Lestari menerima Putri dari gendongan Rose. Lalu, Lestaripun segera menyus*ui Putri. Bayi perempuan yang baru berusia lima hari itu begitu lahap menyesap susu dari pen*til Lestari.
''Lestari, anakmu kuat sekali minumnya.'' ucap Rose yang melihat baby Putri yang begitu kuat menyesap put*ing Lestari, hingga mengeluarkan bunyi.
''Putri kelaparan bunda. Karena, sejak pulang dari rumah sakit, Putri sama sekali belum minum susu. Dia hanya minum tadi pagi, saat masih dirumah sakit.'' jawab Lestari.
''Bunda keluar dulu, bunda mau bilang Ayah. Kalau, cucu bunda uda bangun.'' pamit Rose kepada Lestari. Tangannya menyentuh lembut pipi Baby Putri.
''Iya, bunda.'' sahut Lestari. sembari mengedipkan matanya pada baby Putri. Bayi kecil itu terus menyesap puti*ng susu Lestari. Bola mata indahnya terus mengawasi Lestari. sembari tangan kecilnya ia eratkan di baju sang Ibunda.
Rose segera berjalan keluar, menuju ruang tamu di mana ada Rico dan Filipo sedang membahas urusan pekerjaan.
"Iya, Ayah setuju. sebaiknya Putri tidak perlu menggunakan jasa babysitter." jawaban Filipo. Terdengar sangat jelas ditelinga Rose.
"Kenapa?enggak boleh menggunakan jasa Babysitter, ayah?" sahut Rose.
Lalu, dengan cepat melangkah mendekati Filipo, yang sedang menikmati minuman bersama Rico.
"Ayah, ingin Lestari sendiri yang mengasuh cucu Ayah. Sama seperti bunda waktu itu mengasuh Lestari sendiri, tanpa dibantu oleh babysitter." jelas Filipo.
"Ayah, dan Rico jangan mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan Lestari. Ayah, tau Lestari sebelum hamil Lestari juga kerja. Mungkin Lestari ingin kerja lagi, kita'kan belum dengar jawaban dari Lestari sendiri." ujar Rose.
Rose tidak terima, kalau Lestari hanya mengurus Putri seorang diri. Karena, sejak ditelpon oleh Lestari, Rose sangat malas menatap wajah Rico. Selain, karena curiga dengan Rico, Rose juga tau kemampuan putrinya itu. Lestari adalah wanita yang aktif di setiap kegiatan, Lestari juga wakil CEO dari kantor yang dipimpin oleh Rico.
Karena, Rico dipercayakan oleh Filipo menjadi CEO sejak menikah dengan Lestari. Tapi, Presdir tetap Filipo. Rose, paham betul maksud dari Rico untuk meminta Lestari berhenti kerja. Karena, Rico tidak ingin Lestari mengetahui ular busuk Rico diluar kantor ataupun didalam kantor.
"Tapi, sekarang beda Bunda. Lestari sudah memiliki anak dia harus tau kewajiban dia sebagai seorang istri dan Ibu." sahut Filipo.
Rose semakin kesal, Ia menatap dalam Filipo. Kenapa, Filipo begitu Naif percaya akan semua rayuan Rico? dengan kesal Rose mengambil minuman miliknya yang sudah disajikan Tati di atas meja sedari tadi.
Rose menyesapnya tanpa ada sisa sedikitpun digelas miliknya. Kemudian, Rose meletakkan lagi gelasnya dengan kasar diatas meja.
"Bahas soal itu nanti saja. Ayah mau lihat Putri atau mau mengatur kehidupan Lestari? Ayah, tidak ingin lihat Putri? cucu Ayah sudah bangun bayi itu sangat menggemaskan." ujar Rose mengalihkan pembicaraan Filipo dan Rico.
"Lihat cucu dong, bun.'' jawab Filipo cepat.
Rico hanya diam sembari menatap Rose dan Filipo bergantian. Rico gelisah, memikirkan nasib Tifani. Karena, sejak tadi Ia mengirim chat tidak dibalas ataupun dibaca oleh Tifani. Sekarang Rico makin pusing Ia sudah berusaha mempengaruhi Filipo.Rose datang menggagalkan semua rencana yang sudah lama Ia susun.
''Sia*lan.'' batin Rico.
''Ya sudah tunggu sini biar bunda yang gendong bawa ke sini. Cucu Opa sangat kuat minum susunya.'' ujar Rose.
Kemudian, Rose segera berjalan ke kamar Putri. Untuk membawa Putri pada Filipo. Putri yang sudah selesai minum susu, dibaringkan Lestari diatas ranjang.
''Putri sudah selesai minum susu?" tanya Rose.
Yang sudah berdiri ditepi ranjang. Lestari yang sedang berbaring dengan menopang kepalanya dengan salah satu tangannya. Segera bangun dari tempat tidur, dan duduk ditepi ranjang.
''Cucu Oma, udah selesai minum susunya? itu putri sedang ditunggu Opa diluar. ayo, sama Oma kita temui opa.'' dengan lembut mengangkat putri yang sedang berrbaring, untuk dibawa ke Filipo.
''Bunda, titip Putri.Lestari ingin tidur sebentar.'' ucap Lestari. karena matanya yang semalam belum di istirahatkan sudah menjerit untuk segera tidur.
''Iya, Nak enggak apa-apa. Kamu tidur dulu, nanti kalau Putri nangis baru bunda panggil, kamu.'' tutur Rose.
Yang tidak tega melihat wajah lelah Lestari.
''Terima kasih, bun.'' ucap Lestari.
''Iya, sama-sama.'' jawab Rose tersenyum.
Lalu, Rose pun segera menggendong putri berjalan keluar untuk bertemu Filipo yang sedang penasaran diruang tamu.
*******
Di manson Bruce, Tifani masih dibiarkan polos tanpa sehelai apapun, Bruce yang sudah sadar dari pengaruh alkohol sangat jiji*k melihat tubuh Tifani.
Tifani, juga tidak menyerah, Ia menutup bagian dada dengan kedua tangannya. Matanya sembab, Karena banyak menangis.
Bruce mengisi peluru ke dalam senjata laras panjang miliknya, membuat Tifani bergidik ngeri.
''Katakan dengan jujur siapa yang merubah aturan rumah sakit?'' tanya Bruce, enggan menatap Tifani.
Tangan Bruce sibuk mengisi peluru ke dalam senjatanya.
Deg...
Tifani seperti disambar petir disiang bolong. Dari tadi Ia berharap agar Bruce tidak menanyakan masalah rumah sakit pada dirinya.
''mati aku.'' batin Tifani.
''Aku, bilang jawab atau aku kehilangan akal. siapa yang sudah berani mengubah aturan rumah sakit tanpa seijin aku?" tanya Bruce lagi..
Pria itu segera berdiri dari sofa dan berjalan ke arah ranjang.
kletek...kletek...kletek...
Bruce terus mngokang pistolnya yang sudah diisi pelur. Perlahan Bruce naik ke atas tempat tidur. Ia yang sudah tidak menahan emosinya dengan cepat melayangkan satu tamparan dipipi Tifani.
plaakkk...
Kali ini Bruce sama sekali tidak menyesal telah menampar Tifani. Karena, menurut Bruce, efek ulah dari Tifani mengubah aturan rumah sakit, membuat banyak pasien stres. Apalagi pendamping pasien, ibu melahirkan, mereka harusnya membutuhkan support orang-orang terdekat, bukan membiarkan ibu nifas sendiri mengatasi anaknya yang rewel di rumah sakit.
"Aku tidak tau!" tegas Tifani.Tangannya menyentuh pipinya yang kini bukan hanya satu yang berdengung karena sakit ditampar, melainkan kedua pipinya.
"Lucu! kalau bukan kamu siapa lagi yang berani mengubah aturan? dirumah sakit itu siapa yang Direkturnya, kamu bukan?" sorot mata Bruce sulit diartikan.
"Sumpah! aku berani bersumpah, aku tidak tau aturan itu." sahut Tifani.
Kali ini Tifani tidak ingin ditampar lagi.Ia menatap Bruce sendu.
Bruce menggelengkan kepalanya, "sepertinya aku perlu sudahi drama yang kau ciptakan ini. Karena, aku bukan aktor lawakan." celetuk Bruce dengan senyum menyeringai.
Tifani turun dari dari tempat tidur, Ia tidak peduli lagi dengan keadaan dirinya yang polos. Tifani, ingin Bruce tau kalau dia benar-benar tidak merubah sedikitpun aturan yang sudah dibuat Bruce dari sejak rumah sakit itu berdiri.
"Aku mohon kali ini saja percaya denganaku, Please!" Tifani memohon. dengan menangkupkan kedua tangan didadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
lee
kamu selingkuh itu mau cari yang gimana lagi tifani......
2023-07-04
1
adrian
rico cari masalah
2022-09-26
2
bunda s'as
makanya udah tau punya pacar mafia lagi beraninya selingkuh sekarang rasakan ajah akibatnya .... enakkan? matap jiwa .... hahahahaaa ...
2022-04-25
3