Hari itu adalah minggu,erupakan hari ke tujuh dalam sepekan. Yang artinya hari yang di gunakan untuk libur melepas segala kepenatan jiwa dan raga bagi segelintir orang yang suah menggunakan enam hari sebelumnya untuk bekerja.
Bagi siswa-siswi tentu hari tersebut merupakan hari kebebasan mereka melakukan aktivitas di rumah saja ayau jalan-jalan. Maka hari itu Nandang dan Puspa gunakan untuk pergi menyambangi rumah mami Onel.
"Kamu yakin di sini tempatnya Nan?" tanya Puspa mematikan mesin motornya di area yang tertutup tembok tinggi tampak tak berpenghuni tersebut.
"Iya ... yakin mak. Sebentar Nan letok dulu." Nandang turun dari motor lalu melangkah mendekati gerbang yang hanya di tutup dengan seng.
"Permisi..." Nandang mendorong pintu seng tersebut pelan.
"Ade Nandang. Mau ketemu nyonya mami ya...?" sapa ramah Karman saat melihat siapa yang ada di balik pintu seng tersebut.
"Iya bang." Sahut Nandang tak kalah akrab.
"Masuk... masuk." Karman segera membuka pintu dengan lebar. Sama lebarnya dengan mulut Puspa yang ternganga saat melihat keadaan di dalam tembok yang seperti tak berpenghuni tadi.
Puspa takjub melihat pemandangan yang matanya lihat, sebab ada satu bangunan besar dan tinggi di dalam tembol itu di kelilingi rumah rumah yang berjejer rapi dengan bentuk dan tipe yang sama. Dengan pelan Puspa menyeret motornya, ingin mengendarainya, tetapi merasa canggung untuk menghidupkannya jika hanya di gunakan berjalan ke dalam area itu. Sebab jaraknya sangat dekat.
“Nyonya mamih, ada dek Nandang.” Singkat pengantar dari Karman saat berdiri di depan rumah Onel/
“Iya… Masuk Nan.” Panggil Onel dari dalam.
“Assalamualaikum.” Salam Nandang dan ibunya bersamaan.
“Walaikumsallam. Ini ibumu Nandang?” Tanya Onel saat melihat wanita yang masih terlihat cantik terawat itu mengekor di belakang tubuh Nandang.
“Iya.” Jawab Nandang singkat.
“Amnil kotak P3K itu, dan obati luka mami.” Perintah Onel tanpa canggung pada Nandang. Dan Nandang patuh. Segera bangkit dari duduknya untuk mengambil kotak P3K dan mulai mengobati luka Onel.
“Mungkin kemarin anakmu sudah bilang, perihal tawaran kerja untukku ya?” Onel langsung so akrab dengan ibu Nandang.
“Iya bu. Tapi saya masih belum mengerti dengan rinci apa pekerjaannya.”
“Mami… panggil saya mami Onel.”
“Ii..iya mami.”
“Hm.. jadi begini. Saya punya beberapa teman yang pekerjaannya sangat banyak menguras tenaga mereka untuk bekerja lembur hampir setiap hari. Dan hal itu membuat mereka hampir kehilangan waktu untuk mengurus urusan pribadi mereka, seperti membersihkan rumah dan lain-lain. Jadi, saya menawarkan pada kamu, mungkin kamu bisa bantu mereka minimal mencuci pakaian mereka saja, alas tidur dan selimut semacamnya, begitu.”
“Oh… saya bekerja sebagai buruh cuci seperti itu maksud mami?”
“Bisa di katakana begitu.”
“Bagus. Kamu bisa mulai dengan menyiapkan mesin cuci dan alat penimbang. Taroh kata kamu buka londry lah begitu. Dan bila memungkinkan dan ada kesempatan bisa sebagai pembantu yang akan member sihkan rumah mereka. Tergantung kesepakatan kalian saja nanti dengan yang mau menggunakan jasamu.” Jelas Onel sedikit rinci.
“Huum… jadi kira-kira kapan saya bisa bertemu dengan majikan saya nantinya?”
“Sebenarnya yang butuh jasa itu, hampir semua penghuni rumah di sana. Tapi tentu saja hal itu tidak akan sanggup kamu penuhi. Dan saya ingin mendengar kesanggupanmu terlebih dahulu dalam hal bekerjanya bagaimana?’
“Maksudnya…?”
“Begini… jika kamu menyanggupi sebagai buruh cuci. Maka kamu punya 2 pilihan. Boleh membawa cucian itu pulang kerumah, lalu mengantarkannya ke sini. Atau mencucinya di sini, di rumah saya ini juga boleh. Nah, jika pilihan ke dua yng akan kamu pilih, maka aka nada pekerjaan tambahan yaitu bisa membersihkan rumah mereka.” Jelas Onel.
“Boleh saya hanya terima jasa cuci saja mami?”
“Konsekuensinya adalah kamu haru sibuk mengantar dan menjemput cucian kamu tersebut.”
“Bismilahirohmanirohim… siap mami.”
“Hmm… Mereka itu ada 20 an orang. Tentu tidak dalam sehari kamu mencuci pakaian mereka, bisa kamu mulai pada 5 orang. Tapi tetap saja, itu alan membuat jemuranmu membludak. Sekarang sayan Tanya, apakah jemuranmu mampu menampung semua pakaian itu?”
Puspa terdiam, sadar bahwa bahkan selama ini mereka masih mengandalkan tenaga matahri dan mengucek dengan tangan secara manusl saja dalam hal mencuci pakaian agar bisa hemat listrik.
“Atau kamu perlu saya beri modal dulu untuk membuat jemuiran, membeli timbangan juga kalau perlu mesin cuci?”
“Apakah mami mau meminjamkan modal tersebut untuk kami?” Pupa meberanikan diri meminta kemudahan pada wanita yang sepertinya bertampang sangar itu.
“Itu hal mudah… asalkan kamu tidak bandel dalam hal membayarnya.”
“Insyaallah saya akan cicil dan tidak ingkar mami.” Jawab Puspa yakin.
“Nandang… panggilkan Karman.” Perintah Onel dengan suara tanpa tekanan.
“Siap nyonya mami, ada apa?”
“Kamu pergi kerumah Nandang, bantu mereka membuat jemuran yang bisa di gunkan untuk suasana panas dan dingin. Kali bisa selesai dlam satu hari ini. Cari tukang. Ini uang 2jt.” Perintah Onel yang langsung mengambil tas berukuiran sedang di bawah meja.
“Siap Nyonya mami.”
“Dan kamu, ini 8 juta, kamu beli semua kebutuhan kamu untuk memulai usaha tersebut. Besok pagi, datanglah ke sini, untu mulai mengambil cucian yang saya maksudkan. Silahkan pulang dan beri aba-aba pada Karman perihal di mana akan di buat jmuean tersebut.”
“Alhamdulilaah.” Ucap Puspa dengan mata berkaca.
“Jangan lupa total hutang kamu adalah 10jt. Kamu harus mencicilnya mulai bulan depan beserta bunganya 10%. Induk dan anaknya harus di upayakan di cicil agar cepat lunas. Paham?” cegah Onel sebelum mereka bnar meninggalkan rumah tersebut.
“Baik mami, Kami permisi dulu. Assalamualaikum.” Pamit Puspa dengan sopan.
“Walaikumsallam. Eh, Nandang. Sepedamu sudah boleh di bawa pulang.” Onel mengingatkan.
Puspa tidak tau dan tak pernah bermimipi hari ini bagai kejatuhan durian, tiba-tiba bisa memegang uang sebanyak ini. Walaupun hanya dari hsil pinjaman, namun Puspa tetap menganggap ini adalah sebiah berkah baginya.
Nandang bisa tiba dengan cepat sampai rumah sebab sudah di bantu oleh Karman untuk menariknya dengan sepeda motor.
Setiba di rumah, tanpa sungkan Karmanpun di silahkan masuk untuk menentukan sendiri pada bagian mana pantasnya jemuran itu akan di buat. Posisinya di sebelah kanan rumah itu, yang nantinya akan di atapi seng tembus pandang yang akan tetap kena panas sinar matahari juga akan terlindung dari derasnya rintik hujan. Tak lupa hamparan reng juga di siapkan di tempat terbuka untuk mempercepar pengeringan saat matahri sedang galak-galaknya.
Puspa mempercayai Nandang tinggal di rumah untuk membantu dan mengawasi pekerjaan Karman dan dua temannya. Sedangkan dia dan Andini pergi kepasar untuk membeli mesin cuci, timbangan, setrika, hanger, plastik londry, deterjen, pewangi dan apapun yang berhubungan dengan alat penunjang untuk memulai semuanya penuh semangat.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wanda Revano
baik jg mami onel y.y walaupun modal pinjaman seenggaknya mami kasih lapangan pekerjaan lah buat emak.eh usaha deh y🤭
2023-04-13
1
user player
tolong di koreksi lgi Thor terlalu banyak typo
2023-02-17
1
mintul
Alhamdulillah orang baik pasti Alloh memberi kemudahan dlm hal apapun 🙏
2022-03-25
2