Rico yang sudah selesai bersiap-siap, segera mengambil ponselnya yang dari kemarin diletakkan di nakas. Kemudian, Rico dengan cepat menyalakan ponselnya. Setelah ponselnya aktif, betapa terkejutnya Rico ketika ponselnya berdering berturut-turut banyak pesan dan puluhan panggilan tak terjawab dari Lestari.
Wanita ini selalu tidak sabar.. ahh rasanya ingin sekali aku menceraikannya kalau saja...
Rico menghentikan gumamannya.
Selesai membaca deretan pesan chat dari Lestari, yang sudah mirip rel kereta api. Rico dengan cepat membalas pesan Lestari, untuk menghindari pertanyaan yang mengintimidasi dia nantinya. Sementara membalas Chat Lestari, tiba-tiba suara Tifani mengagetkan Rico dari belakang.
“Chat siapa, sayang?” tanya Tifani mengagetkan Rico yang tidak menyadari kehadiran Tifani.
“Ahh.. balas pesan dari Lestari.” Jawab Rico santai. Rico dengan cepat meletakkan ponselnya di nakas dan mendaratkan ciuman di kening Tifani.
“Lihatlah seluruh tubuhku yang penuh dengan tanda merah? Bagaimana, jika Bruce melihatnya? ” cebik Tifani.
Rico tersenyum, "Kuharap dia melihat ini." lanjut Rico dengan tersenyum nakal, tangannya menarik bukit kembar milik Tifani.
"Ihh...kamu pikir dia akan diam melihat tanda seperti ini?" Tifani memincingkan matanya.
"Terus? aku harus gimana? bukannya ini karena mau sama mau?" balas Rico santai.
Tifani yang malas berdebat dengan Rico, akhirnya memilih mengenakan pakaian nya. Karena, waktu Tifani juga sudah sangat mepet. Selesai mengenakan pakaian, Tifani segera meraih ponsel yang diletakkan di atas nakas. Tifani juga segera mengaktifkan ponsel miliknya, sama seperti Rico, Ponsel Tifani berdering tak ada hentinya, notifikasi pesan masuk dari Bruce.
Tifani yang sedang membaca pesan Bruce, tiba-tiba menjatuhkan ponselnya ke lantai kamar hotel. kedua tangan Tifani menutup mulutnya.
"Ya Tuhan, semalam dia di rumah sakit?" gumam Tifani dengan membulatkan matanya.
"Kenapa? ada apa?" tanya Rico panik.
"It..u!" jawab Tifani terbata-bata. Lalu, melirik ke arah ponsel yang sudah tergeletak di lantai.
Rico bertindak bak pahlawan kesiangan, dengan cepat Rico mengambil ponsel yang jatuh dilantai kamar hotel. Dibacanya satu persatu pesan Bruce dengan seksama.
"Sudah! nggak usah takut. sekarang ada hukum jika dia melakukan kekerasan." ujar Rico.
Tifani tidak menjawab. Karena, Tifani tau biasanya Bruce sering main di Club hingga pagi hari.Tapi, kenapa semalam Bruce malah bermain di rumah sakit?
"Ayo. berangkat aku uda telat!"Titah Tifani.
Tangannya meraih kunci mobilnya, Tanpa menunggu jawaban dari Rico. Tifani sudah bergegas keluar dari kamar hotel. Membiarkan Rico masih terpaku memikirkan jalan keluar.
***
Di rumah sakit Lestari sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Hanya masih menunggu Rico untuk membereskan adminitrasi.
''kenapa belum datang?" gumam Lestari menatap jam yang melingkar ditangannya.
Sama seperti Lestari, Pria tampan berbadan tegak itu terus menatap kelorong rumah sakit.Tangannya terus mengetuk dimeja kerja Tifani. Pintu sengaja ditutup hanya untuk mengelabui Tifani.
Karena, jarak yang dekat Tifani dan Rico tiba dirumah sakit bersamaan. Namun, mereka sengaja berjalan terpisah. Tifani berjalan dari sisi kiri rumah sakit. Sedangkan, Rico mengambil dari pintu tengan rumah sakit.
Dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam kantong celana, Rico berjalan seakan tidak ada salah. Rico segera mendorong pintu ruang Lestari dirawat.
"Anak papi sudah cantik?" goda Rico sembari menggendong Putri yang sedang berbaring diatas inkubator.
Namun, sapaan Rico tidak membuat Lestari menoleh pada Rico. Lestari terus membereskan barang-barang bawaan dirinya dan Putri.
"Enggak usah gendong Putri dulu, sana beresin dulu administrasi nya." ujar Lestari. matanya enggan menatap Rico.
"Bentar, mi! papi baru aja datang uda disuruh urus administrasi.Papi masih kangen sama Putri." celetuk Rico.
Mendengar jawaban Rico, rasanya Lestari ingin sekali melempar sandal ke wajah Rico.Namun, Lestari masih menjaga sikapnya. Selain ditempat umum, Lestari masih menunggu kejujuran dari Rico.
Tunggu giliran lu setelah tiba di rumah.
''Putri...Sini sama Mami dulu.Biar papi urus administrasi dulu, ya?" ucap Lestari sembari mengambil Putri dari Gendongan Rico.
Rico berdengus kesal sembari berjalan keluar, menuju bagian administrasi. Lestari menatap tajam Rico dari balik ruangan.
Lihat kelakuannya, enggak ada rasa bersalah sama sekali.
Rico melirik ke arah ruangan Tifani.Tapi, tidak terdengar suara sama sekali. Setelah yakin Tifani baik-baik saja. Rico, mempercepat langkahnya untuk segera membereskan administrasi Lestari dan Putri. Selesai membereskan administrasi, Rico segera kembali ke ruang Lestari.
''SUDAH?'' tanya Lestari dingin.
''Ayo, kita pulang.'' sahut Rico, tak kalah dingin.
Rico segera mengambil tas Lestari dan Putri yang terletak diatas bed pasien. Lestari menggendong Putri mengikuti langkah Rico menuju parkiran mobil.
"Dimana, Kris?" tanya Lestari bingung. Yang sejak tadi tidak melihat keberadaan Kris.
" Kris ijin, lagi nggak enak badan katanya." sahut Rico. kemudian membuka pintu mobil untuk Lestari.
"Tumben! Kris nggak chat aku dulu.biasanya kalau ijin mesti chat aku." celetuk Lestari. kemudian, tanganya memasang sabuk pengaman.
"Sama aja,Mami! Papi, yang nyetir atau Kris, tetap'kan mobilnya berjalan?" Kaki Rico mulai menginjak pedal gas mobil.
Lestari memilih diam, cape hati cape badan ladeni Rico. Yang tidak ada rasa menyesal sedikitpun.
Alasan klasik!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
lee
siap siap tifani karena sudah ada yang menunggu....
2023-07-02
0
Wahyu Tyas
kelakuan riko sama tefani sangat menjijikkan . layaknya bintang aj
2022-12-28
1
adrian
untung lestari coba klo thor pasti langsung di usir
2022-07-13
2