Sejak acara ulang tahun Nandang keluarga itu menjalin kedekatan kembali dengan keluarga Naila.
Tatik yang dulunya memang selalu suka dengan Puspa dan anak-anaknya pun kini lebih sering main dan mampir ke rumah mereka.
Tatik terpana melihat usaha yang di lakoni oleh Puspa sekarang. Yang kini sudah punya 4 mesin cuci dan tambahan tempat jemuran di depan rumah namun tetap dalam keadaan di tutupi seng.
Untuk menghindari tercemar debu jalan yang berlebihan, juga untuk meminimalisir kemungkina ada pihak yang usil atau merasa sirik dengan usaha yang mereka jalani sekarang.
Sebab di tiga bulan terakhir, mereka sudah berani memasang plakat untuk menerima laundryan untuk umum. Jadi mereka tidak hanya mengharapkan pakaian kotor dari tempat Onel saja. Sehingga penghasilan mereka sungguh lebih banyak dari sebelumnya.
"Nan.... Ndin. Kalian tidak capek. Sejak kita buka laundry untuk umum. Sekolah kalian bagaimana? Emak takut itu membuat kalian lalai untuk belajar."
"Tenang saja mak, pekerjaan itu tidak akan membuat kami malas belajar. Justru makin semangat. Emak yang sebaiknya berhenti saja membuat kue. Agar bangunnya tidak tengah malam lagi. Kan uang hasil kue tidak seberapa. Mending emak banyak istirahat." Pinta Andini.
"Nah... Nan setuju dengan saran Ndin mak. Mending mak, banyak istirahat saja. Terus sekarangkan Nandang sudah jarang sekolah, karena hanya nunggu hasil ujian. Gimana kalau Nan ikut emak bersih-bersih rumah di komplek mami Onel saja mak. Biar emak ga capek, syukur syukur kalo Nan bantu kerjaan cepat selesai dan lebih banyam rumah yang bisa di bersihkan mak... gimana?" tawar Nandang.
"Hmm... ide bagus sih. Tapi... mak pikir-pikir dulu ya Nan." jawab Puspa mendadak galau.
Rata-rata pukul 9 malam mereka sudah bebas dari segala pekerjaan yang menjadi beban dan tanggung jawab mereka atas konsekuensi pekerjaan yang mereka tekuni.
Andini selalu lebih cepat tidur dari Nandang dan emaknya. Mungkin karena Andini yang paling bontot dari antara mereka, sehingga memilik stamina yang tidak seperti yang lain.
"Nan... sini dekat emak sebentar." panggil emak pada anak lelaki sulungnya ini.
Nandang sedikit bingung melihat emaknya yang tiba-tiba memanggilnya yang nyata sudah ia sudah di dalam kamar hendak tidur menjemput mimpinya.
"Ada apa mak? Mak sakit? Mau Nan buatkan minum?" perhatian si Nandang pada sang emak.
"Tidak... ini mak sudah buatkan kopi untuk kita berdua."
"Waaaw... emak ngajak begadang nih." Ujar Nandang tiba-tiba bersemangat melihat kopi hitam yang sudah tersaji di meja tamu.
"Ada hal yang ingin emak sampaikan untukmu."
"Apa itu?"
"Soal kamu yang ingin membantu enak bersih-bersih di komplek mami Onel."
"Ah.... emak serius sekali. Nan kira ada apa."
"Nan... jika emak ga bilang ini. Mak ga bisa tidur."
"Ada apa sih mak?"
"Begini. Sebenarnya orang-orang yang bekerja di komplek mami Onel itu, caranya salah. Tapi, mak juga salah jika bilang mereka itu pendosa, sebab emak juga bukan orang suci. Toh, selama ini kita juga dapat uang. Sebagian besar dari mereka."
"Maksudnya gimana sih mak?"
"Bagi emak, kamu sudah dewasa. Sudah 18 tahun kemarin. Jadi, pekerjaan bangunan yang besar di tengah komplek itu adalah club malam. Jika siang terlihat sepi, tapi saat malam tiba, suasananya berubah menjadi ramai. Di sana banyak orang datang silih berganti mencari hiburan. Ada pesta narkoba, ada penjualan minuman keras, hingga menjual diri. Sampai di sini kamu paham?"
"Belum semuanya mak." Jujur Nandang.
"Jadi... di saat malam banyak para lelaki mungkin kaya yang datang kesana. Mungkin sedang bosan dengan rumah tangganya, mungkin lelah dengan beban hidupnya, mungkin tertekan dengan tuntutan pekerjaannya. Sehingga mereka melarikan dirinya ke tempat itu. Awalnya mungkin sekedar ingin melampiaskan gundahnya, dan ingin menghilangkan keluh kesah hidupnya. Dengan mengkonsumsi obat terlarang yang kata orang bisa membuat lupa diri dan melayang. Sama dengan efek meminun minuman keras, yang katanya akan merasa lebih tenang dan percaya diri jika telah meminumnya. Tapi semua itu hanya sugesti dari diri masing-masing." Terang Puspa seterang-terangnya.
"Lalu bagaimana dengan soal menjual diri?"
"Nah.. menjual diri adalah di mana seorang wanita atau pria yang bukan muhrimnya, bersedia menemani para pria bisa juga wanita itu tidur bahkan melakukan hal tabu yang hanya boleh di lakukan dengan pasangan sah, misalnya berciuman, berhubungan intim semacam itulah. Dengan imbalan uang yang tidak sedikit. Itulah yang di sebut PSK. Pekerja Se ks Komersial. Jadi tujuan mereka adalah mencari uang." Terang Puspa pada Nandang.
"Jika mereka melakukan hal itu tidak dengan pasangannya. Apakah tidak haram mak?"
"Tentu saja haram." jawab Puspa.
"Dosa ya mak." Polos Nandang menanggapi penjelasan Puspa.
"Untuk itulah emak memberitahukan saja denganmu secara langsung. Mak tidak melarang jika besok kamu akan ikut bekerja dengan emak di sana. Tapi juga tidak memintamu apalagi memaksamu. Hanya, mak sekarang sudah memberitahumu terlebih dahulu apa yang terjadi di sana. Emak lebih puas jika sudah dengan mulut emak sendiri menjelaskannya untukmu." Lanjut Puspa.
"Mak juga mau bilang, siapapun yang bekerja di sana akan mendapat cap jelek bagi sebagian orang yang tidak tau pekerjaan apa saja yang di lakukan di sana. Padahal tidak semuanya melakukan pekerjaan seperti itu. Seperti bang Karman, tugasnya hanya sebagai tukang ojek yang selalu siap mengantar, menjemput, kadang berbelanja untuk mereka yang jarang mau bersosialisasi dengan masyarakat luar. Sebab mereka juga sebenarnya malu dengan pekerjaan itu." Puspa menghela nafas kasar.
"Emak juga pernah, kadang-kadang di goda beberapa lelaki hidung belang yang mengira emak juga jual diri di sana. Tapi kuncinya adalah sikap kita Nan. Mereka akan segan jika kita sopan. Mereka manusia yang bisa di ajak bicara, bukan binatang. Walaupun kadang kasar bertindak di luar kendali saat masih di pengaruhi obat dan minuman beralkohol." Puspa masih menyampaikan isi di kepalanya pada Nandang.
"Intinya jika besok kamu ikut bekerja di sana. Bekerjalah sesuai tujuanmu bekerja apa di sana. Jangan mengusik ketenangan mereka, jangan pernah ikut campur urusan pribadi mereka dan yang paling penting jangan pernah menghina pilihan pekerjaan mereka. Biarkan saja mereka menjalani hal yang sudah mereka pilih. Urusan dosa dan sebagainya itu Allah yang menimbangkan bagi mereka. Sebab kita hanya sesama manusia. Pegang teguh cita-citamu, jangan sampai terpengaruh hingar bingar dunia. Mencari nafkah itu kebutuhan, tapi jangan sampai keluar dari jalur yang di benci Allah. Emak sih berharap biar emak saja yang keluar masuk komplek itu untuk tetap bekerja seperti ini. Tapi keputusan di tanganmu. Apa ingin ikut emak atau tidak." Dalam sekali Puspa menyampaikan nasihatnya pada Nandang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
mintul
Mak Puspa 👍👍👍👍
2022-03-25
2
Conny Radiansyah
komunikasi yang baik, semua harus terbuka
2022-02-21
4
Suparti Ginanjar
lanjut thor
2022-02-20
5