'''Maaf, apa aturan rumah sakit seperti itu?" tanya Lestari sembari menatap perawat.
Perawat yang tidak mengerti akan maksud Lestari mengerutkan keningnya,'' maaf ibu, saya tidak mengerti maksud ibu.'' jawab perawat.
''Emang benar aturan rumah sakit, tidak mengijin'kan pendamping pasien ikut bermalam di rumah sakit?" tanya Lestari. matanya menelisik bola mata perawat itu.
''Enggak bu, kita enggak ada larangan seperti itu. lihat, diruangan lain ada pendamping pasiennya.'' jelas perawat. tangannya menunjuk salah satu ruangan di depan Lestari.
Mata Lestari mengikuti arah tangan perawat itu. Ternyata benar, diruangan itu ada pendamping pasien. Hati Lestari seperti tersayat sembilu, kenapa Pria sekaligus suami yang di hormati, di percaya, ternyata tega membohongi dirinya.
Kemana dia? atau aku dan Putri sama sekali tidak berarti untuk dia?
Rasanya Lestari ingin menjatuhkan air matanya. Namun, terlalu mahal air matanya untuk menangisi pria seperti Rico.
''Terima kasih, sus. maaf jika saya banyak tanya, itu karena saya belum mengerti aturan di rumah sakit ini." suara Lestari menjadi lemah. wajahnya menunduk malu. Karena secara tidak langsung Lestari menunjukkan keadaan rumah tanganya untuk orang luar. Lestari juga sangat malu, kenapa dengan polosnya dia bertanya pada suster.
Aku malu apa kata perawat itu kepadaku. suamiku berbohong?
Tangannya perlahan memukul sesak didadanya. Lestari tidak menyadari Pria itu masih terus mengamati Lestari, dari ruangan yang hanya di batasi kaca itu.
Mata pria itu enggan berkedip sesekali Ia mengerutkan keningnya, sesekali Ia tersenyum sinis.
Bisa saja saat ini dia perintahkan anak buahnya mencari Tifani di sudut kota Madrid. Namun, itu bukan gaya Bruce.
Perawat itu membawa Putri kembali ke ruangan bayi, untuk dibaringkan di dalam inkubator. Saat melewati ruang Tifani, Bruce mamanggil perawat itu lagi.
''Sus, apa kata pasien tadi?" tanya Bruce.
''Pasien mengeluh soal aturan baru di rumah sakit. Tapi, setahu saya belum ada aturan baru, Tuan.'' jawab Perawat itu dengan bingung.
''Aturan? aturan apa?" tanya Bruce, keningnya semakin berkerut.
''Aturan yang tidak mengijinkan pendamping pasien ikut menginap di rumah sakit.'' jelas perawat.
Bruce menganggukkan kepalanya.'' ya sudah silahkan lanjutkan pekerjaanmu.'' perintah Bruce. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas kursi Tifani.
Berarti apa yang tadi saya dengar itu benar, siapa yang berani merubah aturan tanpa persetujuan saya?
Bruce mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celana miliknya. tanganya mulai menggeser mencari nomor Tifani.
Namun, masih sama seperti tadi di Mansion. nomor Tifani masih tidak bisa di hubungi. Pesan chat dan pesan suara juga hanya cekliz satu.
Kemana dia?
Ponsel mahal itu diremas begitu erat oleh Bruce. Pikiran Bruce sudah ke mana-mana.
Kabur itu tidak mungkin, 20 tahun silam dia mengatakan tidak memiliki keluarga lagi. atau?
Bruce menghela napas panjang. Tangannya masih memijit keningnya. Bruce ingin sekali menelpon Mansion untuk tanya kabar Tifani. Namun, Bruce masih menunggu sejam lagi. mungkin Tifani lagi jalan-jalan dengan teman-temanya?
Bruce memang bukan tipe lelaki yang mengekang kekasihnya. Bruce selalu mengijinkan Tifani bergaul dengan siapa saja, selagi semua itu wajar dan tidak ada hubungan istimewa.
Mata Bruce terus menatap jam yang menempel didinding ruangan Tifani. sekarang pukul 22:00. Bruce mengambil ponselnya dan menelpon pelayan Mansion.
''Nona sudah pulang?" tanya Bruce. suaranya terdengar begitu marah.
''Ma--af Tu--an. Nona belum pulang ke mansion.'' jawab Pelayan dengan takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
lee
tifani masih ada lemburan di luar rumah sakit.....
2023-06-29
1
adrian
tifani cari masalah
2022-07-13
2
Alvares
Tifani sama Rico cocok
2022-05-01
3