Puspa sudah mengatongi ijin dari Onel untuk membeli bahan untuk mendukungnya membersihkan rumah yang ia masuki tadi.
Lima belas menit kemudian ia sudah kembali masuk ke rumah tersebut. Dengan semangat empat lima, Puspa kembali melanjutkan pekerjaannya. Kurang lebih 30 menit kemudian rumah itu tampak benar seperti rumah, dan Puspa memberanikan diri membuka lemari yang ada gudang belakang. Rupanya tempat itu semacam gudang, tempat meletakan aneka kain, pakaian serbet tidak jelas.
Kembali Puspa terduduk melipat beberapa potong kain dan pakaian yang serabutan tempatnya dan merapikan gudang tersebut. Di sana Puspa justru dapat alas tempat tidur yang bersih, masih di bungkusan. Sepertinya habis di laundry. Dan Puspa memberanikan diri untuk mengganti seprei tadi, dengan senyum bangga melihat rumah itu kembali rapi dan kinclong. Puspa mengunci kembali dan membawa seplastik alas tidur yang ia lepas tadi.
"Mami... maaf. Seprei nya emak lepas ya. Sudah bau apek." ujar Puspa saat sudah tiba di rumah Onel.
"Oh iya tidak apa-apa. Nanti mami bilang. Itu satukan dalam plastik atas nama Angel." tunjuknya pada gundukkan plastik tadi. Kemudian Puspa meneguk air minum yang tadi sempat ia bawa sebagai bekal.
"Cape mak?" tanya Onel basa basi. Ya iyalah capek.
"Alhamdulilah... yang penting kerjaan selesai mami."
"Ini." Ucap mami menyodorkan selembar uang merah Soekarno Hatta.
"Saya ga punya kembalian mi." jawab Puspa.
"Tidak usah pake kembalian, saya tau rumah Angel itu pasti kotor parah. Lagi pula tadi kan kamu sudah keluar uang membeli bahan pembersih." Ujar Onel yang berwajah galak tapi tidak dengan hatinya. Atau entah belum ketahuan jahatnya sajakah?
"Alhamdulilaaah. Terima kasih mami. Semoga Allah selalu memberikan berkah berlipat kali ganda untuk mami dan keluarga." Doa Puspa bahagia leleahan ototnya tadi di hargai dengan uang seratus ribu.
"Karman belum datang, kalau rasanya masih kuat. Kamu bisa membersihkan 1 rumah lagi. Bagaimana?" Puspa menarik nafas dalam, dan merasa masih kuat untuk bekerja rumahan. Juga waktu masih belum menunjukkan pukul 11, sehingga stok sarapannya tadi pagi masih tersisa untuk sedikit bekerja kembali.
"Baiklah Mi. Sepertinya kuat untuk 1 rumah lagi." Ujar Puspa menerima 1 kunci rumah yang jaraknya hanya 5 rumah dari tempat tinggal Onel.
Puspa tidak setakjub tadi, sebab rumah ini tidak separah rumah sebelumnya. Cairan pembersih dan pewangi pun tersedia di sana. Hanya Abu rokok dan bekas miniman keras lumayan berserakan di penjuru rumah itu, seperti habis pesta mungkin. Kulit kacang juga lumayan kocar-kacir di dalamnya. Masuk ke kamar juga parah, pakaian dalam telihat terlempar begitu saja, juga . Ups, karet bekas pasang juga Puspa punguti di dalam kamar itu.
Satu
Dua
Tiga.
Hm... ada tiga plastik bekas yang sudah di rubungi semut, hampir kering, lengket di lantai.
Tidak sampai 60 menit, pekerjaan itu beres. Sebab, rumah itu tidak besar jadi cepat selesai. Alas tidur hanya compang camping, tapi masih layak pakai. Sehingga tak perlu di ganti.
Lagi senyum Puspa terkembang saat satu rumah sudah selesai ia eksekusi. Bersamaan dengan selesainya pekerjaan itu. Karman pun tiba denga membawa tas besar ala kurir.
"Nah... ini pasti cukup kan Mak Nandang?" kekeh Karman sok akrab.
"Alhamdulilah. Mantap betul. Besar, jadi nanti pakaiannya tidak akan kusut ketika sudah di setrika. Berapa harganya?" tanya Puspa.
"Tidak usah mak. Sisa duit bangun jemuran masih sisa 500rb. Cukup kok."
"Beneran bang?'
'Iya... beneran. Mana yang di masukan? Sini bang Karman bantu." tawar Karman ramah.
"Nih semuanya Man." Onel sudah keluar memberi perintah pada Karman. Dengan sigap Karman memindah plastik pakaian kotor itu ke tas besar yang sudah terduduk rali pada boncengan motor Puspa.
"Mami... saya permisi dulu ya. Besok sore mungkin pakaian ini baru kering dan selesai di laundry." Pamit Puspa.
"Heii... tidak perlu tergesa. Besok pagi hingga siang pakaian ini pasti masih di jemuran. Jadi lebih baik pagi besok kamu datang bersih-bersih rumah lagi. Masih ada 3 rumah yang kuncinya di sini minta di bersihkan. Bagaimana?"
"Humm... asalkan semua pakaian ini sudah rapi di jemuran, emak pasti datang bersih-bersih mi." Jawab Puspa pada Onel.
"Oke. Ini 50 ribu. Ongkos satu rumah yang baru selesai kamu bersihkan tadi." Onel menyodorkan selembar uang biru kembali.
"Waaah... Alhamdulilah. Terima kasih mami." Puspa tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya. sehari ini ia sudah mengantongi uang 150rb, sama seperti keuntungannya 3 hari jualan kue.
Puspa mengarahkan motornya menuju rumah, matahari sudah dibatas kepala, panggilan Dzuhur tentu sudah berpendar tepat saat dia memarkirkan motornya di samping rumahnya.
Puspa meninggalkan tas pakaian kotor itu di motor. Memilih masuk untuk segera berwudhu menyucikan dirinya, akan melaksanakan sholat terlebih dahulu. Makan siang, untuk mengumpulkan tenaganya kembali. Sebab, ada 10 kantong plastik pakaian kotor menunggunya.
Nandang dan Andini baru pulang sekolah, saat tas pakaian kotor itu sudah tidak tercantol di boncengan motornya. Sehingga Nandang dan Andini cukup bingung melihat tumpukan kantong plastik di dekat mesin cuci.
"Wah... banyak sekali mak. Bagaimana cara emak bawanya? 2 kali jemput?" tanya Nandang heran.
"Tidak... mak di belikan bang Karman tas seperti punga kurir. Jadi bisa bawa banyak."
"Alhamdulilah." Ucap Nandang. Kemudian membuka tudung saji akan menikmati makan siang mereka.
Pusla duduk menemani kedua anaknya makan siang, sementara 2 mesin cucinya sudah berputar mulai bekerja.
"Kenapa emak baru nyuci? Ndin kira mak sejak pagi ke sana?" tanya Andini sedikit bingung, ketika pulang jemuran mereka tidak terisi penuh.
"Mak pagi datangnya, tapi karena menunggu bang Karman membeli tas itu. Mak di tawari membersihkan 5 rumah di sana. katanya 1 rumah di kasih 50rb. Tapi, emak cuma dapat 2 rumah, karena datang sudah jam 9 pagi. Tapi mak di kasih 150rb. Karena mak yang beli bahan pembersihnya." Jelas emak penuh semangat.
"Emak tidak capek?" tanya Nandang perhatian.
"Ah... pekerjaan rumah biasa Nan. Kayak yang biasa kita lakukan tiap hatk di rumah ini saja." jawab Puspa menutupi kelelahannya.
"Huumm... gimana kalau emak ajarin kami mencuci pakaian dengan mesin itu. Jadi mak bisa banyak istirahat dan bisa dapat banyak rumah untuk di bersihkan di sana." Ide Andini cemerlang.
"Ish... tugas kalian itu sekolah, menuntut ilmu, bukan mencari nafkah." tolak Puspa yang tidak i gin merepotkan anaknya.
"Mak mencari nafkah itu tugas ayah. Tapi kita sudah tidak punya ayah. Jadi mencari nafkahnya kita lalukan sama-sama saja. Emak kerja jangan terlalu keras, cukup kami tidak punya ayah, jangan sampai emak jatuh sakit karena ngejar duit." Ucap Nandang membuat Puspa terharu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wanda Revano
alhamdulilah y Mak punya ank baik2 semua Soleh dan Sholehah..semoga mami onel ttp baik y Mak meskipun wajahnya sangar.tpi y semoga emang baik sih.kdang org yg terlihat buruk itu malah yg baik dan yg terlihat baik malah buruk diakhir karena rasa iri sih biasanya 😁
2023-04-13
1
IG: Saya_Muchu
semangat update thor
2022-03-31
3
Conny Radiansyah
anak" yang pengertian
2022-02-14
4