Nandang membeliakkan matanya, berani mendonggakan kepalanya menghadap wanita tambun itu. Sedikit penasaran dengan pekerjaan yang wanita itu katakana padanya.
“Pekerjaan apa yang cepat menghasilkan uang dan juga tidak capek?” Tanya Nandang polos.
“Jual diri….” Kekeh wanita itu riang.
“Astagafirullahalazim.” Dzikir Nandang sampai memegang mulutnya, kaget.
“Usia muda pikiran ustatd banget sih kamu. Sini saya bilangin, bantu saya berdiri..!!” Perintahnya lagi pada Nandang.
Nandang pun patuh, lalu meraih tangan wanita itu dengan kekuatan penuhnya.
“Tuh, kamu liat jejeran rumah dalam komplek ini. Kurang lebih 30 rumah kan. Mereka semua pekerja keras, yang bahkan hampir tidak punya waktu mengurus rumah, mencuci pakaian dan lainnya. Jadi, jika ibumu mau sebagai tukang cuci saja, sudah pasti akan banyak mendapatkan uang ketimbang hanya mengharapkan keuntungan dari berjualan kue.” Jelas wanuta itu menunjuk beberapa rumah yang seperti tak berpenghuni itu.
“Oh… apa pekerjaan mereka sehingga tak sempat mengurus rumahnya?”
“Bukan tak sempat, hanya kdang keteteran jika peekerjaan mereka banyak.” Jawab wanita iti kembali.
“Oh.”
“Dulu, saya punya pembantu di rumah ini. Dan pembantu saya itu sering mereka pinjam secara bergiliran untuk juga dapat membantu mencuci dan bersih-bersih di rumah mereka. Alhasil, pembantu saya hanya bertahan paling lama 1 tahun bekerja di tempat saya. Kemudian memilih berhenti karena cepat mendapat uang banyak untuk modal mereka bererja di tempat lain dan lebih mandiri.” KIsah wanita itu pada Nandang.
Nandang mengangung-anggukan kepalanga, merasa tertarik dengan jenis usaha yang wanita itu tawarkan.
“Baiklah… nanti akan Nandang sampaikan pada emak. Mungkin saja dia berminauntuk menambah jalan mata pencaharian keluarga kami.”
“Bagus. Datanglah kembali besok, ajak saja ibumu. Agar saya bisa secara langsung menyampaikan dengan rinci jenis pekerjaan yang saya tawarkan ini. Kamu sudah kelas dua SMA bukan? Tentu akan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi dan akan memerlikan biaya yang tidak sedikit.”
“Selain membawa jawaban dari ibumu, jkamu memang wajib datang lagi ke sini untuk mengobati luka saya ini hingga benar-benar sembuh. Kecuali kamu ingin lari dari tanggung jawab.” Ucap wanita itu kembali.
“Siap… siap tante. Saya pasti datang untuk bertanggung jawab.”
“Onel, panggil saya mami Onel.” Lanjur wanita tambun itu pada Nandang,.
“Oh nama tante Onel. Baik tante Onel.” Ucap Nandang mengulang nama wanita yang baru di kenalnya tersebut.
“Bukan tante. Mami. Mami Onel, kamu punya telinga untuk mendengar bukan?” hardiknya.
“I.. ii ya mami Onel.” Gagu Nandang tidak biasa dengan panggilan tersebut.
“Ya sudah silahkan kembali kerumahmu, dan jangan lupa besok datang dengan kepastian. Sebab, pekerjaan itu banyak di incar oleh orang lain. Terlambat sedikit ibumu akan kehilangan kesempatan untuk menambah penghasilan kalian.”
“Iya … baiklah. Terima kasih tawarannya.”
“Sebagai jaminan bahwa kamu datang dan tidak melarikan diri. Sepeda mu itu harus di tinggal di sini.”
“Hah… rumah saya jauh dari sini jika di tempuh dengan berjalan kaki. Dan pasti akan kemagriban di jalan.” Ungkap Nandang polos.
Onel berusaha bngkit dari duduknya lagi, melangkah ke depan pintu lalu bersuara agak nyaring.
“Karmaaan.” Serunya lantang.
Tampak lelaki ringih agak tua tergopoh-gopoh mendekati treras rumah Onel/
“Siap nyonya mamih, ada apa?” tanyanya penuh hormat.
“Antarkan anak ini kerumahnya.” Perintahnya singkat.
“Siap baik nyonya mamih.” Jawabnya.
“Mari dek, ikut abang.” Ucapnya sembari memasang kacamata hitam, entah apakah berfungsi dengan baik atau tidak, bukankah awan senja sudah mulai gelap.
Nandang pun memilih patuh untuk naik pada jok belakang pria yang ia ketahu bernama Karman itu.
“Kenal nyonya mamih di mana, dek?” tanyanya saat motor itu sudah melaju menuju rumah Nandang.
“Tadi tak sengaja saya menabrak mami Onel, bang. Jadi saya di minta untuk bertanggung jawab.” Jelas Nandang seadanya.
“Ya… nyonya mamih orangnya baik kok. Asal kamu juga baik padanya.” Ujar Karman unfaedah.
“Abang ini, semua orang juga akan baik pada orang yang baik padanya.” Kekeh Nandang merasa lucu.
Tepat adzam berkumandang, Nandang tiba di rumahnya. Ia hanya sempat mengucap salam saat masuk rumah kemudain memberikan uang hasil jualan kue dan bungkusan makanan dari ibu Ghea tadi. Selanjutnya ia cepat-cepat mandi dan menyucikan diri, dan memilih sholat berjamaah saja dengan emak dan adiknya di rumah. Lalu mereka sama-sama menyantap makanan yang istimewa malam itu.
“Kenapa lama sekali kamu di rumah Ghea, Nan?” Tanya emak saat mereka sudah selesai menikmati makanan tadi.
“Tadi Nan, mencelakai orang mak.”
“Hah…!!!” seru emak terkejut.
“Iya, karena mendapatkan bungkusan makanan ini, Nan kesenangan bukan kepalang. Sehingga mengayuh sepeda dengan kencang dan sukses menabrak seorang wanita yang sedang berjalan kaki. Hingga dia terjatuh, dan sikunya berdarah karena ulah Nan itu.”
“Lalu..?”
“Lalu Nan di mintai uang untuk bertanggung jawab. Ya Nan kan ga punya uang, lalu dia minta untuk Nan mengobati luka itu di rumahnya. Jadi itulah yang membuat Nan pulang terlambat.”
“Separah apa?”
“Lecet saja.”
“Kamu tidak apa-apa?”
“Alhamdulilah, Nan baik-bik saja. Tapi, dia memang sakit karena kecerobohan Nan.” Puspa mengangguk-angguk sambil melangkah keluar rumah.
“Syukurlah jika kamu berani berbuat kemudian bertanggung jawab, itu adalah perbuatan lelaki sejati nak.” Ucap Puspa bangga.
“Eh… tapi. Dimana sepedamu?” tanyamnya sedikit heran melihat sepeda anaknya tidak ada di tempat biasanya. Rupanya sejak tadi puspa tidak sadar jika Nandang pulang di antar seseorang.
“Sepeda Nan. Di tinggal di tempat mami Onel, Mak.” Jawab Nandang jujur.
“Mami Onel…?”
“Iya… Onel itu nama wanita yang Nan tabrak tadi, dan mami adalah panggilannya.”
“Oh. Bagaimana orangnya Nan? Tua?”
“Mungkin tua sedikit dari emak saja. Oh iya dia juga menawarkan pekerjaan untuk emak.”
“Pekerjaan apa?”
“Pekerjaan rumahan mak, seperti bersih rumah, mencuci pakaian dan lainnya.”
“Oh… emak akan jadi pembantu rumah tangga?” Tanya Puspa dengan tekanan.
“Mungkin seperti itu. Tapi rumahnya banyak mka, sekitar 30 rumah.” Papar Nandang lagi.
“Hah… itu bukan rumah tangga Nan, tapi satu RT.” Jawab Puspa heran.
“Iya mak, memang tempatnya satu kompleks mak.”
“Jadi semuanya membutuhkan pembatu rumah tangga?”
“Nandang juga agak tidak mengerti, untuk itu sebaiknya besok kita berua ke sana bertemu dengan mami Onel itu mak. Supaya dia bisa menyampaikan secara rinci apa saja yang mak bisa kerjakan.” Papar Nandang lagi.
“Kira-kira, apa nanti kalian tidak malu jika ibu bekerja sebagai pembantu?” Tanya puspa pada kedua anaknya tersebut.
“Bukankah selama ini emak bilang, tidak boleh malu untuk mengerjakan semua pekerjaan yang penting halal.” Andini meyeletuk.
“Alhamdullilah. Semoga pekerjaan itu nanti bisa meningkatkan penghasilan kita ya nak. Apalagi tabungan ibu juga lumayan terkuras untuk membangun rumah juga menutupi kebutuhan kita selama dua tahun terakhir ini. Bergantung dengan hasil jualan kue saja tentu sangat sulit untuk ibu bagi untuk persiapan mu akan masuk perhuruan tinggi.” Jujur Puspa.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sukarsih
Nandang nyatain cintanya ko ga romantis sih jd kurang syeer2 thor
2022-05-06
2
NasyafaAurelia🐧
smoga mami Onel bener2 orng baik
2022-02-10
4
Yen Lamour
Semangat💪
2022-02-06
5