Nandang gelisah saat obrolannya dengan emak tadi akhirnya berakhir pada pukul 11 malam. Untung saja itu malam minggu, sehingga mereka tak perlu bangun subuh untuk bersiap berjualan roti karena libur sekolah.
Nandang sudah hampir lulus sekolah menengah atas, bohong saja jika ia tak tau apa itu berhubungan intim. Bukankaj di sekolah pun sudah banyak info tentang hal seperti itu. Bahkan temannya pun sudah ada beberapa yang terjerumus dengan hal-hal semacam itu.
Hanya Nandang kira berhubungan sedekat itu hanya bagi muda-mudi yang saling suka, dan di landa rasa kasmaran saja. Sehingga mengira melakukan kontak fisik itu sah saja bagi orang yang mengaku berpacaran atau cinta-cintaan. Ia tak begitu mendalami hal tersebut. Jika ternyata justru dapat di komersilkan. Nandang memang rada mentah.
Nandang bukan cemas setelah mendengarkan saran dan nasihat dari emak. Malah semakin tak sabar ingin tau lebih banyak apa yang terjadi sesungguhnya di sana. Maka di hari minggu itu. Iapun memutuskan untuk ikut dengan emaknya bekerja membersihkan beberapa rumah.
"Nandaaaaang." Ceria Onel saat melihat Nandang. Anak bau kencur yang tahun lalu ia dapati dengan tidak sengaja. Sudah tumbuh menjadi pria muda tampan, body sempurna wajar saja ia bercita-cita masuk IPDN. Jika di lihat dari postur tubuhnya tentu masuk hitungan. Menjadi anggota POLRI dan TNI pun, Nandang sangat ngumpini jika di lihat dari fisiknya.
"Mami Onel." Nandang tak kalah ceria menanggapi sapaan Onel. Bagaimanapun pertemuan mereka adalah awal ikhwal perubahan hidup keluarganya. Onel senang bertemu orang berhati tulus dan baik seperti Puspa, Nandang dan keluarga pun senang bisa keluar dari kemiskinan.
"Tumben ikut emak Nan...?"
"Nan mau ikut bantu emak bersih-bersih mi. Sekolah Nan sudah ga aktif masuknya. Sekarang sedang menunggu kelulusan saja. Dan panggilan dari Universitas." Jawab Nandang dengan senyum terkembang di wajahnya.
"Waaah... anak berbakti. Kamu kalo mau cepat dapat uang, mestinya jangan hanya bekerja bantu emak di pagi haru. Tapi coba datang selepas isya. Akan banyak pilihan pekerjaan yang bisa kamu lakukan di sini juga uangnya lebih banyak." Onel selalu memberi penawaran mirip sebuah hasutan untuk Nandang.
"Mamiiii...." tukas Puspa penuh kode pada Onel agar tidak menjerumuskan Nandang ke jalan berlumpur itu.
"Anak laki-laki mak. Harus di kasihlah pengalaman yang menakjubkan." Kekeh Onel yang sesungguhnya sudah menganggap Nandang seperti anak sendiri yang juga harus di jaga dan di lindunginya.
Nandang hanya tersenyum simpul melihat kedua wanita itu saling berpandang-pandangan penuh arti.
Sepintas kasat mata, Nandang anak emaknya banget. Yang selalu nurut, ngekor dan patuh pada sang emak. Tapi, ya bagaimana lagi. Nandang cuma punya emak sebagai panutan yang juga harus di hormatinya.
Puspa dan Nandang sudah berada di salah satu rumah yang akan mereka bereskan. Nandang sudah tidak heran juga tidak geli saat melihat ku tang yang berserakan. Bukankah pakaian dalam yang super tipis dan se ksi juga sudah sering ia pegang saat kebagian giliran saat mencucinya. Nandang ga bisa pilih-pilih dong.
"Ya Allah mak... sebegininya rumah yang harus emak bersihkan tiap hari. Ini memang ga sempat di bersihkan atau memang merasa sudah punya orang yabg spesial di bayar untuk bersih-bersih ya mak, jadi emang rumahnya separah ini kotornya." Dumel Nandang yang bingung melihat keporak porandaan keadaan rumah tersebut.
"Udah diem.... ini bagian dari inti yang emak ceritakan semalam. Urus pekerjaanmu saja, ga usah ikut campur urusan orang lain. Kita di bayar untuk bersih rumahnya, bukan bersihin ahklaknya Nan." Tegas Puspa pada anaknya.
Karena mengerjakannya berdua, maka pekerkaan cepat selesai. Membuat mereka lebih cepat berpindah ke rumah lainnya untuk di basmi kotorannya.
Biasalah, sampah di rumah para PSK itu tentu saja akhirnya Nandang menemukan karet bekas pakai. Dan Puspa tidak berniat untuk menutupi apapun dari anak laki-lakinya. Ia kembali menjelaskan manfaat dan kegunaan sekaligus akibat jika benda itu di gunakan.
Puspa percaya saat ia berkata jujur dan baik-baik pada anaknya. Mereja akan mengerti dengan benar. Di sertai pesan agar kelak anaknya tidak terjerumus ke arah itu. Selain dosa, karma, penyakit juga mungkin akan mereka tuai di kemudian hari.
Nandang paham, mengapa emak selalu banyak membawa uang saat pulang. Sebab rumah itu memang kotor. Dan tarif 50rb/rumah pun sudah tak berlaku lagi. Atas kesadaran dan kepuasan pemilik rumah tersebut. Yang selalu merasa nyaman setiap pulang bepergian, mendapati rumah mereka yang bersih lagi wangi. Deretan pakaian yang selalu rapi, kebersihan pakaian mereka pun patut di acungi jempol.
Tiba dua bulan berlalu, saat giliran Andini yang akan berulang tahun. Puspa menepati janjinya, mengajak Andini ke pusat penjualan laptop. Untuk Andini dapat memilih sendiri laptop yang ia inginkan sesuai kebutuhannya.
Tidak ada acara makan besar seperti Nandang, sebab usianya baru 16 tahun. Hanya Andini merengek untuk mengajak Naila pergi makan bakso saja tidak akan lebih dari itu.
"Mak... traktir Naila saja mak. Pliis. Bakso doang ya maaak." Andini memelas pada Puspa.
"Kapan?"
"Sore ini mak... yaaa... ya..?"
"Tapi emak ada pengajian Ndin. Besok saja gimana?"
"Mak... Ndin sudah janjian hari ini sama Naila."
"Tapi kalo hari ini mak ga bisa antar Ndin."
"Nanti Ndin minta jemput Naila aja mak."
"Eh ... jangan. Rumah kita jauh lho. Kasian dianya kalo jemput kamu hanya demi semangkuk bakso."
"Ya... kan Ndin ga boleh pake motor sendiri oleh emak."
"Nan... Nandang." panggil Puspa pada Nandang yang dari tadi masih di belakang untuk menyelesaikan cuciannya yang agak banyak.
"Iya ada apa?" tanya Nandang menyembulkan kepalanya di depan pintu.
"Nanti tolong antarkan Ndin... mau ngebakso sama Naila. Traktiran ulang tahun katanya. Emak ada pengajian jadi ga bisa temani dia. Tolong ya Nan." Pinta Puspa padanya.
"Hah... ngapain emak pake acara minta tolong kalo cuma ngantar Ndin ketemu Naila. Ini sih kesempatan bagus untuk bisa ketemu Naila. Tentu saja dengan senang hati." Batin Nandang bersorak.
"Oh... iya siap mak. Tapi tunggu kerjaan selesai dulu ya Ndin." Jawab Nandang.
"Ya iyalah kak. Kan Ndin juga ga berani ninggalin kerjaan. Takut miskin ga bisa dapat cuan buat tambahan tabungan." Kekeh Andini pada Nandang.
"Emangnya tabungan Ndin masih ada? Bukannya sudah di pake beli laptop kemarin?" canda Nandang meresahkan adiknya.
"Hah... masa emak beli laptop pake uang tabunganku. Mak... iya ya mak? Aduh tau gitu ga ambil yang mahal kemarin."
"Lho... di ledek kakaknya kok percaya aja." Puspa melerai obrolan absurd kedua anaknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
barakallah fii umrik And ini 🎁💐🎂
2022-02-21
4
khozin mutamar
Nandang sumringah mau ketemu pujaan hatinya. Moga lancar ya, Ndang....
2022-02-20
5
Suparti Ginanjar
cerita nya sangat super 👍👍👍
2022-02-20
4