“Bagaimana? Merasa lebih baik? Kamu berhasil menyelamatkan Tuan Putri itu, tindakan mu sudah benar, meski secara keseluruhan membunuh orang lain adalah sebuah kesalahan.” Laurent memberikan segelas minuman kepada Viole.
“Hmn... Membunuh tetaplah membunuh, aku butuh waktu untuk membiasakan diri. Terimakasih, Paman.” Viole memegangi gelas itu, mau bagaimanapun beban mental dari membunuh adalah sesuatu yang berat untuk dikendalikan.
Membiasakan diri juga tidak semudah itu, menghilangkan nyawa orang lain adalah tindakan kejam yang mengerikan.
“Ngomong-ngomong, kenapa di sini sepi sekali? Mereka semua pergi ke mana?”
Mendengar itu, Laurent segera mengambil sebuah selembaran kemudian menunjukannya kepada Viole. “Mereka pergi untuk melihat proses pembukaan pasar ini di alun-alun Kota, katanya Keluarga Roselly akan terus membuka pasarnya sampai satu bulan ke depan.”
“Kalau begitu, Tuan Balft? Dia menghilang sejak tadi pagi.”
“Dia adalah salah satu orang yang terlibat dalam pembukaannya, jadi sekarang dia berada di sana. Mau pergi bersama?”
Viole memikirkan ajakan Laurent sebelum menggelengkan kepalanya. “Nanti malam saja, aku mau beristirahat dulu. Aku juga harus mempertimbangkan beberapa hal.”
“Oh, baiklah. Selamat beristirahat.”
<----<>---->
Menuju ke alun-alun Kota pada awal malam, Viole bisa melihat kalau suasana Kota Luizis sudah menjadi jauh lebih baik, sepertinya acara ini dilakukan karena memiliki tujuan yang sama.
Selain terjadinya transaksi jual-beli, di pasar ini juga terdapat banyak hiburan menarik. Meskipun baru beroperasi kurang dari empat puluh persen, Alun-Alun Roselly tetap dipenuhi oleh hal-hal yang menyenangkan.
“Di situ kau rupanya, hoi! Kemarilah! Makan malamnya diadakan di Rumah Makan sebelah sini!” Elite Izura yang tadi siang Viole temui, memanggil dari kejauhan. Dia bernama Tetra dengan julukan Number Four.
“Iya! Anda pergi saja dulu! Nanti saya menyusul!”
“Baiklah! Pastikan kau datang tepat waktu!” Tetra membalikkan badannya, kemudian masuk ke dalam Rumah Makan yang dia maksud.
Viole menengok ke arah kanan. “Paman? Mau ikut?”
“Kamu pergi saja sendiri, aku harus mencari Balft untuk menanyainya tentang acara ini. Mungkin aku bisa mendapatkan beberapa keuntungan?”
“Aku dengar Tuan Balft adalah teman lamanya Pemimpin Keluarga Roselly, anda pasti bisa membuka peluang bisnis baru.”
“Haha, kau masih kecil sudah memikirkan hal semacam itu. Aku hanya ingin menanyakan kondisi acara ini, kau juga berusahalah, tunjukkan kebolehan mu... Semoga beruntung.” Laurent membalikan badan setelah menepuk-nepuk pundak Viole.
“Ya.”
<----<>---->
“Ha?” Baru masuk ke dalam sana, Viole sudah dibuat diam membisu dengan kondisi kepala yang mengalami masalah kesulitan untuk berfikir. Keterkejutannya sampai masuk menyerang sistem syarafnya.
Anak tunggal, keturunan satu-satunya yang dimiliki oleh Lakius Rosselly dan calon Pemimpin di masa depan nanti. Tetra mengenalkan Sang Tuan Putri, menjelaskannya secara detil sampai membungkam mulut Viole.
‘Jadi... Aku salah mengira....? Dia ternyata bukan Bangsawan Lokal....? Dan sekarang kenapa orang ini menatapku dengan senyuman yang sangat menyeramkan?!’
Viole melirik ke arah Lakius yang secara pribadi datang ke sini hanya untuk menemui dirinya, sejak awal pria tersebut selalu menunjukkan senyuman yang aneh. “Halo anak muda, terimakasih karena telah menyelamatkan Putriku, kamu hebat.
Nei, kemarilah dan perkenalkan dirimu, Ayah yakin kamu pasti langsung kabur setelah di selamatkan olehnya. Ayo, tunjukkan sopan santun mu.”
Lakius mengelus kepala Putri lugunya yang malu-malu kucing itu, sedangkan Viole? Dia sudah setengah mati, mendapat kesempatan mengobrol dengan sosok besar seperti Lakius membuatnya gugup sampai kesulitan untuk berbicara.
Tapi beruntungnya datang Pahlawan dari arah pintu, Balft dengan sangat elegan masuk ke dalam Rumah Makan kemudian duduk di samping Viole, seperti biasa dia mengambil minuman orang lain secara tidak sopan.
“Ah... Kalian sedang membicarakan apa? Boleh aku ikut?”
“Apa? Setelah memaksa ku untuk membuka pasar ini, sekarang kau mau apa?” Wajah Lakius terlihat sedikit kusut.
“Oh ayolah Ros, acara ini sangat diperlukan, seperti contohnya untuk memberikan lapak baru kepada Koki yang malah membuka Penginapan. Kau setuju kan, Viole? Viole...?
Oi, kau apakan cucu dari Gurumu ini?” Balft menatap Lakius dengan penuh kecurigaan, setelah menyadari hawa kematian di dalam tubuh Viole.
“Tidak ada, aku hanya- meh, apa kau bilang tadi? Cucunya Guru?!” Untuk pertamakalinya di depan umum Lakius terlihat begitu heboh, keterkejutannya sampai membuat Tetra dan Tamu lain merasa kebingungan.
Pria tenang yang dipenuhi oleh wibawa itu, kini berubah seketika menjadi seperti om-om biasa yang akhirnya menemukan sesuatu yang sudah dirinya cari sejak lama.
“Ya, dia adalah cucunya Zhen, bocah yang selama ini kau kira hidup damai di Kediaman Utama Izura. Jujur saja aku cukup kesal saat kau berpikir demikian-”
Memotong ucapan Balft, Lakius tiba-tiba berdiri, kemudian mendorong Balft keluar Rumah Makan, memaksanya menuju suatu tempat. “Jelaskan semuanya atau kau akan menyesali perbuatan mu...”
“Hei santai kawan, santai- Aaa!!”
Lalu mereka berdua pun pergi, meninggalkan rasa canggung di dalam Rumah Makan terutama kepada Viole dan Tuan Putri yang tidak bisa berkomunikasi sama sekali.
Mereka berdua berada dalam satu meja, dua-duanya menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Memang, tanpa kehadiran Lakius Viole menjadi lebih tenang, tapi apa arti ketenangan itu jika dia tidak memiliki pengalaman sedikitpun dalam berbicara dengan gadis seumurannya.
Oleh karena itu Viole memutuskan untuk diam, menunggu Tuan Putri mengucapkan sebuah kata yang akan dia ingat sepanjang hidupnya. “Kerang…?”
“.... Hah?”
“Lu-lupakan! Aku mohon lupakan!”
<----<>---->
Keesokan Harinya.
Masih bersama orang yang sama, sekarang Viole berada pada sebuah taman besar di Kediaman Walikota, dia dipaksa oleh Balft untuk menemani gadis ini.
Lakius dia juga memiliki ide yang sama, dengan sikapnya yang entah kenapa menjadi lebih sopan kepada Viole, pria itu meminta agar Viole mau menjadi teman bagi Putri kecilnya, Neiladiota.
Karena Viole tidak memiliki kuasa untuk menolak permintaan mereka, kini dia harus melindungi Tuan Putri Roselly dan terpaksa melupakan rencana pembahasan tentang Telur dari Dungeon.
“A-anu... Tuan Putri, apa anda ingin melakukan sesuatu?” Viole bertanya dengan senyuman yang terkesan terlalu dipaksakan, jujur saja dia ingin kabur dari tempat ini.
Nelia, dia hanya memegangi kerah bajunya sambil menggelengkan kepala, gadis itu terlihat sangat sedih. Kemarin dia juga menunjukkan ekspresi yang sama, tapi lebih ke arah gelisah.
Sedangkan sekarang, dia benar-benar sedih. Sekilas Viole bisa melihat bekas aliran air mata pada pipi gadis tersebut.
Viole berpikir sebentar, mungkin dirinya tau penyebab dari kesedihan Neila dan bisa menyembuhkannya, hingga akhirnya dia mengingat sesuatu yang kemarin terjatuh di jalan.
Namun Viole berpikir kembali, karena bisa saja terjadi perkara yang tidak diinginkan jika dirinya bertindak sembarangan. Oleh karena itu Viole memutar otaknya demi mencari solusi yang lebih baik.
Misalnya dengan mengganti pertanyaannya barusan, mungkin harus dibuat terkesan lebih lembut. “Tuan Putri... Apa anda menyukai sesuatu?” Kali ini senyuman Viole terlihat lebih natural.
Berhasil, perubahan kecil itu berhasil menarik perhatian Tuan Putri. Dia menengok ke arah Viole. “Be-benda berkilauan, aku sangat... Menyukainya---hm.”
Suara kecil Tuan Putri menusuk telinga Viole, entah kenapa dia merasa bersalah karena belum mengembalikannya sejak kemarin.
“Kalau begitu, apa anda bisa berjanji kepada saya? Jika iya, saya akan memberikan benda itu kepada anda.” Viole berpose seperti seorang pesulap yang menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
“Eh?” Mata bulat Neila memandangi Viole dari atas sampai bawah, dia kebingungan memikirkan ucapan aneh Viole. “Ehm... Mm... Ng... Boleh, aku berjanji.”
Viole tertawa pelan, Neila adalah gadis paling polos yang pernah dia temui. “Baiklah, mulai sekarang anda harus berjanji untuk lebih banyak tersenyum dan... Menjadi lebih terbuka kepada saya. Jika anda melanggar, anda akan dihukum.”
Memberikan sedikit gertakan di akhir mungkin saja bisa lebih menambah kesan karismanya, dengan begitu seharunya Neila akan lebih mudah untuk diajak bicara kedepannya.
“Ini, saya menemukannya di gang kemarin, anda--mungkin mencari benda ini.” Viole menunjukkan kalung permata tersebut.
Sebenarnya Viole ingin memakaikannya secara langsung, tapi dia merasa kalau tindakan itu sangat tidak sopan, memberikannya saja sudah cukup.
Hap, Neila langsung mengambil kalung tersebut, menggenggamnya menggunakan dua tangan seperti seekor induk kucing yang sedang melindungi anaknya.
Matanya berkaca-kaca saat mendapatkannya kembali, dia diam sebentar sebelum akhirnya menangis sambil memeluk kalung tersebut.
“Hiks...! Terimakasih---terimakasih...” Suara Neila terdengar sangat pelan, dia menangis sendirian di bawah sebuah pohon, merasa lega setelah semalaman begadang mencari kalung tersebut.
Memutuskan untuk menjauh, Viole memetik sebuah bunga berwarna merah, memandanginya dengan senyuman khasnya. “Lycoris Radiata, syukurlah dia bisa mendapatkan barang berharganya kembali... Apa... Aku juga memiliki satu?
Heheh... Apa itu? Aku sendiri tidak mengingatnya, tapi yang lebih penting, ternyata aku bisa berkomunikasi dengan seorang gadis sebaya ku, akan ku tunjukan pencapaian ini kepadanya, kita lihat seperti apa responnya nanti... He he he.”
Will Continue In Chapter-18 >>>
–––––––
Kalian jangan tanya aku bisa ngomong sama cewek atau nggak, karena kalian tau sendiri jawabannya.
Aku lebih jago salto belakang di Minecraft dari pada ngomong sama cewek.
Btw, aku butuh lebah suka. Berikan aku LEBAH SUKA!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments