Chapter 16 – Putri Misterius

Luizis, Kota yang sebelumnya ramai kini berubah menjadi seperti kuburan. Semua orang hanya tinggal di dalam rumah, diam diikat oleh rasa takut.

Teror yang disebabkan oleh Dreonicia ternyata jauh melebihi perkiraan, dampak dari kemunculan, raungan serta ancamannya telah mengacaukan seluruh wilayah Kaugel untuk saat ini.

Pada waktu itu hanya sedikit orang yang berani meninggalkan ruangan, mereka melakukannya juga karena dipaksa oleh keadaan.

Lalu kenapa tidak pindah saja? Ya, sudah ada yang melakukannya, tapi kebanyakan dari mereka gagal dan harus kembali dengan wajah penuh kekecewaan.

Itu semua bisa terjadi karena perubahan jumlah penduduk suatu Kota menjadi sangat berantakan.

Kabar mengamuknya Dreonicia tersebar dengan cepat, akibatnya banyak orang yang berpindah tempat tinggal dari satu Kota ke Kota lain, mencari tempat aman bagi diri sendiri.

Dan perbuatan sederhana untuk menyelamatkan diri itu telah merusak sistem, membuat akses untuk masuk ke dalam suatu Kota dipersulit.

Membludaknya jumlah penduduk sangat sulit untuk di atasi, mau kau memohon sambil menangis sekalipun, kau tetap akan ditelantarkan.

Kalaupun ada yang berhasil pindah, itu hanya sedikit. Total masih ada 91% Penduduk asli di Kota Luizis, sebagian besar dari mereka juga merupakan orang yang kembali membawa rasa kecewa.

<----<>---->

Empat hari sudah berlalu sejak terjadinya insiden. Dengan jelas pada jalanan utama Kota, terdengar suara roda kereta dan sepatu kuda yang terus berjalan.

Pada beberapa bagian Kereta Kuda tersebut tergambar logo bunga mawar, selain itu, Kereta Kuda itu juga terlihat sangat mewah dengan kecantikan tingkat tinggi.

Kedatangan mereka menarik banyak perhatian, orang-orang langsung membuka jendela atau keluar rumah demi melihat harapan yang selama ini sudah mereka tunggu.

Pembawa kehidupan serta kesembuhan, mereka adalah bunga mawar tanpa duri, bersikap tenang dan damai, menghangatkan hati semua orang.

Merekalah Keluarga Roselly, Keluarga yang di isi oleh para Alchemist hebat, penemu dari banyak resep herbal di Dunia.

Datang bersama beberapa pihak lain seperti Elite Izura dan kumpulan Bangsawan Lokal, Roselly mengangkat bendera mereka dalam perjalanan menuju kediaman Walikota.

<----<>---->

Di Rumah Walikota.

“Ohoho... Selamat datang Tuan Lakius Rosselly.” Menyambut dengan hangat, Walikota Qin menyangkupkan tangan. “Terimakasih atas kedatangan Anda.... Maaf Tuan, kami tidak bisa menyambut Anda dengan cara yang sepantasnya.”

“Ah, jangan begitu. Saya datang ke sini untuk mengatasi suatu masalah, bukan demi menghadiri sebuah acara. Jadi janganlah bersikap sungkan, Tuan Qin.” Dia tersenyum ramah.

Lakius Rosselly, seorang Pemimpin termuda yang pernah tercatat dalam sejarah Keluarga Roselly. Dia sangat terampil dalam Ilmu Alchemy, bahkan dia bisa meracik beberapa obat sambil menutup mata.

Untuk masalah kekuatan, dia adalah pria yang patut dipertimbangkan.

Selain itu, Lakius juga merupakan Alchemist terhebat untuk sekarang ini, setelah Gurunya yang telah wafat sekitar delapan tahun yang lalu.

“Ah... Saya merasa lega setelah Anda berkata demikian. Baiklah silahkan masuk, rapatnya akan kita mulai siang hari nanti, jadi Anda bebas berkeliling, saya akan segera menyelesaikan persiapannya.”

Karena memiliki suatu alasan tersendiri untuk datang secara pribadi, Lakius langsung menyingkat pembicaraan, lalu masuk ke dalam inti dari kedatangannya ke Kota ini.

“Nah, silahkan beristirahat, Tuan. Jika ada keperluan Anda bisa memanggil pelayan, Saya izin undur diri.”

“Baik, terimakasih.” Lakius menunggu Walikota untuk berjalan sedikit lebih jauh, sebelum mengunci pintu ruangan sambil menunggu teman seperguruannya tiba.

Dua menit berselang setelah kepergian Walikota, akhirnya orang itu datang. Dia dengan santainya menerobos masuk, memecahkan jendela tanpa menunjukkan rasa bersalah.

“Yo, akhirnya kita bertemu,? Roselly.” Balft, teman seperguruannya itupun ikut duduk sambil membersihkan bekas pecahan kaca, dengan secangkir teh milik Lakius berada ditangannya.

“Hm... Lama tak bertemu, kau masih bersemangat seperti biasanya.” Lakius menggerakkan jari telunjuknya, menutupi jendela dengan kayu, kemudian menyelimuti ruangan ini menggunakan Magi untuk meredam suara.

“Haha, kau juga tetap terlihat mencurigakan hingga sekarang. Ngomong-ngomong, kau yang bayar renovasi jendela ini.”

“Aku lagi? Jangan lupa kau masih berhutang 100.000 Emerald kepadaku. Kapan kau akan membayarnya?”

Mendengar itu Balft langsung tersedak, dia berbatuk pelan sebelum bersandar pada sebuah kursi. “Lupakan, kita melakukan pertemuan di sini bukan untuk membahas itu.... Aku sudah menyusun rencananya.”

Lakius menurunkan dagu, matanya jadi terlihat lebih tajam. “Seperti yang kau tulis dalam surat, kau membuat cerita palsu atas masalah ini. Apa maksud dari perbuatan mu?”

Suasana pembicaraan mereka berdua berubah seketika. “Tentu saja untuk mendapatkan akhir yang paling formal, sebisa mungkin aku ingin membuang masalah yang tidak perlu dan asal kau tau, aku bisa saja menyelesaikan masalah Nicia pada saat itu juga.”

“Formal?” Salah satu alis Lakius terangkat. “Maksudmu supaya terkesan berjalan seperti biasanya?”

“Ya. Jujur, aku malas menangani masalah ini, karena ujung-ujungnya hanya akan menjerumus kepada Politik. Jadi aku membawa banyak pihak kemari untuk dijadikan pengalihan isu, menghindari kecurigaan dari banyak pihak tidak terlibat yang pasti mendapatkan beberapa informasi.

Kau taulah, Nine Name's dan sebagainya. Mereka semua pasti ikut campur kalau aku yang menyelesaikan semuanya.”

“Tapi kau kan- ah sudahlah. Lalu bagaimana dengan rencananya?”

Balft mengeluarkan lima lembar kertas. “Kau kumpulkan saja bantuan dan Pasukan sebagai dalih untuk berjaga-jaga, aku sudah menulis daftarnya di sini, selain dari Keluarga mu, bantuan dari Sraye juga akan datang. Selama satu setengah bulan mereka semua harus berkumpul, lalu sisanya serahkan saja pada seorang bocah.”

“Ha? Maksudmu bocah yang dulu pernah kau selamatkan? Seistimewa apa dia sampai bisa menutup pengeluaran dana puluhan ribu Pasukan ini?” Lakius terlihat tertarik.

Kedua bahu Balft terangkat untuk menyikapi pertanyaan Lakius. “Dia biasa saja, kita hanya perlu melebih-lebihkan identitasnya sebagai ‘Emas Berharga Dari Roselly’ dan ya, semuanya selesai tanpa pertempuran. Bagaimana?”

“Pffftr-!” Lakius tidak bisa menahan diri, dia tertawa terbahak-bahak mendengar akhir dari rencana Balft. “Ahah! Bagus! Bagus sekali! Tapi jahat juga kau Balft, melibatkan anak kecil pada masalah yang seperti ini, hahah.”

“Heleh, lebih jahat kau yang tidak mau menyembuhkan matanya.” Balft memutarbalikkan ucapan Lakius.

Tapi sekarang malah dia yang kena. “Bukan tidak mau, aku hanya belum mampu. Ambil ini, dua bulan yang lalu aku sudah menyelesaikannya. Berikan itu kepadanya, gratis.”

“Ha-?! Satu tahun? Pill ini selesai hanya dalam kurun waktu satu tahun? Kau bercanda.” Balft kesulitan untuk mempercayainya, dia pasti sudah membuang Pill di dalam kotak kecil ini jika bukan Lakius yang membuatnya.

“Hmm... Awalnya aku pikir proses penyembuhan lama secara perlahan yang membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun itu sudahlah yang terbaik, tapi setelah menerima permintaan dari mu aku tersadar, bahwa masih ada cara yang lebih sederhana, murah dan cepat.

Aku mendedikasikan banyak waktuku untuk Pill ini, resepnya juga sudah ku buat jadi hanya tinggal memproduksinya secara masal dan terbukalah peluang bisnis baru. Hm hm.”

Secara bersamaan kedua jari telunjuk Balft menunjuk ke arah Lakius. “Hehe, siapa dulu yang membuka potensi mu? Baiklah aku akan memberikan ini kepadanya nanti... Ngomong-ngomong, Putri mu di mana?”

Wajah Lakius yang tadinya tampak normal, kini berubah menjadi kusut karena pertanyaan dari Balft. “Kenapa bertanya soal Putriku?”

“Ya karena Kota ini mulai ramai kembali.”

“Apa....?”

“Hah... Aku bilang Kota sudah ramai kembali dan Putri semata wayang mu itu takut pada keramaian, tidak berada di sini bersama mu dia pasti sedang berjalan-jalan di Kota! Kan?”

Lakius memiringkan kepala sambil mengelus dagu. “Uh... Tadi aku sudah memerintahkan 2 Pasukan Elite dari Izura, seharusnya dia akan baik-baik saja.”

“Jangan berharap, sialan. Kau adalah Ayahnya, cepat cari.”

“Dan kau siapa?”

<----<>---->

Ya, seperti yang Balft katakan, suasana Kota kini kembali seperti semula, semua orang segera keluar rumah, berkumpul setelah kedatangan Roselly.

Warga Kota tidak pernah menyangka kalau bantuan akan datang secepat ini, meskipun masih kurang, mereka tetap bisa merasakan ketenangan.

Viole sendiri menunjukkan respon yang hampir sama, di depan sebuah toko sayur dia hanya bisa diam sambil menggaruk kepala.

“Uh... Hah...?” Viole kebingungan harus bersikap seperti apa, jujur saja dia masih merasa bersalah kalau memang benar Telur itu adalah milik Sang Naga.

Tapi selama beberapa hari terakhir ini dia sudah mengumpulkan niat, hari ini Viole akan mengungkapkan semuanya tentang Dungeon, Telur dan Topeng, semuanya.

Dia sudah siap menghadapi apapun risikonya. “Terjebak dalam rasa bersalah sangatlah menyebalkan, aku pasti bisa melakukannya!”

Melihat harapan yang terpancar dari seluruh Warga Kota, membuat Viole merasa lebih bersemangat. “Semoga isi hatiku didengar oleh para Dewa dan mereka mau membantu ku- Hachu!! Uh... Hidungku gatal...”

Sambil membersihkan hidungnya, pada sebuah gang sempit Viole berjalan pulang. Dia berada di situ karena memang pada gang inilah lokasi Toko sayur langganan Laurent berada.

Entahlah, Viole sendiri tidak tau bagaimana caranya Laurent bisa menemukan Toko sepi pelanggan ini, tapi asalkan produknya bagus Viole tetap akan membelinya.

“Membawa sayur melewati gang-gang, angin mengalir indah ke angkasa, bersama sayur menuju rum-”

“Ng- to-tolong... Ng.”

“Hm?” Saat sedang berjalan santai, Viole secara tidak sengaja mendengar suara pelan. Dia memang pernah mendengar kalau banyak tindak kriminal terjadi di gang ini, namun masih belum pernah menyaksikannya secara langsung.

Dan sekarang dia berada cukup dekat dengan lokasi kejadian. Suara itu terdengar samar-samar, jadi Viole memutuskan untuk naik ke atas atap supaya bisa menemukan lokasi mereka.

Setelah beberapa saat mengamati, akhirnya Viole menemukan dua orang om-om sedang memojokkan seorang gadis kecil yang tak berdaya.

Sekilas saja Viole merasa jijik melihat tingkah laku mereka, dia bahkan sampai meludah. “Mereka berdua tidak tau malu sama sekali, menyakiti orang lain demi memuaskan hawa nafsu.

Aku memang sudah pernah membunuh orang, tapi..... Haruskah aku menolongnya? Kalau iya, apa untungnya bagiku......? CK, lakukan! Aku lebih baik aku mengurangi penyesalan di dalam hidup ku!”

Membulatkan tekad, Viole menaruh barang belanjaannya, meregangkan badan sebentar, kemudian melompat untuk melemparkan Sihir Es yang dapat membekukan tempat tersebut.

“Sebelah sini, ped*!”

SRAAAAAK...!

Tersentuh oleh Sihir Viole, permukaan pada gang tersebut berubah menjadi es, membuat Viole yang baru mendarat bisa memiliki kuasa lebih untuk menendang salah satu diantara mereka.

Kemudian membakar sisa seorang lagi.

BLUURRRT!!

“Mau apa kau bocah?” Tapi tenyata yang Viole bakar hanyalah dinding kosong, si Penjahat berpedang rupanya bisa menghindari serangan kejutan itu menggunakan Element Petir nya.

“Jangan sok menjadi seorang Pahlawan, pergi dari sini secepat mungkin dan akan kubiarkan kau tetap hidup...” Pria botak yang tadi Viole tendang terlihat sangat marah, bersama sebuah batu di tangan, dia bergerak secara perlahan.

“Yah- uh... Aku cuma ingin... Ehm... Membawa gadis ini! Ya, gadis ini! Dia milikku!”

‘Meh... Alasan macam apa itu?’ Viole menampar dirinya sendiri.

“Ingin berebut ya? Baiklah kalau begitu, berharap saja besok kau masih bisa berjalan dengan dua kaki.” Secepat kilat, pria itu menerjang bersiap untuk menebas.

Namun ujung Pedangnya sekalipun tidak mampu menggores Viole, karena sekarang pemuda itu dengan prediksi serta Element Es nya melayang di udara.

“Aku benci harapan.”

BUAKH!

Viole menabrak dagu pria itu menggunakan balok es besar, sampai membuatnya jungkir balik. Area yang sudah di selimuti oleh es memberikan Viole keuntungan, Element Petir lawannya kesulitan untuk mengalir.

Pada saat yang bersamaan dari arah lain batu besar melayang cepat, dengan Element Apinya Viole membakar batu tersebut, sebelum membekukannya sampai berhenti di udara.

SSSSSHHH....!

Akibat dari tindakan Viole, terciptalah asap tebal yang menghalangi pandangan. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menghajar si Penjahat botak, meski menerima pukulan keras pada bagian dada, Viole masih merasa baik-baik saja.

Viole terus memukuli Si Botak itu sampai tulang tangan dan kakinya patah, sebelum berdiri menunjukkan tangan yang dilumuri oleh darah.

Pemuda tersebut melakukan itu karena tau bahwa dirinya bukan tandingan bagi Penjahat berpedang. Pria itu hanya terlalu meremehkan Viole sehingga terkena serangan yang konyol, sekarang dia baru serius.

“Otakmu encer juga, dengan beberapa taktik lagi kau seharusnya bisa mengalahkan ku, bocah.”

“Apa? Sandra saja gadis itu, kenapa kau malah memujiku? Ssst- pukulan si botak ini rasanya sakit sekali...”

“Haha! Hei-hei, santai. Walaupun aku adalah seorang Penjahat, aku tetap mempunyai harga diri. Kemarilah, hadapi aku layaknya seorang pria. Lalu rasakanlah Neraka setelah kematian mu di sini.”

Viole berdecak kesal, dia menyesal karena meninggalkan Four Crystals di rumah. “Baiklah... Shadow!”

Bayangan hitam muncul pada kaki Viole, dia berlari kencang pada permukaan dinding dengan tangan kanan yang membara dan Pedang Es di tangan kiri.

Dia berangkat menggunakan kekuatan penuh, untuk mengadu serangan dengan Si Penjahat yang tersenyum lebar. Mereka di sana menebas, membakar, membekukan dan meledakan, sampai salah satu diantara mereka mundur beberapa langkah.

SRAK!

Viole merobek kain bajunya sendiri, dia segera membalut luka tebasan serta bakar pada tangan kirinya. Dengan mata tajam Viole memelototi pria itu yang hanya menerima beberapa luka gores.

Tapi Viole masih bisa bertahan, dia kembali berdiri membawa rencana baru untuk melawan Penjahat tersebut. “Hah... Kau kuat... Tapi kau yang akan kalah.”

“Huh? Lalu luka ditangan mu itu kau anggap apa?” Dia tertawa pelan.

“Tertawa saja sesukamu, kau bukan orang yang kurang dari segi kekuatan, kau hanya butuh lebih banyak pengalaman.”

“Kenapa kau malah menasehati ku?” Pria itu terlihat tidak senang.

“Entahlah, Guru ku hanya bilang kalau mulut sangat penting dalam suatu pertarungan, walaupun aslinya dianya saja yang cerewet.”

“Cih! Sepertinya kau juga mengidap penyakit yang diderita oleh Gurumu!” Dia menyebarkan Energi Sihirnya, bersiap untuk kembali menyerang.

“Etus Ars – Ice Spike!” Duri-duri es seketika muncul di atas kepala Viole ketika Mantra itu diucapkan, pada saat yang bersamaan Viole menempelkan tangannya menyentuh tanah, menggunakan Sihir yang tidak jauh berbeda.

Serangan es dari atas dan bawah menerjang pada saat yang bersamaan, memaksa pria itu untuk terus mundur kebelakang.

Dia terus menebas menggunakan Pedangnya sampai ketika hampir tiba di ujung gang, karena merasa terlalu di remehkan, dia memutuskan untuk maju.

Seluruh serangan Sihir dari Viole berhasil dia tahan juga hindari, dia menganggap kalau tindakan Viole hanya dia lakukan karena sudah putus asa.

“Mana kesombongan mu tadi, hah?! Jangan diam saja di sana! Maju dasar bod*h!” Tanpa halangan dia menghancurkan seluruh Sihir Viole, membuatnya seolah sedang berada di atas angin.

Namun pada saat itulah titik balik pertarungan ini terjadi. Kejutan dari Viole tiba-tiba muncul, membutakan pengelihatannya, telapak tangan pemuda itu menempel menutupi kedua mata pria itu, mencengkeram erat wajahnya.

“Akh-”

WHOOOOUUUUUUUSSSR!!

Pria itu tidak sempat melawan, kepalanya terlanjur gosong terbakar oleh panas api buatan Viole, menyisakan tengkorak kosong yang berwarna hitam.

“..... Pecahan es menghalangi pandangan mu dan kau selalu mengarahkan kepala mu ke arah kanan saat sedang menangkis, itu adalah alasan dari kekalahan mu... Tuan Kilat.

Bagaimana? Strategi ku lebih baik dari omong kosongmu kan? Kau sendiri yang melakukannya, maka kau harus menerima konsekuensinya.”

<----<>---->

BRUK...!

Viole jatuh tak berdaya, dia sudah terlalu lelah untuk berdiri sekalipun. Menumbangkan dua orang Penjahat ternyata sangat melelahkan.

Tapi untung saja datang dua orang Pasukan Elite ke gang tersebut bersama beberapa warga yang mendengar keributan di sana.

Dua orang Izura itu terlihat sangat panik, mereka segera memberikan Pill Penyembuh kepada Viole, lalu menghampiri Tuan Putri mereka yang masih saja ketakutan.

“Maafkan kami, Tuan Putri!” Mereka berdua bertekuk lutut dihadapan sang Tuan Putri, sebagai seorang Elite, konyol sekali rasanya bisa melupakan tugas sendiri hanya karena mengobrol dengan orang lain.

Tapi Tuan Putri itu tidak peduli pada permintaan maaf mereka, dia lebih memilih untuk menghampiri Viole meski dengan tubuh yang gemetaran.

Kemudian dia berkata. “Tet-teri-ma-kasih... Kamu... Su-su-dah men-menolong-ku.” Wajahnya memerah, dia segera menarik salah satu Elite Izura meminta diantar pulang menemui Ayahnya.

Dia terlalu malu untuk mengucapkan sampai jumpa kepada Viole, jadi langsung pergi begitu saja.

Sedangkan yang satunya masih berada di sana, dia membantu Viole membereskan bekas pertarungan. Selain itu dia juga menawarkan imbalan kepada Viole, mengundangnya pada makan malam nanti.

“Anda serius?” Viole merasa imbalan itu terlalu berlebihan.

“Kalau memang tidak bisa makan malam dengan Tuan Roselly, kau masih bisa melakukannya bersamaku. Masih banyak orang lain di sana, datang saja mereka pasti menyambut kedatangan mu.”

“Uh... Baiklah.” Viole harus menerimanya, dia mungkin bisa mendapatkan beberapa koneksi dengan orang penting jika datang ke sana. Kesempatan ini tidak boleh di sia-siakan.

“Aku pergi dulu.” Setelah membereskan kekacauan yang ada, Elite Izura itu pergi tanpa mengantarkan Viole karena Viole sendiri menolaknya, dia merasa lebih nyaman untuk pulang sendirian.

Namun Viole harus berhenti saat akan melangkah, karena melihat sebuah kalung permata biru tergeletak di atas tanah.

Setelah memperhatikannya, dahi Viole mengerut. Dia menengok ke sekitar sebelum memasukan kalung permata tersebut ke dalam saku celananya, dia melakukan tindakan itu atas dasar kebingungan.

Kalung permata biru dengan sebuah pola khas, sejauh yang Viole tau, benda seperti ini hanya bisa didapatkan dari satu orang saja, yaitu Kakeknya, Izura Zhen.

Zhen, dia selalu memberikan kalung ini kepada setiap Muridnya sebagai penanda. Karena itu muncul kebingungan di kepala Viole, pertanyaan yang sulit untuk di jawab.

Karena dia melihat gadis tadi mengenakan kalung ini pada lehernya. “Berarti dia adalah Muridnya Kakekku?”

Will Continue In Chapter-17 >>>

–––––––

Ilust Credit 1: xviszhoux.

Ilust Credit 2: Kokomi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!