''Perempuan Hina!'' ucap Bruce murka.
Seluruh tubuh Bruce terasa tak bertulang. Bagaimana tidak? wanita yang Ia sayang dengan mudah menyerahkan tubuhnya dijamah oleh pria lain. Bruce menjatuhkan tubuhnya dibawah lantai kamar, Ia tertunduk dengan menyembunyikan wajahnya dikedua lututnya, kedua tangannya menarik kasar rambutnya.
Bruce kecewa, marah. dirinya yang kejam, disegani disemua kelompok mafia. kini dipermalukan, diinjak tak berharga oleh seorang wanita yang pernah Ia selamatkan.
Tifani menangkupkan kedua tangan di dada nya. Ia menangis tersedu-sedu memohon maaf atas kekhilafan dirinya.
''Maafkan aku, sayang!"mulutnya dengan mudah mengucap kata maaf.
Namun, Bruce tidak mendengarkan sama sekali. Hatinya kini benar-benar terluka. Bruce muak dengan kelakuan Tifani yang Ia percaya. Bruce yang sejak dulu tidak ingin mengenal wanita. setelah bertemu dengan Tifani Bruce bertekuk lutut. Tapi, kini dengan mudahnya Tifani mencampakkan dirinya.
''Pengkhianat!'' teriak Bruce. guratan-guratan amarah terlihat jelas dikening Bruce. Matanya memerah, wajahnya kini berubah begitu dingin. Namun, matanya tidak ingin berbohong buliran demi buliran terus mengalir dari sudut netranya. Hanya kepada Tifani seorang Bruce menetes kan air matanya, hanya kepada Tifani Bruce merasa dirinya sehancur ini.
Bruce berdiri berjalan mendekati nakas. Tangannya mengambil pistol yang tadi sudah Ia letakkan diatas nakas.
Bruce membidik kearah Tifani,'' katakan siapa pria itu? sekaya apa dia? sejantan apa dia? katakan!'' bentak Bruce. Pria itu mulai mengokang pistol ditangannya, tinggal menarik pelatuk dan berbunyi dorr.
Tifani menggelengkan kepalanya, " jangan lakukan itu, ku mohon.'' perlahan Tifani turun dari ranjang Ia berjalan dengan kedua lututnya. Dengan cepat tangan Tifani memeluk ke dua kaki Bruce." maaf, aku mohon maafkan aku!" ucap Tifani. dengan mencium kedua lutut Bruce.
Namun, dengan cepat Bruce menendang Tifani untuk melepaskan pelukan dikakinya.
''Jangan menyentuh kaki ku, dengan tangan hinamu,'' bentak Bruce penuh amarah.
Tifani memejamkan matanya, hatinya begitu sakit mendengar hinaan dari mulut Bruce sendiri. Pria yang dulu menyanjung dirinya, pria yang setia dengan cintanya. Kini begitu murka kepadanya.
''Apa yang harus aku lakukan? kata'kan aku akan melakukan untuk menebus dosaku.''lirih Tifani.
Bruce memalingkan wajahnya, sorot matanya menatap dalam Tifani, '' aku ingin kau dan pria itu tewas didepanku, sanggupkan kau lakukan itu?" tanya Bruce dengan terus menodong pistol dikening Tifani.
Deg...
Jantung Tifani serasa berhenti berdegup. buliran air matanya mengalir semakin deras.
''Sayang? kamu tega berkata seperti itu. Dimana cintamu yang dulu kepadaku?'' sahut Tifani.
Ia seakan mengalami Amnesia dadakan. Melupakan Zin*a yang Ia lakukn bersama Rico.
''Ha? cinta? dengan tubuhmu seperti ini? kau masih mengatakan cinta? segampang itu kah dirimu? pembohong!!!" bentak Bruce.
plakk...
Akhirnya di luar dugaan Bruce melayangkan satu tamparan tepat dipipi Tifani.
''Kau! berani melakukan ini kepadaku?" Tifani histeris. Tangannya menyentuh pipinya kirinya yang di tampar oleh Bruce barusan. Sakit dipipinya tidak sebanding luka dihatinya. Karena, sudah dua puluh tujuh tahun mereka hidup bersama, Bruce tidak pernah memarahi apalagi menampar dirinya.
''Ini masih kurang. nanti akan aku lakukan lebih dari ini, paham! ternyata kau tidak bisa dilembutin." sergah Bruce.
''Apa bedanya aku dan kamu? bukannya kamu juga suka bermain dengan wanita di club malam?" Tifani memberanikan dirinya. mencoba untuk membela dirinya.
Ciuhh...
Lagi lagi Bruce berdecih.
''Jadi, sekarang kamu ingin melac*ur? apa aku kurang memberi kepuasan kepada dirimu. sepertinya Tuhan masih menjauhkan saya dari pengkhianatan. Karena, itu kamu selalu menolak untuk aku nikahi secara sah! kalau tau cita-citamu segampang dan semurah itu, aku tidak perlu membuang uangku untuk membiayai kamu jauh- jauh kuliah di Inggris.'' ucap Bruce. matanya enggan menatap Tifani.
Lalu, Bruce berjalan ke arah sofa dan mendudukkan tubuhnya disofa.
''Kenapa aku ke club? salahku dimana? aku selalu minta luangkan waktu untuk aku. Apa jawabanmu? tidak aku sibuk, sayang! aku pria aku butuh diperhatikan, aku melamarmu untuk segera menikah, kau selalu menolak dengan alasan kau masih ingin kerja, belum lima tahun bekerja masa langsung menikah? apa kau lupa dengan ucapanmu?'' ungkap Bruce.
Tifani menunduk Malu. memang benar apa yang dikatakan oleh Bruce. Tifani selalu menolak dilamar oleh Bruce. Bahkan, waktu untuk dirinya bersama Bruce jarang sekali ada. Kini Tifani menyadari Bruce sangat tulus mencintai dirinya.
Walau sering bermain di club itu karena Bruce frustasi, ketika pulang dari markas Tifani selalu beralasan sibuk dengan pekerjaan, Tifani selalu berada dirumah sakit. Bahkan waktu untuk mereka berdua saja jarang sekali ada. Kalaupun, bertemu itu Karena Bruce yang ke rumah sakit. Karena itu, Bruce memilih menyalurkan hasratnya pada wanita malam. Namun, cinta Bruce hanya kepada Tifani.
Karena mengatakan itu, membuat Bruce naik pitam, Ia berdiri dari sofa lagi. Lalu, menendang tubuh Tifani hingga tersungkur dilantai. Karena, tendangan yang sangat kuat membuat Tifani menjerit, " Sakit!" jerit Tifani.sembari menyentuh pinggang bekas tendangan dari Bruce.
Bruce tidak peduli dengan jeritan Tifani. Matanya tertuju pada tubuh bagian atas Tifani, yang kini hanya tersisa Br*a dengan penuh tanda merah dibagian dada Tifani.
Bruce berdecih.
ciuhhh...
''Murahan! kau tidak layak dicintai!" sindir Bruce.
Tifani masih terus menutup mulutnya, Ia tidak ingin mengakui siapa yang sudah memberi tanda merah ditubuhnya.
''Oh.. ini jawabannya? semalam tidak pulang ke mansion?panggilan telponku di ricek, chatku diabaikan, bahkan ponselmu sengaja kau matikan. itu karena, demi ini? Karena sedang dipuas*in?'' ucap Bruce dengan menunjukkan bekas merah ditubuh Tifani dengan ujung pistol miliknya.
Tifani hanya menggelengkan kepalanya sembari menangis tersedu-sedu. Bruce kembali duduk disofa dikamar, matanya menatap Tifani dengan tatapan menjijikkan.
''Kau tidak kalah dengan seorang pela*cur!" hinaan demi hinaan Bruce keluarkan. Untuk meluapkan amarahnya.
''TIDAKKK!!!" sanggah Tifani dengan menutup kedua telinganya.
HAHAHAHA...
Mendengar bantahan Tifani, Bruce tertawa. Bruce berdiri mengambil sebotol Macallan 64 years old on latique. Lalu, Bruce kembali mendudukkan tubuhnya di sofa. Tanganya yang masih memakai sarung tangan hitam, mulai membuka tutup botol wine, dengan pistol masih tetap berada ditangan kanannya. Bruce menatap sinis Tifani yang masih menatap sendu kepada dirinya.
Tangan Bruce mulai menuangkan macallan ke dalam Flute. Bruce mulai meneguk winenya. Tifani masih terus menangis. Karena, pipinya yang sakit juga hatinya terluka dengan hinaan dari Bruce.
" Setelah ini layani saya sepuasnya, sekarang kau dimataku hanya pemuas na*ps*u ku.Kau buakn wanita yang ingin ku jadikan istri. Bagiku kau tidak beda dengan seorang pelac*ur di club sana." ujar Bruce.
Tangannya menuang lagi Macallan di Flute. entah sudah berapa puluh kali Bruce meneguk wine mahal itu.
Tifani menatap sendu Bruce, tubuhnya mulai kedinginan. Karena, Bruce sengaja menyetel pendingin ruangan yang sangat dingin.
"Kurangin suhunya!" pinta Tifani. dengan memeluk tubuhnya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Sepi ya🤣🤣🤣....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
adrian
tifani nyesal ya
2022-07-13
1
Alvares
semangat ya thorrr..
2022-03-13
2
"SAYANGKU"😘
rasain tuh, mau dihalalin ngga mau malah milih main sama selingkuh an
2022-03-02
2