Selama hayat masih di kandung badan, pun hidup masih di bawah kolong langit, bagaimanapun uang memang dapat meminimalkan kesengsaraan, juga dapat mengubah segala sesuatu. Hal itu terbukti pada kehidupan Puspa dan kedua anaknya. Tidak ada hujan tidak ada angin, kini sisi kanan rumah mereka pada petakan tanah kurang lebih 5x10.
Kini tampak selesai sebuah bangunan semi outdoor untuk mereka dapat dengan leluasa menjemur pakaian. Sama halnya dengan alat penunjangnya.
Sebenarnya Puspa sangat ingin membeli mesin yang 1 tabung dengan muatan 18kg, tetapi harganya 10 jt. Sedangkan keperluan lainnya belum terbeli. Maka, Puspa memutuskan untuk membeli mesin cuci 2 tabung dengan kapasitas 10 kg saja, namun langsung 2 unit. Dengan harapan nantinya akan dapat menampung 20 kg cucian. Serta jika ia membeli itu, uangnya masih tersisa 2jt, sangat cukup untuk membeli peralatan lainnya seperti setrika. Dan sisa uangnya ia simpan, sebab yakin pada bulan berikutnya pembayaran listrik mereka pasti membengkak.
Hari baru menyapa, senin tiba. Puspa belum bisa meninggalkan kebiasaannya bangun pukul 3 subuh untuk membuat kuenya, sebab selalu habis jika di bawa oleh Andini juga Nandang ke sekolah mereka. Di samping itu kedua anaknya pun tak pernah cemberut dalam hal di titipkan kue tersebut. Wajah mereka senantiasa berseri-seri saat Puspa mengaitkan nampan kue itu di stang sepeda anaknya saat berangkat sekolah, dan selalu pulang dengan wajah sumringah saat menyerahkan uang hasil jualan kue tersebut.
Saat semua pekerjaan rumah selesai pukul 9 pagi, Puspa pun melajukan motornya ke tempat mami Onel.
Untuk apa lagi kalau bukan, untuk memulai pekerjaan barunya. Lima belas menit adalah waktu yang Puspa habiskan untuk menuju tempat tersebut, dengan memohon perlindungan Tuhan, Puspa yakin ini adalah jalan yang Allah ridhoi untuknya memperbaiki taraf hidup keluargamnya.
Puspa datang tidak dengan tangan kosong. Ia membawa sebuah timbangan dan daftar tariff kiloan laundryannya. Semalam Andini dan Nandang sudah membantunya membuat rangkuman harga tersebut. Sebab mereka memulai usaha ini dengan hutang, maka perlu bagi mereka untuk mendapatkan bayangan kepastian pendapatan mereka. Maka semua layanan itu mereka buat semuanya minimal 3Kg. Dalam kesimpulan mereka, paling tidak pelanggan nantinya dapat menitip 3kg pakaian tersebut yang artinya setidaknya mereka bisa mendapat uang 20 ribu untuk layanan cuci kering lipat. Dan tariff setikan akan di kenakan 10 ribu/kgnya.
“Assalamualaikum, mami.” Salam Puspa pada Onel yang sudah bertengger di depan terasnya sepertinya memang sudah menunggu kedatangan Puspa.
“Hm… walaikumsallam. Bagaimana siap bertempur hari ini?”
“Insyaallah.” Jawab Puspa dengan senyum manis pada Onel.
“Apa yang kamu bawa?”
“Timbangan mami.”
“Untuk apa kamu bawa ke sini. Kamu bisa melakukannya di rumahmu sendiri.”
“Kami beli dua, mi. Satu khusus di sini, agar mami juga bisa melihat kiloannya.”
“Hah… tidak perlu. Urusan mau nipu saya atau pelanggan itu bukan urusan saya.”
“Maaf mi, saya hanya ingin membangun rasa kepercayaan saja.”
“Ya sudah terserah kamu. Ini pakaian yang sudah mereka antarkan.”
Pengelihatan Puspa berantakan, pupil matanya ham[ir loncat, melihat ada 20 kantong kresek tidak jauh dari kaki Onel.
“Ini… semua cuciannya mi?”
“Iya… kenapa?”
“Alhamdulilah banyak juga ya mi, tapi… bagaimana saya membawa semuanya?”
“Ha..haa… saya lupa kalau kamu hanya memiliki kendaraan roda dua. Karmaaan!!!” Panggilnya dengan suara khasnya.
“Siap nyonya mamih…” Karman selalu tanggap dengan panggilan wanita tambuin ini.
“Kamu cari keranjang atau apa saja yang dapat emak Nandang ini gunakan untuk mengangkut cucian kotor ini.”
“Oh… iya. Baik mami, saya kepasar saja sebentar untuk mencarinya. Tunggu ya.” Jawab Karman yang langsung melesat pergi.
“Sini kamu bisa mulai menimbang dan memberi nama pada tiap plastiknya agar nanti pakaian mereka tidak tertukar.” Onel berkata-kata dengan ramah.
“Iya, baik mami.”
“Saya panggil kamu seperti Nandang ya… emak.”
“Dengan senang hati mendengarnya, mami.” Jawab Puspa.
“Oh iya, Mi. Ini daftar harga kiloan Laundry kami. Mungin tidak salah jika ini di temple juga di sini agar di ketahu sama-sama.”
“Oke… tepat sekali. Oh iya… tadi ada 5 rumah menitipkan kunci. Sementara menunggu Karman, apa kamu mau membersihkan beberapa? 1 rumah 50 ribu, mencuci piring, menyapu, ngepel dan merapikan semuanya. Bagaimana?” Tawar mami Onel pada Puspa yang ia lihat sudah hampir selesai menimbang 10 bungkus pakaian kotor tadi.
“Oh… boleh? Tapi apa tidak mengapa saya bersihkan saat orangnya tidak ada? Saya takut akan jadi fitnah jika ada barang yang hilang atau bagaimana?”
“Ya .. ngapain juga kamu mencuri atau memindahkan barang yang bukan milikmu. Misalkan ada yang kotor di sekitar barang tersebut kan kamu bisa memindahkan sementara kemudian meletakannya pada posisi semula.” Jawab Onel simple.
“Maaf saya tidak biasa. Jadi agak khawatir saja.”
“Justru itu, emak harus berani melakukan pekerjaan baru. Pikirkan dua anakmu yang akan butuh biaya banyak. Bagaimana masa depan mereka, jika kamu hanya bersembunyi dalam ke khawatiran sedangkan kebutuhan terus bertambah besar seiring dengan besarnya anak-anakmu. Bangun kepercayaan diri untuk mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Bukankah Tuhan akan berpihak pda yang benar?”
“Alhamdulilah. Terima kasih untuk petunjukmu Mi. Baiklah saya akan terima untuk membersihkan rumah yang mami miliki kuncinya.” Jawab Puspa yakin.
Kiloan pakaian kotor tadi ternyata bahkan lebih dari 25kg. Bisa Puspa bayangkan berapa uang yang akan dapat ia lihat setelah menyelesaikan pekerjan barunya tersebut.
Onel tidak ikut berjalan, ia hanya menunjuk beberapa rumah yang akan Puspa bersihkan.
Dengan menarik nafas penuh doa pada yang maha kuasa, Puspa pun memilih salah satu rumah untuk ia mulai bersihkan. Puspa sedikit mendengus melihat keadaan rumah itu, yang sebenarnya tak pantas di saebut rumah, melainkan kapal pecah.
Namun, dengan Bismilah. Puspa tetap menjalankan misinya untuk membersihkan rumah tersebut.
Berjalan ke arah belakang berharap bertemu dengan beberapa alat kebersihan seperti sap, pel dan semacamnya Puspa pun menemukannya di sana. Namun, tidak dengan cairan pengharum, atau pembersih lantai. mu,
Puspa tetap mencoba membersihkan dari menyapu saja terlebih dahulu, pada bagian ruang tamu dan ruang tengah. Membasahi kain pel dengan cairan sabun cuci piring ia rasa dapat sedikit membantu mengurangi beberapa noda yang ada di lantai. Kemudian masuk kedalam kamar yang sangat amat berantakan. Puspa Sedikit bingung dan ingin lancang mengganti alat tidur itu, tapi tidak berani.
Lalu tergopoh-gopoh pergi ke rumah Onel.
“Mami, apa boleh saya ijin sebentar membeli pembersih dan pengwangi lantai, sebab di sana tidak ada ?”
“Oh… silahkan saja. Apa pekerjaanmu sudah selesai?”
“Belum bersih sekali mami. Sebab kotor sekali. Dan Alas tidurnya apa boleh di ganti, tapi saya ga tau tempat menyimpan gantinya.” Puspa berpendapat.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wanda Revano
wow lumayan 1 rumah 50rbu bersih2 sama cuci piring gk usah masak.bisa langsung pulang lagi.
2023-04-13
1
Juragan Jengqol
semoga bukan lokalisasi ya. kalo ga salah othor bilang tanah yang dibeli dekat lokalisasi....
2022-02-15
4
Conny Radiansyah
semoga berkah kerjaannya ya Emak ... semangat
2022-02-14
4