia sudah mendengar cerita dari Yana bahwa gang menuju tempat kos Renjani sangat sempit sehingga ia harus memarkir mobilnya di depan gang.

"Enggak kok." Renjani melepas seat belt turun dari mobil lebih dulu disusul Kelana. "Sekitar 100 meter dari sini." Ia menoleh pada Kelana yang telah menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. Namun masker itu sama sekali tidak menutupi ketampanan Kelana, sungguh.

"Pasti nggak enak ya harus keluar pakai masker gitu padahal orang lain bisa bebas jalan kemanapun tanpa masker." Renjani berjalan di samping Kelana.

Kelana terdiam, ia telah melakukan rutinitas ini selama kurang lebih 4 tahun sejak dirinya semakin dikenal luas oleh masyarakat. Mungkin awalnya terasa tidak enak karena ruang geraknya terbatas. Namun sekarang ia sudah terbiasa dan masker atau kacamata adalah atribut yang wajib ia kenakan saat keluar seorang diri tanpa pengawalan.

"Aku pernah dengar kata bijak yang mengatakan bahwa kita harus memilih suatu jalan yang sulit agar bisa hidup dengan mudah."

"Misalnya?"

"Misalnya aku memilih untuk menjadi violinist seperti sekarang, aku harus pakai masker saat keluar, itu memang menyusahkan ketika orang lain bebas keluar kemanapun tanpa masker tentunya tapi aku punya tempat tinggal yang layak, mobil bagus dan penggemar yang tidak sedikit."

Untuk sesaat Renjani terdiam mencerna kalimat Kelana, ah ternyata begitu cara berpikir orang-orang sukses. Sedangkan selama ini Renjani hanya berpikir untuk melakukan hal-hal yang ia suka seperti bekerja di perpustakaan karena tidak mau ribet lembur hingga malam hari seperti Jesi ketika bekerja di rumah sakit. Namun dengan begitu Renjani harus puas hidup pas-pasan.

"Itu karena kamu suka main violin kan?" Pertanyaan itu Renjani ucapkan hanya untuk membela dirinya sendiri karena ia mau melakukan sesuatu yang sukai begitupun dengan Kelana.

"Sejak kecil aku sudah dikenalkan dengan violin jadi sampai sekarang aku senang memainkannya."

"Jadi pilihan yang mudah membuat hidup kita sulit?"

Kelana mengangguk, "seperti ketika kamu memilih rebahan sepanjang hari atau bekerja, rebahan lebih enak tapi bekerja memberimu uang."

Renjani mengangguk paham, sekarang ia merasa kenapa baru kenal Kelana sekarang. Coba saja jika mereka kenal sebelum Renjani memutuskan untuk bekerja di perpustakaan mungkin hidupnya sekarang lebih baik dari ini.

"Tapi apapun itu kita harus bangga dengan pilihan tersebut." Kelana menghentikan langkah karena Renjani berhenti. Apakah mereka sudah sampai?

"Ya ampun, apa ini calon menantuku?"

Renjani terkejut mendengar suara itu lalu detik berikutnya mamanya telah keluar dan menghambur ke arah Kelana.

"Mama, ajak Kelana masuk dulu." Renjani mengajak Kelana masuk ke tempat kosnya sebelum ada orang yang menyadari kehadiran Kelana disitu.

"Apa kabar Tante, saya Kelana." Kelana menjabat tangan maka Renjani saat memperkenalkan diri.

"Ya ampun bener kata Jesi kamu lebih ganteng dari pada di tv." Lasti langsung duduk di hadapan Kelana, ia memandang Kelana dengan tatapan memuja. "Rere bikinin Kelana minum dong."

"Tidak usah Tante." Tolak Kelana.

"Sebentar lagi Kelana juga pulang, dia sibuk Ma." Tukas Renjani, ia tidak enak jika mamanya menahan Kelana terlalu lama disini.

"Kamu tuh gimana sih masa Kelana nganterin kamu jauh-jauh kesini nggak dibikinin minum."

Renjani mendengus kesal, lihatlah mamanya memang seperti itu. Renjani melangkah ke dapur untuk membuat minuman menuruti perintah mamanya.

"Tante barusan lihat kalian di TV, ya ampun kalian kelihatan serasi sekali." Lasti merubah ekspresi kesalnya dengan senyum ramah saat bicara dengan Kelana. "Tapi Kelana, apa kamu yakin akan menikah dengan Renjani?"

"Kenapa Tante bertanya seperti itu?" Kelana mengerutkan kening karena Lasti terlihat meragukan hubungan mereka, lebih tepatnya meragukan Renjani.

"Renjani itu kan gadis biasa yang kerjanya cuma jaga perpustakaan sedangkan kamu violinist terkenal, kamu nggak nyesel pilih Renjani untuk menjadi istri kamu."

Renjani hampir saja menjatuhkan gelas di tangannya ketika tak sengaja menangkap pembicaraan mamanya dengan Kelana. Ia memang gadis biasa tapi ketika mendengar mamanya mengatakan itu hatinya terasa perih.

"Kenapa Tante meragukan Renjani?" Kelana tidak suka dengan ucapan mama Renjani, itu seperti yang biasa Wira katakan terhadap dirinya.

Kemampuan bermain violin mu jauh berada di bawah Valia, kamu hanya seorang violinist yang beruntung bukan berbakat.

"Bukan begitu, Tante cuma nggak mau nasib Renjani seperti orangtuanya, pernikahan kami kandas di tengah jalan."

Kelana tertegun mendengarnya, kenapa Renjani tidak menyinggung hal tersebut sebelumnya. Tiba-tiba perasaan bersalah menelusup ke dalam rongga dada Kelana karena mereka telah merencanakan pernikahan ini sekaligus akan mengakhirinya dalam waktu satu tahun. Mereka telah merencanakan perceraian sebelum menikah.

"Ini minumnya." Renjani meletakkan segelas teh hangat di atas meja. "Mama tenang aja jangan terlalu mikir macem-macem."

Kelana meraih gelas tersebut dan menyesap teh hangat buatan Renjani yang terlalu manis dengan cepat karena ia harus segera kembali sebelum Yana atau Adam meneleponnya.

Terpopuler

Comments

bunda Thalita

bunda Thalita

tenang nanti kenala bakal bucin kok wkwkwkwk

2023-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!