PEJUANG NIP
Nandang Batuah adalah seorang anak laki-laki beranjak remaja yang saat itu duduk di kelas IX atau kelas 3 SMP. Ia tinggal bersama ibunya Puspa seorang janda cerai mati, setelah ayahnya Dehen Suhardi meninggal karena penyakit maag kronis. Dulunya ia adalah guru Matematika di Sekolah Menengah Pertama di kecamatan tempat mereka tinggali sekarang. Yang pada masa beliau bertugas jatuh cinta pada anak penjaga sekolah tempat ia mengajar.
Nandang memiliki seorang adik perempuan bernama Andini Maharati. Yang saat ini baru saja senyum simpul sendiri, bangga dengan rok biru yang baru sepekan ia gunakan sebagai seragam sekolahnya yang baru. Ya, Andini baru saja menjadi siswi kelas VII di sekolah yang sama dengan kakaknya Nandang.
Sepeninggalan ayahnya, tentu hidup mereka tidak bisa di katakan berlebihan pun bukan berarti berkekurangan. Karena dulunya kakek Nandang atau ayah bu Puspa adalah penjaga sekolah, maka mereka memang mendapat rumah dinas penjaga sekolah. Dan mendapat kesempatan untuk menjadi pengelola kantin sekolah. Sejak jaman nenek Nandang hingga kini akhirnya ibu Puspa (emak Puspa) yang menjadi pengelola kantin tersebut.
Dari gaji pensiun janda dan hasil berjualan di kantin sekolah itulah Puspa bisa mempertahankan roda kehidupan mereka bertiga.
Puspa terkenal dengan rasa khasnya dalam membuat kue berbahan tepung yang biasa di sebut dengan untuk-untu isi inti kelapa dan roti panggangnya. Walaupun pembelinya adalah anak remaja yang mungkin seleranya bukan kue tersebut, tapi Puspa tidak patah arang untuk terus membuat makanan yang sangat ia kuasai tersebut.
Nandang dan Andini adalah anak yang baik, prihatin dengan keadaan ibu mereka yang seorang janda tersebut. Tiap pukul 3 dini hari Puspa sudah harus bangun untuk membuat induk adonan roti dan kue untuknya. Sebab kue itu 2 jam kemudian baru bisa mekar dan siap di goreng juga di panggang. Kadang Bukan hanya pelajar saja yang membeli kue olahan Puspa. Tapi mereka sudah punya langganan tersendiri yang selalu membeli kue itu untuk pengganti sarapan pagi, untuk teman menyeruput kopi atau secangkir teh.
Maka setiap pagi, sebelum berangkat kesekolah Nandang sudah mengayuh sepda pacalnya untuk mengantar pesanan kue tersebut sebelum pukul 6 pagi. Dan tidak pernah terbesit rasa malu atau minder apalagi gengsi dalam hati seorang anak laki-laki tersebut. Terkadang ia bersama Andini adiknya, jika pesanan sedang banyak atau ibu mereka membuat agak banyak, artinya mereka harus menjajakan pada orang desa yang tidak memesan kue tersebut.
Di suatu subuh Puspa cukup terkejut melihat ia bagai di terkam oleh Nandang. Ketika keluar dari kamar tidurnya. Sebelumnya Nandang membuka tirai penutup kamar emaknya dan Andini, memastikan jika adiknya itu masih tidur.
“Mak… emak. Nandang ngompol mak.” Bisiknya tepat di telinga ibu yang mereka panggil emak itu.
“Ish… sudah besar kok ngompol. Cepat lepaskan sarungnya, rendam dulu nanti bau pesingnya lengket Nan.” Jawab Puspa tenang.
“Eng… anu…eng…” Nandang agak ragu.
“Kamu kenapa sih Nan…?” Puspa agak heran melihat gelagat anak lelakinya.
“Ngompolnya aneh mak… ga banyak tapi lengket. Aduh … gimana sih bilangnya. Seperti ingus mak. Tapi, kenapa banyak dan bikin basah celana col or Nandang ya mak?” ujarnya agak pelan.
“Masyaallah… itu bukan ngompol Nan. Dalam ajaran agama kita namanya ihthilam. Nanti kamu tanyakan dengan pa ustadt jika emak kurang benar menjelaskannya. Itu namanya kamu sudah jadi laki-laki yang berada pada masa remaja yang normal. Anak laki-laki itu wajib di sunat, kemudian akan mengalami perubahan fisik. Tumbuh buah jakun di lehermu, suaramu berubah berat, di ketiakmu juga nanti akan tumbuh rambut-rambut halus, termasuk di area jalan kemih mu. Itu memang wajar terjadi dan harus terjadi. Itu artinya kamu sudah akil baliq.” Jelas Puspa panjang.
“Jadi emak ga marahkan kalau Nandang ngompol?”
“Bukan harus marah. Tapi kamu memang harus segera membersihkan bekasnya hingga bersih, begitu juga dirimu. Kamu harus mandi wajib. Sucikan dirimu dengan mengguyurkan air keseluruh tubuhmu dengan air suci, agar ibadahmu sah.” Lanjut emak pada Nanda.
“Harus begitu ya mak?”
“Wajib Nan. Kamu tau, cairan yang kamu bilang lengket itu namanya air ma ni. Itu bisa buat anak gadis atau perempuan hamil. Kamu tau hamil? Itu lho yang perutnya besar selama 9 bulan lalu punya anak. Mau?”
“Hah… kok bisa mak?” Tanya Nandang penasaran.
“Ya memang begitu. Nanti semakin besar kamu akan tau bagaimana caranya. Yang pasti, kalau sudah pernah ngompol yang seperti itu, kamu tidak boleh dekat dekat dengan sembarangan pada lawan jenismu. Nanti anak orang hamil olehmu, bisa kasih makan anak orang? Mak, belum ijinkan Nandang punya bayi ya, kalau emak masih bangun subuh buat adonan kue seperti ini.” Ucap Puspa seolah menakut-nakuti Nandang.
“Aneh ya mak… masa cairan begitu bisa jadi bayi? Terus, gimana caranya Nandang bisa atur kapan bisa keluar, orang tadi Nan cuma lagi tidur mak.” Nandang mengingat-ingat bagaimana prosesnya dia bisa ngompol tadi.
“Coba mak tanya, tadi kenapa jadi bisa ngompol?” usik mak Puspa agak kepo.
“Ga tau juga…?”
“Jangan bohongin emak… emak tau anak emak lagi bohong. Tuh hidung Nan kembang kempis lhoo.?” Tebak emak asal.
Nandang lagi menoleh kiri dan kanan lalu merapat pada emaknya.
“Mak… tadi Nandang mimpi dekat dengan Naila. Temannya Andini.” Bisiknya.
“Hmmm… lalu.”
“Ga ngapa-ngapain mak. Awalnya Cuma liat-liatan gitu, terus duduk deket-deketan.”
“Terus…?”
“Dia lagi makan es cream mak, terus belepotan bibirnya.”
“Terus…” cecar mak Puspa.
“Nandang mau bantu bersihin pake tangan. Tapi tangan Nan kotor, jadi Nan bersihinnya pake lidah Nan. Ya ketemulah lidah Nan sama lidah Naila mak. Setelah itu, rasanya Nan kejang-kejang mak, kejer-kejer gitu, karena Naila malah gigit lidah Nan. Terus lengket mak, ga bisa di lepas. Sampai Nan nyunsep jatuh berdua rasanya. Nah, ketar-ketir gitu mak, sampai Nan rasa mau pipis, Nan pegang lah ini si borokokok. Eh, basah. Makanya Nan kaget dang langsung kebangun ini.” Cerita Nandang demikian polosnya pada mak Puspa.
Mak Puspa terkekeh dengan cerita lugu anaknya.
“Nan, yang kamu lakukan dalam mimpi itu, biar jadi mimpi saja ya nak. Jangan sampai besok kamu ketemu Naila lagi makan es cream kamu bersihin pake lidah. Yang aneh-aneh saja.”
“Emang kenapa mak?”
“Ya ngapain orang ciptain tissue kalo bersihin apa-apa pake lidah. Ada-ada saja kamu. Sudah cepat bersihkan bekas ompolanmu sana, jangan lupa mandi wajib. Dan hari ini biar emak yang antar kue, kamu sholatnya di mushola saja biar agak lamaan.” Perintah emak Puspa.
“Iya mak.” Jawab Nandang patuh lalku beringsut ke kamarnya untuk melepas alas tidurnya dan akan melakukan sesuai perintah emaknya.
Tapi, langkahnya kemudian mundur mendekati sang emak.
“Mak…” Panggilnya.
“Ada apa lagi?” Tanya mak Puspa.
“Mak jangan bilang-bilang Andini ya kalo Nan ngompol.”
“Iya.”
“Rahasia ya mak…?”
“Iya.”
“Mak..?”
“Apa lagi…?”
“Itu yang ngelap bekas es cream juga jangan kasih tau Andini ya mak.”
“Kenapa..?”
“Malu lah mak.”
“Iya.”
“Beneran ya mak…?”
“Iya..”
“Janji ya mak…?”
“Bawel banget siih…. Iya janji.”
“Hayooo kakak ada janjian apa sama emak…?” Suara Andini dari kamar sebelah yang rupanya sudah bangun.
Bersambung…
Haii readers
Karya baru nih semoga di sukai ya
Jamin ini no pelakor deh
Bawang mungkin ada
Gulali…? Pasti
Kaedah dan falsafah hidup? Akan selalu othor selipkan
Happy reading ya
Hayuk ramaikeun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wanda Revano
gue nempil disini dulu y thor😁
2023-04-12
1
mumu
hai kak aku mampir..
mampir juga di karyaku ya kak terimakasih 🙏
2022-05-20
2
sugengprasetyo2
untuk untu onde, bingka
2022-03-17
3