Chapter 14 – Awal Dari Perpisahan

Di bawah lebatnya salju Viole tersenyum, menyambut kedatangan Balft dan Laurent dalam kegembiraan.

Melakukan hal yang sama, mereka berdua juga melepas rindu dengan Viole, menghabiskan malam itu hanya untuk berbincang-bincang.

Diantara semua senyuman yang ada di sana hanya Lian yang terlihat kurang bersemangat, dia merasa sedikit resah sebelum akhirnya berkata. “Maaf, aku harus pergi...”

Ya, Lian berkata demikian. Tapi dari mereka bertiga hanya Viole seorang yang menunjukkan respon berlebih, dia bahkan sampai beranjak dari kursinya untuk menghampiri Lian.

“Kenapa?” Viole memegangi kedua pundak Lian dengan postur tubuh yang sudah lebih tinggi, membuat wanita itu terlihat seperti gadis kecil biasa.

“Kenapa...? Tentu saja karena aku mempunyai perkerjaan lain. Viole, kamu di sini saja bersama Balft dan Paman Laurent.”

Viole mengerutkan kening, dia tahu kalau Lian pasti mempunyai suatu pekerjaan, tapi pekerjaan apa itu? Sampai membuat Lian tidak bisa tinggal di sini.

Namun pada akhirnya Viole tetap mengiyakan, dia hanya meminta Lian untuk tinggal sehari lebih lama, demi menghabiskan waktu terakhir mereka, sama seperti sebelumnya.

Lian tersenyum lebar setelah mendengar Viole yang ternyata sangat menyayangi dirinya, entah kenapa hatinya berbunga-bunga. “Nikah yuk.”

“Aku masih di bawah umur.”

<----<>---->

Viole, Lian, Balft dan Laurent, mereka semua berkumpul di depan Penginapan pada pagi hari yang begitu dingin. Kemudian satu persatu mulai mengucapkan kalimat perpisahan, merelakan kepergian Lian.

“Jika kau mau, kau boleh kembali ke sini lagi.” Balft tidak bisa berkata banyak, dia hanya tersenyum dengan tangan yang menarik hidung Lian.

Balft sudah sering melakukan itu sejak mereka baru pertama kali bertemu. “Lepuaskan! Ca- Balft!”

“Haha, kamu terlihat imut jika hidungmu ditarik.” Laurent menurunkan punggungnya, mensejajarkan posisinya dengan Lian kemudian mengelus kepala gadis itu.

Dengan senyuman dia berkata. “Maaf karena sudah merepotkan mu, maaf juga karena kami tidak bisa hadir bersama mu di dalam Rumah ini. Kamu pasti kesepian, kasihan sekali gadis kecil ini. Kapan-kapan kalau ada waktu kita bisa bermain bersama lagi.”

Puf, wajah Lian seketika memerah. Menggunakan tangan kecilnya dia memukul-mukul Laurent sambil mengucapkan ocehan layaknya seorang wanita.

Tindakan Lian membuat Balft mundur beberapa langkah, dia menunjukkan ekspresi yang sangat konyol. Berbeda dengan Viole, anak itu masih diam di tempat bersama wajah datarnya yang dipenuhi oleh tanda tanya.

“Aah, Paman kalah, Paman kalah. Lian, jangan buat Paman tuamu ini sakit pinggang.”

“Hmph! Apanya yang sakit pinggang? Paman sendiri lebih kuat dari aku!” Lian masih terus mengomel.

“Ahaha, mulutmu selalu saja tepat sasaran.” Laurent tiba-tiba memutar badan Lian, kemudian mendorongnya. “Sudahlah sana, jangan biarkan Muridmu menunggu lebih lama lagi.”

Lian masih cemberut, dia terbatuk pelan sebelum tersenyum mendekati Viole. “A-abaikan saja dia, yang lebih penting sekarang adalah kamu- Viole, ehm... senang bisa melihatmu tumbuh sampai ketitik ini. Kamu... sudah terlihat seperti orang dewasa sekarang.

Dan sebagai hadiah untuk keberhasilan mu, ambil ini. Kamu bisa meningkatkan daya Sihir mu dengan menggunakan batu ini, walaupun tidak banyak tapi masih tetap bisa membantu... Karena, aku ingin terus membantumu.”

Lian menyodorkan tangannya, memberikan sebuah batu kristal berwarna merah. Batu tersebut bisa dibilang adalah barang langka, karena hanya bisa di dapatkan dari Dungeon tertentu.

Diam, Viole tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya mengambil batu itu, memasukannya ke dalam Spatium Bag, kemudian memeluk Lian dengan sangat erat.

Sebenarnya Viole tidak rela, dia tidak mau Lian pergi. Apapun akan dia lakukan asalkan tetap bisa bersama Lian, tapi tidak ada satupun hal yang bisa Viole kerjakan, semua itu terasa mustahil bagi dirinya. Jadi, dia hanya menangis.

Viole menangis sejadi-jadinya, dia terlihat seperti seorang anak yang terpaksa berpisah dari Ibunya. Sedangkan Lian yang berperan sebagai sosok Ibu di sini, hanya diam dalam membalas pelukan Viole.

‘Kalau begitu aku adalah ayahnya.....? Bukan.’ Balft segera membuang pemikiran bodoh itu. Dia bersama Laurent hanya diam menunggu di depan pintu, tanpa ada niatan untuk ikut campur.

<----<>---->

“Jaga kesehatan mu.” Lian mengusap air mata Viole, meninggalkan kasih sayang yang begitu dalam. Tapi tanpa sadar, Lian telah membuat Viole semakin merasa tersakiti.

“Hm.” Tapi Viole tidak melakukan dan mengatakan apapun, dia tetap diam membiarkan Lian pergi menjauh secara perlahan.

Balft dan Laurent juga hanya diam [gerakan], kemudian mereka memutuskan untuk masuk setelah mengucapkan beberapa patah kata kepada Viole.

SHIIUUUUU~

Salju tertiup angin, menutupi segalanya yang berada di permukaan. Bunga-bunga yang tadinya berwarna-warni, kini berubah warna menjadi putih kotor, tetapi tidak untuk bunga teratai.

Dari kejauhan bunga tersebut melambai, tebalnya salju tidak akan berpengaruh kepadanya, kenapa? Karena bunga itu sangatlah kuat, terus bercahaya menyinari hidup seorang pemuda.

Satu dari beberapa cahaya harapan yang dapat Viole lihat.

Sampai kapanpun Viole tidak akan pernah melupakan sosok tersebut, seorang Ibu pengganti yang telah membawanya kepada masa depan, menembus kegelapan takdir melalui ruang bawah tanah.

Benar, bukan hanya sosok tersebut yang berperan dalam kehidupannya, tapi Viole tetap sangat menghargai jasa-jasanya.

Seluruh ilmu yang sudah dia ajarkan akan terus dirinya jaga, demi menunjukkan kepada Dunia bahwa dirinya tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan seorang Guru.

Lian yang masih konsisten dalam menunjukkan pesonanya di tengah musim dingin, telah melahirkan bunga baru yang sama indahnya.

Bahkan bunga tersebut bisa jadi jauh lebih indah lagi, mewarnai Dunia ini dengan warna merah darah. Banyak hal yang bisa terjadi hanya karena satu orang yang mempengaruhi orang lain.

Dan Viole merupakan contoh terbaik bagi kalimat tersebut.

Satu tahun kemudian.

Dari sudut manapun terdengar keramaian, suara bising masyarakat menggema dimana-mana dan diantara banyak suara itu, terdengar bunyi Seruling bambu yang begitu indah.

Seorang pemuda terlihat sedang duduk di atas sebuah pohon pada Taman Kota, bersama Serulingnya dia bermain, menyenangkan setiap orang yang berada di sana.

Daun-daun berguguran diikuti oleh cahaya matahari yang bersinar terang, untuk menyambut kedatangan musim semi setelah musim dingin panjang, Viole bermain Seruling yang menggambarkan kegembiraan.

Semua orang menyambut hangat permainan Viole, mereka juga melemparkan beberapa koin demi memberikan apresiasi atas pertunjukannya yang menghibur.

Viole masih terus bermain, dia tidak pernah mengira kalau kebosanannya selama ini ternyata bisa menghasilkan beberapa uang.

Selain itu musim semi kali ini terlihat begitu cantik, dedaunan yang hijau beserta bunga warna-warni sudah menjadi hal umum kembali.

Rasanya ini sangat menenangkan. Satu tahun sudah berlalu semenjak kepergian Lian, Viole menjalani kehidupannya seperti biasa, dengan bertambah kuat seiring berjalannya waktu.

Setelah melewati musim dingin panjang yang terasa singkat, Viole akhirnya sampai di sini, tinggal menunggu beberapa waktu lagi untuk dapat bergabung dengan Sraye.

‘Menjelajahi Dunia akan menjadi perjalanan yang panjang, heheh... Baguslah kalau begitu.’

<----<>---->

Selesai dengan permainan Serulingnya, Viole segera pergi berjalan-jalan mengelilingi Kota untuk mencari cahaya matahari.

Jika diperhatikan dengan lebih teliti, ternyata Luizis terlihat sangat megah saat tumpukan salju itu menghilang. Bangunan ala arsitektur timur memang terlihat lebih baik tanpa adanya salju.

“Daerah perbatasan selalu saja keren, meskipun di sini agak berbahaya. Uh... Ngomong-ngomong, aku harus pergi ke mana? Tuan Balft pergi berbelanja, sedangkan Paman Laurent sibuk mengurusi Penginapan... Hah, menganggur lagi.”

Viole menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dari tadi dirinya hanya mondar-mandir tanpa arah tujuan. Oleh karena itu dari pada diam saja, Viole kemudian memutuskan untuk pergi ke Bukit Zart untuk sedikit berlatih.

DRRRRRRRRKK!!!

Namun niatnya harus segera pterhenti ketika terjadi guncangan hebat yang menggetarkan tanah.

Pada awalnya semua orang mengira bahwa geteran ini disebabkan oleh gempa bumi yang biasa terjadi, namun mulut mereka segera dibuat bungkam ketika sosok yang sesungguhnya telah muncul.

Bertubuh kolosal kekar disertai dengan sisik, memiliki dua buah sayap juga ekor yang panjang. Keempat cakarnya melangkah, menghancurkan apapun yang berada dihadapannya.

Keagungannya jelas terlihat, mahluk tersebut membuat seluruh binatang di dalam Hutan lari ke segala arah, mengikat semua orang dalam rasa takut yang sesungguhnya.

Membawa hawa kematian yang begitu pekat, mahluk itu menggeram. Dengan ekspresi yang terlihat sangat marah, dia memelototi semua orang yang berada di Luizis.

“RAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA...!!!”

Dia meraung dengan sangat keras, menerbangkan semua benda yang ada di sana sampai membelah awan. Raungan panjangnya pun diakhiri dengan taringnya yang bergesekan hingga mendatangkan guntur yang menyambar bumi.

Muncul secara tiba-tiba namun membawa bahaya yang nyata, King Mystical Beast tersebut jelas menargetkan para warga Luizis. Mahluk Agung yang sudah tidak peduli pada Dunia itu, kini muncul kembali demi menghancurkan Dunia.

<----<>---->

Tubuh semua orang membatu, nafas mereka berat tanpa tau harus berbuat apa. Mereka yang tidak memiliki persiapan sama sekali tapi harus berhadapan dengan Naga super kuat ini, tentu hanya bisa berdiri menelan keputusasaan mereka.

Tapi ketakutan itu tidak berlaku bagi Balft dan Laurent, mereka berdua bersama senjata masing-masing terbang begitu saja menuju Bukit Zart, tempat Naga tersebut berada.

Balft berdiri membawa sebuah Kapak, tanpa rasa takut dia berjalan mendekati Sang Naga, sedangkan Laurent menggunakan Magi untuk melindungi Kota.

Sebagai dua sosok terkuat di Kota ini, Balft dan Laurent siap untuk melakukan pertempuran dan akan menerima apapun akibatnya.

“Jika mau adu kekuatan, ke marilah... Buktikan kepada ku bahwa hibernasi panjang tidak membuat kekuatan mu melemah, dasar kau betina pemarah.” Balft terlihat begitu sombong.

Will Continue In Chapter-15 >>>

–––––––

Ilust Credit: Deviant_Art.

Kalian bingung dengan Balft tiba-tiba balik? Ya intinya dia udah pulang terus lanjut baku hantam :>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!