Chapter 12 – Tarian di Musim Semi

Pagi hari Viole bangun, dia mencuci muka kemudian pergi ke meja makan untuk sarapan. Setelah itu dia berjalan menuju ruang bawah tanah yang pintu masuknya terletak tepat di bawah tangga.

Butuh sedikit waktu bagi Viole untuk sampai pada sebuah taman kecil diantara bebatuan.

Di kelilingi oleh cahaya merah dari api yang menyala, Viole duduk bersila, mencoba fokus supaya bisa merasakan aliran Magi di sekitar. Dia menekan jalanya Magi tersebut, lalu menggerakkannya masuk ke dalam tubuh.

Ketika masuk, cahaya hijau itu akan mengalir melewati pembuluh darah Viole, membersihkan apapun pada jalur tersebut dan baru berhenti pada denyutan kecil di area dada, jantung.

Itu adalah salah satu cara untuk berlatih mengendalikan Magi diantara banyak cara lainya. Selain itu cara ini juga yang termudah, walau tidak terlalu efektif tapi hasilnya pasti, tanpa risiko sedikitpun.

<----<>---->

Setelah bermeditasi selama dua jam lebih, Viole akhirnya berhenti. Dia meregangkan tubuhnya sambil menengok ke arah samping, menatap seorang wanita.

Wanita itu terlihat sangat cantik, kulit nya seputih salju dengan rambut hitam panjang yang terurai sampai ke punggung. Bibirnya merah merona diikuti hidung mungil mancung diantara dua bola mata bulat yang besar.

Dia dari tadi hanya duduk disitu, diam memperhatikan Viole. “Bagaimana? Ada perkembangan baru?”

Tangan Viole memegangi bagian belakang leher, dengan wajah datar dia berkata. “Tidak ada, aku hanya sedikit lebih terbiasa. Bukan sesuatu yang terlalu istimewa.”

“Whoa... Begitukah?”

“Apa?” Mata Viole menyipit, dia menyadari kalau ada yang aneh dengan Lian. Entah kenapa Lian selalu terlihat tenang saat dirinya berbicara.

“Apanya yang apa?”

“Apa maksud dari tatapan aneh anda?” Menjawab dengan cepat, jari telunjuk Viole menunjuk tepat di depan hidung Lian.

Menggigit, setelah itu Lian baru menjawab. “Bukan apa-apa, belakangan ini aku hanya sering memperhatikan suara mu yang terdengar sangat halus.”

Viole membersihkan jarinya yang digigit, tidak ada luka disana, tapi dia tetap takut terkena rabies. “Hmm... Suara para Elf memang begitu, lelaki perempuan, semuanya sama.”

“Eh, benarkah?”

“Ya.” Viole berdiri, dia kembali meregangkan tubuhnya. “Kalau tidak percaya, pergi saja ke pertengahan South Mainland, Southern Holy Lantern ke Ibukota mereka, Hutan Agung Dryad.

Di sana anda akan menemukan banyak Elf murni yang suaranya jauh lebih indah dari aku. Milikku sekarang mungkin akan anda anggap biasa saja jika sudah mendengar suara merdu mereka.”

“Kalau begitu, ayo kita pergi ke sana!” Lian terlihat sangat bersemangat.

“Sekarang? Mana mungkin. Sudahlah, abaikan saja perkara tidak penting ini. Aku mau melakukan pemanasan dulu.” Beberapa anggota tubuh Viole bergerak pada saat yang bersamaan, setelah itu dia berlari mengelilingi ruangan ini.

Sedangkan Lian masih diam di tempat, bersama sebuah kertas dia menulis apa saja kegiatan latihan Viole untuk hari ini dengan wajah murung.

“Andai aku punya banyak waktu luang....” Lian mengeluh, dari dulu dirinya selalu mendapat masalah soal waktu. “Sekalii saja aku mohon... Bantu aku Dewa--- hachu!”

<----<>---->

Berdiri dengan tubuh yang dibanjiri oleh keringat, Viole sudah selesai melakukan pemanasan. Tinggal menunggu Lian memberikan arahan untuk latihan Matrial Art kali ini.

Dari lima sumber kekuatan utama bagi Manusia, Matrial Art adalah yang paling penting untuk pertarungan satu lawan satu.

Karena tanpa Matrial Art, seseorang yang sangat hebat dalam Sihir sekalipun, dapat dikalahkan dengan mudah oleh orang lain yang kemampuannya lebih seimbang.

Matrial Art sendiri berarti Seni Bela Diri, Teknik untuk pertempuran jarak dekat yang mengandalkan kekuatan fisik. Seperti kecepatan, ketahanan dan kelenturan.

Sebenarnya ada banyak sekali jenis Matrial Art di luar sana, tapi Lian hanya akan mengajarkan satu pada Viole. Sisanya bisa nanti, biar Balft yang meneruskannya.

Spring Dance, itulah nama Matrial Art yang akan Lian ajarkan. Sebelumnya dia hanya menunjukkan dasarnya saja pada Viole dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan apa itu Spring Dance.

Simpelnya, Spring Dance adalah Matrial Art yang berfokus pada kaki, mengandalkan kekuatan kaki untuk menghasilkan serangan yang mematikan dan sedikit mengabaikan tangan.

Bernama Spring Dance karena siapapun penggunanya akan terlihat seperti sedang menari ketika bertarung, mereka melompat dengan sangat halus seperti angin pada musim semi.

Alasan Lian memilih Matrial Art ini adalah karena Viole tidak terlalu banyak menggunakan tangannya untuk menyerang. Viole lebih mengandalkan kaki, sedangkan tangan ia gunakan untuk Senjata, Mantra serta Sihir.

Bersama Lian disampingnya, Viole mempraktekkan beberapa gerakan dari Spring Dance. Dia juga mendengarkan nama dari setiap gerakan itu, tapi tidak mempedulikannya karena terlalu rumit.

Tendangan demi tendangan Viole lakukan, dia terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan sekitarnya, menunjukkan keseriusan yang sangat dalam.

Sekilas Lian merasa kagum atas semangat yang ditunjukkan oleh Viole, sebelumnya dia tidak pernah melihat ada bocah sederhana yang sangat tekun dalam berlatih. Kebanyakan dari mereka selalu setengah-setengah.

Dan ketika melihat Viole sebagai sosok baru dihadapan nya, Lian Menjadi bersemangat.

“Narray Chagi!”

BRAK!!

Berdasarkan instruksi dari Lian, Viole melakukan tendangan ganda, membelah kayu yang menjadi target latihannya. Dengan kaki yang gemetaran, Viole berusaha untuk tidak duduk sambil menstabilkan nafasnya.

“Anak pintar, kita sudahi dulu sampai di sini.” Lian mengelus kepala Viole.

“Bu Hua, aku tidak butuh pujian. Aku lebih butuh air. Keringat dingin ini juga terasa sangat menyebalkan.”

“Ah, ini. Jangan pingsan, aku bisa kerepotan.”

Tanpa basa-basi Viole langsung mengambil wadah air yang Lian berikan, dia meminum habis air yang ada di dalam sana. “Hah... Aku mau beristirahat, ugh... Ngomong-ngomong setelah ini latihannya apa?”

Menanggapi pertanyaan Viole, Lian mengeluarkan kertas tadi kemudian menempelkannya pada dahi Viole. “Sihir, tidak ada Mantra untuk beberapa hari ke depan. Kamu sudah harus mulai mendalami ilmu Sihir, jangan ditunda-tunda lagi.”

“Ehm... Baiklah.” Viole menyingkirkan kertas itu, menunjukkan ekspresi tidak senang kepada Lian yang memalingkan wajahnya sambil menyeringai.

“Hehe.”

<----<>---->

Sihir merupakan pengendalian bebas atas suatu Element tertentu, dapat menciptakan serangan atau pertahanan secara bebas. Sihir juga bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

Cara kerja Sihir sendiri cukup sederhana, namun sulit untuk dipraktekkan, karena perlu tingkat keluwesan yang tinggi.

Dengan menggunakan Magi seseorang baru bisa mengaktifkan Sihir, dari mana asal Magi tersebut juga akan menghasilkan cara pengaktifan Sihir yang berbeda dan efek yang dihasilkan juga pasti berbeda.

Jika Magi diambil dari alam secara langsung, maka Sang Penyihir harus menarik kumpulan Magi tersebut pada beberapa titik tertentu, kemudian mengalirkan atau menyebarkan Energi Elementnya ke udara. Dengan begitu Sihir bisa terbentuk.

Cara ini sulit untuk dilakukan, tapi bisa menghasilkan Sihir berskala besar.

Lalu metode yang kedua, kali ini jauh lebih simpel. Hanya perlu menarik Energi Element bersama dengan Magi dari dalam jantung menuju anggota tubuh tertentu, lalu lepaskan dan jadilah Sihir.

Tidak perlu menutup mata, kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi cara kedua yang simpel, tentu akan lebih cocok untuk Viole gunakan sebagai bahan latihan.

Masih di ruang bawah tanah, Viole duduk dengan tangan yang menggenggam sekepal batu. Dia terlihat sangat fokus, berusaha untuk membekukan batu tersebut.

Target latihannya kali ini adalah membekukan lalu menghancurkan batu itu, Viole juga harus meminimalisir luka pada tangannya atau yang lebih baik, tidak menerima luka sama sekali.

Jujur saja Viole cukup kesulitan, tapi setelah berusaha selama beberapa puluh menit, batu keras itu akhirnya membeku dan dapat Viole hancurkan dengan sedikit tekanan menggunakan Magi.

Viole hanya tersenyum, dia memejamkan matanya kemudian mengambil batu yang lain. Perjalanan ini masih panjang, berbangga diri terlalu dini bukan perilaku yang baik.

“Fokus, aku harus fokus. Masih ada sedikit es yang menempel pada ujung jariku.”

<----<>---->

Seminggu.

“Hah...” Viole terbaring lemas di tengah taman, dia memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing karena terlalu banyak menggunakan Sihir.

Sedangkan Lian duduk santai di samping Viole sambil meminum secangkir teh, dia memandangi bongkahan es berukuran sedang yang berhasil Viole ciptakan.

Walau belum bisa melemparnya, dapat menciptakannya saja dalam waktu seminggu sudah menjadi pencapaian tersendiri bagi Viole.

“Bu Hua... Tulung.”

Lian menaruh cangkir tehnya. “Apa? Mau tidur?”

“He'emm.”

“Baiklah, kemari.” Perlahan Lian menempatkan kepala Viole ke atas pahanya. “Merasa lebih baik?”

Viole menjawab setelah kedua kelopak matanya bertemu. “.....Tumben sekali aku diperlakukan dengan baik.”

“Hm? Memangnya kapan aku pernah menyakiti mu?”

“Tiga Minggu yang lalu, Bu Hua membuat ku menangis.”

Kesal, Lian langsung mencubit pipi Viole. “Itu karena kamu yang terlalu cengeng!”

“Akh- ah ya ya ya ya! Aku cengeng aku cengeng! Ugh-Uh...”

Mata Viole terbuka untuk melihat keatas, dia menatap kembali Lian yang masih ingin menjahili dirinya. “Bu- Hua, kapan mereka berdua akan kembali?”

Pertanyaan Viole membuat Lian langsung berhenti, membawa suasana baru pada obrolan mereka. “E-entahlah, Paman Laurent bilang butuh waktu sekitar 2-3 bulan, seharusnya sebentar lagi.”

“Masih... Lama.”

Kedua ujung bibir Lian naik ke atas. “Huehe... Kamu sangat menghawatirkan mereka ya?” Dia juga kembali menjahili Viole.

“Tentu saja, terutama Tuan Balft. Dia adalah penolongku, orang yang telah mengeluarkan ku dari sumur dalam yang begitu gelap... Sekaligus mentorku.”

Lian tersenyum ketika melihat perasaan tulus Viole, bersama dengan sebelah tangannya yang kini mengelus kepala anak itu. “Kamu tidak perlu khawatir, Balft itu kuat, dunia luar bukan tandingannya.”

“Lebih kuat dari anda?”

“Lebih kuat dari aku.” Lian menutup sebelah mata Viole dengan kelembutan jarinya. “Kapak Biru yang Balft miliki dapat menebas apapun, mengalahkan semua orang yang menghalangi dirinya.

Oleh karena itu, buang seluruh firasat buruk mu dan sekali lagi, kamu tidak perlu khawatir.”

“Hm....” Viole tertidur, dia terlelap begitu saja karena kehangatan yang Lian berikan. Suhu dingin yang biasanya selalu menusuk, seolah menghilang begitu saja.

Setelah jeda lama, Lian tiba-tiba berbicara sendiri, suaranya terdengar lirih dan parau.

“Savath, izinkan aku meminjam Kaira untuk sementara waktu. Tenang saja, aku tidak akan berbuat jahat kepadanya. Kita juga akan segera berkumpul kembali, aku sangat menantikannya.”

Lian masih mengelus kepala Viole, sebelum akhirnya berhenti dan mendongak ke atas. Senyuman menghilang dari wajah wanita itu, matanya yang bulat, kini mendatar seolah sedang menatap sosok yang sangat ia benci.

SWIZH!!

Secepat kilat seseorang tiba-tiba muncul dibelakang Lian, dia bertekuk lutut menunjukkan rasa hormat yang begitu tinggi. “Saya menghadap, Nona.”

“Bagaimana situasi di luar sana?” Lian bertanya tanpa mengubah arah pandanganya, suaranya juga terdengar begitu dingin.

“Membingungkan. Saya sudah mendapati beberapa penyerangan yang dilakukan oleh Neckro kepada Kota-Kota kecil, tapi mereka hanya menyerang kemudian pergi tanpa mengambil apapun.”

“Lanjutkan.”

“Karena merasa tidak nyaman, saya mengirim beberapa pasukan khusus untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dan mereka mendapati seluruh orang di Kota yang Neckro serang seperti sedang di cuci otak.

Mereka masih hidup tapi terlihat seperti orang mati, berjalan dengan gontai sambil terus mengucapkan beberapa kata tertentu yang diulang-ulang.

Kami tidak tau cara untuk menyembuhkan mereka, jadi kami hanya mengamankan setiap warga berpengaruh untuk di tindak lanjuti.”

Lian diam untuk beberapa saat sebelum memberikan arahan. “Minimalisir korban jiwa dan amankan wilayah yang bisa kalian jaga.

Jika benar itu adalah cara baru bagi Neckro untuk memperkuat kelompok, cegah bagaimanapun caranya. Terakhir, sampaikan informasi ini kepada ‘Kursi’ lain, tapi jangan sampai Kursi ke Tujuh mengetahuinya.

Cukup sampai di sini, kamu bisa langsung kembali ke Markas dan mengerjakan semua itu, Manfis.”

“Baik, Nona.”

Will Continue In Chapter-13 >>>

–––––––

Hmmm... Sus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!