Puspa bangga dengan cita-cita Andini. Keinginannya tersebut pasti terinspirasi dari sang ayah. Dan Andini memang terlihat sangat berbakat dalam hal hitung menghitung.
"Hmm... mak tau. Ndin pasti mau seperti ayah ya?"
"Iya mak, Ndin pengen banget ngajar dan berseragam seperti ayah. Bisa punya uang terus walau sudah tiada juga. Ya walaupun sedikit, tapi asal kita irit sepertinya cukup." Jawab Andini dengan lugas.
"Tentu saja pemerintah sudah menghitung semuanya nak. Emak doakan harapanmu terwujud ya Ndin. Berdoa dan jangan malas belajar pasti akan tercapai."
"Oh iya mak... ternyata Naila sekarang juga sudah pindah ke sini. Sayangnya kami tidak satu sekolah. Katanya ayah nya sudah tidak jadi Camat lagi di desa. Tapi bekerka di kantor apa ya? Ndin lupa."
"Oh yaa... wah, emak sangat kangen pada Naila dan ibunya. Di mana kamu tau kabar mereka Ndin?"
"Kemarin mereka ada main ke rumah. Waktu emak ngantar laundry."
"Hah.... terus kakak kemana, kok kakak ga tau?" Nandang langsung menyambar ketika tau ada Naila main ke rumah mereka.
"Eh... dia tanya kemana? Hanya kak Nan yang tau kemarin kakak kemana sampai hampir magrib?" sewot Andini pada Nandang.
"Oh... iya. Kakak kan ikut bimbel untup persiapan masuk IPDN." Nandang mengingat-ingat kembali.
"Nah... justru karena itu mereka ke sini. Kata ayahnya Naila, dia pernah janji mau bantu kakak untuk masuk sekolah itu. Katanya kakak udah daftar belum. Dia selalu kepikiran dengan janjinya. Makanya sempat bertanya alamat sama orang yang dulu mengantar kita ke sini waktu pindah."
"Masyaallah, baik sekali pak Bagus Permana masih ingat sama kita ya Ndin. Lalu... apakah kita bisa bertwmu dengan mereka lagi Ndin?" penasaran Puspa.
"Tentu saja. Ndin sudah bertukar nomor WA dengan Naila. Jadi kapan saja kami bisa saling jumpa." Riang Andini.
"Alhamdulilah. Bagaimana kalau dua hari lagi kita undang mereka kebacara ulang tahun Nandang?"
"Hah... sejak kapan emak norak pakai acara ngerayain ultah Nan." Sipu Nandang.
"Ya sekali-sekali boleh lah Nan. Nanti Andini juga di rayain. Biar adil. Emak juga sudan punya kado spesial buat Nan."
"Waah... emak penuh kejutan, jadi penasaran."
"Asal janji... dulu nanti itu di jaga dan di rawat dengan baik. Emak ga bakalan kasih untuk kedua kalinya. Dan Ndin... ga boleh iri ya nak. Sebab nanti akan ada giliran untuk Ndin. Janji?" tanya Puspa.
"Siap mak...Ndin janji ga sirik. Kan belum tapi dua bulan lagi Ndin pas ulang tahun di kasih hadiah laptop ya mak." pintanya asal.
"Lhoo kok nentuin gitu sih sama emak?"
"Ya kali... mak bingung mau kasih Ndin apa nanti pas ulang tahun... weeek" olok Andini pada Nandang.
"Yah ga kejutan donk Ndin kalau hadiahnya langsung di sebutin gitu?" Kekeh Puspa.
"Ga perlu kejut-kejutan mak. Dari pada mubazir beli benda yang ga Ndin perlu, kan sayang uangnya."
"Insyaallah rejekinya ada nanti ya. Yang pasti acara ultah Nan, kita adakan di cafe."
"Iih... emak sok kaya banget sih. Sefala ultah di cafe di rumah aja kenapa?"
"Kita sudah sama-sama lelah bekerja mencari nafkah selama ini. Tidak salah dan tak berlebihan juga kalau sesekali hasilnya kita nikmati bersama. Mak yakin, Allah tidak akan kecewa dengan cara kita menggunakan uang selama ini. Emak sungguh bangga memiliki kalian, anak-anak yang pengertian dan tidak banyak menuntut." Jelas Puspa dengan kedua anaknya tersebut.
"Heemmm... tapi pas acara di cafe nanti Nan boleh undang teman Nan ga mak?"
"Berapa orang?"
"Sepuluh boleh?"
"Oke boleh."
"Mami Onel juga emak undang lho yaa. Tapi acaranya cuma tiup lilin dan makan-makan saja Nan." Jelas Puspa lagi.
"Iya Nan juga malu kalo acaranya lebih dari itu mak."
"Ndin boleh undang Naila ya mak." Pinta Andini bersemangat. Mengundang debar jantung Nandang yang tiba-tiba berloncat kesenangan.
"Boleh...sangat boleh." tukas emak Nandang semakin semangat.
Hari yang di rencanakan tiba, Nandang agak bingung saat emaknya meminta ia datang dengan ojek online saja, padahal Nandang siap saja menggenjot sepeda kayuhnya menuju cafr tempat acara ulang tahunnya.
"Mak... Nan pakai sepeda saja ke sana. Nan, di tarik pakai motor emak biar tidak cape."
"Hey... kamu kira kita naik sepeda ke desa. Akan banyak rambu lalu lintas dan pengguna jalan lainnya yang akan terganggu oleh kita nanti. Sudah lah, kalau tidak mau pake ojol, kamu minta antar bang Karman saja." Saran Puspa.
"Hahaha... paling bang Karman bareng Mami Onel, mak." Kekeh Nandang. Yang akhirnya memilih naik ojol ke cafe yang sudah enak pesan.
Lepas magrib merekapun bergerak menuju TKP. Sudah ada beberapa teman Nandang yang tampak hadit lebih cepat dari mereka. Karena rumah mereka lebih dekat, juga tidak melaksanakan sholat terlebih dahulu.
Bukan kue ulang tahun yang membuat Nandang terpana, tetapi sebuah motor roda dua yang di hiasi pita dan kalimat ucapan selamat ulang tahun yang terpampang di sisi kanan motor itu yang membuatnya tak berhenti memeluk dan mencium-cium pipi Puspa.
Onel sampai terpingkal melihat ekspresi Nandang yang sangat polos itu. Bahkan Andini di gendongnya hingga berputar-putar karena kesenangan tadi.
Nandang kalap, sungguh lebay rasa bahagianya. Masih terloncatan dengan noraknya, hingga tak sadar jika Naila dan kedua orang tuanya pun sudah tiba, bahkan tak sengaja di tubruknya karena tak memperhatikan kiri dan kanannya.
"Oh... ah. Maaf Pa Bagus. Assalamualaikum. Hehehe... apa kabat pak." Ujar Nandang kikuk langsung mencium punggung tangan pak Bagus dan istrinya.
"Walaikumsallam, kabar kami baik Nandang." Kekeh ayah Naila sembari menepuk bahu Nandang dengan perasaan bangga melihat kesopanan anak laki-laki tersebut.
"Hai Naila... ternyata kamu masih setia dengan pipi chubymu." Tegur Nandang lebih kikuk lagi, bingung harus berkata apa pada gadis yang sungguh ia rindukan itu.
Tak lama, acara ulang tahun pun di mulai. Ghea sangat pintar memandu acara, yang awalnya ingin di laksanakan dengan sederhana. Justru lebih seru dan ramai dari yang mereka perkirakan.
Keberuntungan datang bertubi-tubi pada Nandang. Mendapat kado sebuah sepeda motor dari emak, mendapat beberapa kado dari temannya, mami Onel juga, dapat merayakannya di sebuah cafe, bisa bertemu dengan Naila. Bahkan ternyata, pak Bagus yang meminta pada Puspa, agar dia saja yang membayar semua tagihan acarabulang tahun Nandang hari itu.
"Pak... jangan. Saya sudah menyiapkan dana untuk acara ini pa. Jangan repot-repot." pinta Puspa dengan sungguh.
"Emak Nandang... tolong jangan di tolak. Kami ikhlas, saya mohon. Kakian sudah kami anggap seperti saudara sendiri mak." Tatik ibu Naila ikut meyakinkan Puspa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wanda Revano
alhamdulilah y Mak emak dikelilingi org2 baik.nan selamat ulang tahun semoga sukses y 🤗
2023-04-13
1
Conny Radiansyah
alhamdulillah kalo rejeki ga kemana, barakallah fii umrik Nandang 🎁💐🎂 ... btw, tulisannya banyak typo Nyak ✌️
2022-02-21
4
NasyafaAurelia🐧
pibessayy Nandangg
2022-02-20
4