Tifani menarik gagang pintu ruangannya.
CEKLEK...
Baru saja satu kakinya melangkah masuk ruangan, Tifani dikagetin dengan suara barito khas pria yang selalu mencintai dirinya.
'Pagi sayang!" sapa Bruce dengan tersenyum.
Tifani menghentikan langkahnya, bibirnya kaku untuk menjawab sapaan Bruce.
''Kenapa berdiam disitu? masuk! bukannya sekarang kamu ada visit?'' tanya Bruce dengan menautkan alisnya.
Ya Bruce selalu tau jadwal dinas Tifani. Karena, semua jadwal Tifani ditulis diruang kerja Tifani.
''Iya, aku ada visit diruang Neonatal. Setelah itu jam 9 ada layanan gratis di poli anak.'' jelas Tifani.
Dengan ragu Ia melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam ruangan. Tiffany meletakkan tasnya diatas meja kerja, depan Bruce duduk. Sorot mata Bruce menatap tajam Tifani dengan senyum menyeringai.
"Tumben kamu pagi- pagi sudah disini?" tanya Tifani yang berusaha santai.
"Aku, kangen kekasihku! kenapa semalam enggak pulang? kamu jaga malam?"tanya Bruce pura-pura tidak tau.
"Iya, aku jaga malam. ganti dokter Grace." tutur Tifani. Mata Tifani terus menunduk, Tifani tidak ingin menatap langsung Bruce.
"Pembohong."batin Bruce.
Lalu, Tifani berjalan ke belakang mengambil jas putih miliknya, yang digantung dibelakang Bruce duduk. Bruce mengepalkan tangannya, kenapa Tifani terlihat santai padahal Ia sudah membaca chat dari Bruce.
Karena, tidak ingin hal buruk terjadi di pagi-pagi seperti ini. Bruce segera menyuruh Tifani untuk segera ke ruang Bayi.
"Ya sudah sana, visit dulu. Nanti setelah itu, makan siang bareng aku, ya!" ujar Bruce. dengan senyum menyeringai. sorot matanya tajam menatap Tifani.
''Iya, nanti kita makan siang bareng. kamu mau ke markas atau tunggu disini?'' tanya Tifani berusaha santai.
''Aku tunggu disini.'' sahut Bruce dengan berkedip.
Pagi ini sikap Bruce terhadap Tifani tidak seperti biasanya, Yang setiap kali bertemu Tifani, Bruce selalu mencium Tifani. Tapi, tidak dengan hari ini sikap Bruce begitu dingin dengan Tifani. Membuat Tifani merasa semakin tidak nyaman.
''Kenapa dia terlihat santai. kenapa dia sama sekali tidak menyentuhku? tapi, aku bersyukur dia tidak menyentuh aku. setidaknya tanda merah ini masih aman.'' batin Tifani.
''A...ku visit dulu.'' pamit Tifani ragu-ragu dengan menunjukkan jarinya keluar pintu. Matanya ragu untuk menatap Bruce.
''Iya, kenapa kamu jadi terlihat asing begitu? santai aja!'' sahut Bruce yang sedang menahan amarah.
''Aku baik-baik saja!'' balas Tifani yang berusaha tenang.
Lalu, dengan cepat keluar dari ruangannya, menuju ruang neonatus. dalam perjalanan Tifani berusaha santai, seperti tidak ada masalah.Tangan Tifani menyentuh dadanya.
Setidaknya aku masih aman.
Sembari menghela napas. Tifani mempercepat langkahnya. Karena, Ia hampir telat. Setibanya diruang Neonatus.
Tifani bertemu dengan perawat yang semalam berbicara dengan Bruce.
''Pagi, Dok!'' sapa perawat itu. yang jam dinasnya tinggal 2 jam lagi selesai.
Ya perawat yang bernama Antonia itu, piket malam dari jam 21:00 hingga pukul 09:00 pagi.
''Pagi juga, Nia. ada berapa bayi yang harus diperiksa?'' tanya Tifani.
''Ini, dok.'' jawab Antonia. kemudian menyodorkan hasil rekam medis para bayi,kepada Tifani untuk dilihat. Tifani menerima empat map berwarna kuning itu, Tifani membaca hasil rekam medis satu persatu.
'Nia, yang infeksi ini, sudah diberi suntikan obat?'' tanya Tifani.
''Sudah, Dok. Tadi pukul 07:00 saya berikan suntikan. Dan bayi yang ini, apakah CPAP [continuous positive airway pressure] dilepas sudah atau nanti?" tanya Antonia.
''Sebentar saya periksa dulu.'' sahut Tifani.
Tifani memang selalu ramah kepada siapa saja, termasuk para perawat. Karena, itu Tifani sangat disenangi dirumah sakit.
''Halo cantik.'' sapa Tifani pada bayi yang mengalami infeksi.
Bayi itu sangat diam didalam inkubator, napasnya begitu sesak. Dengan lembut Tifani menempelkan tetoskop didada bayi itu. Setelah diperiksa Tifani meletakkan lagi Tetoskopnya didalam kantong jasnya.
''Nanti kalau ada pertukaran jam jaga. kamu harus jelaskan secara detail pada perawat yang mengganti kamu, agar lebih mengutamakan bayi ini.'' pesan Tifani.
''Baik, dok.'' jawab Antonia.
Dengan ditemani Antonia, Tifani melanjutkan memeriksa bayi selanjutnya.
''Bayi ini pernapasan nya sudah baik. jadi CPAP sudah bisa dilepas. dilepas. sus, sampai kan kepada orangtuanya nanti pukul 12:00 bayinya, sudah bisa pulang.'' ujar Tifani .
''Baik, dok.'' jawab Antonia lagi.
Selesai melakukan visit di ruang Neonatal, Tifani segera melangkah keluar dari ruang neonatal. Namun, saat Tifani hendak berjalan menuju ruang poli anak. Antonia berjalan mendekati Tifani.
''Dok, maaf! bukan saya ikut campur urusan dokter. Tapi, semalam tuan Bruce berada dirumah sakit hingga pukul 22:00.Tuan Bruce, juga menanyakan perihal pergantian aturan dirumah sakit.'' ujar Antonia.
Tifani tercengang, '' aturan? aturan apa?'' tanya Tifani bingung.
''Ya, Dok! ada seorang ibu nifas yang tadi pagi pulang. dia mengeluh kenapa ada aturan yang melarang pasien pendamping tidak dijinkan menemani pasien, di rumah sakit?'' ujar Antonia.
Tifani mengerutkan keningnya, ''melarang? saya juga baru tau, Nia!'' sahut Tifani.
Antonia yang melihat reaksi Tifani. Dia juga tau kalau Tifani tidak mengetahui soal aturan baru.
''Terus siapa?'' batin Antonia.
Tifani tersenyum, lalu menyentuh bahu Antonia,'' Ya sudah nanti saja saya coba tanya pada para jajaran rumah sakit ini. sekarang saya masih ada tugas di poli anak,terima kasih sudah memberitahu saya.'' ucap Tifani. dengan tersenyum.
''Baik, dok. sama-sama.'' jawab Antonia.
Kemudian Tifani berlalu menuju poli anak. Karena, disana sudah banyak antrian pasien anak yang akan diperiksa. Tifani memikirkan ucapsan Antonia barusan.
''RICO?'' batin Tifani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
lee
kirain RS punya dia jadi main rubah aturan seenaknya....
2023-07-02
1
adrian
hahah....siap mental sudah tifani
2022-07-13
2
Alvares
Rico sok ngatur ya
2022-03-13
3