Chapter 11 – Taman Dibawah Penginapan

“Begitu ya... Haha...” Viole menyandarkan punggungnya pada dinding, tubuhnya masih gemetaran dengan ekspresi ketakutan yang jelas terlihat.

Lian, wanita berambut hitam itu sudah menduga bahwa Viole akan ketakutan saat melihat dirinya, tapi dia tidak menyangka kalau akan separah ini.

Rambut hitam disertai semacam tanda aneh di dahi adalah ciri-ciri dari para pemilik Talent. Orang-orang unik yang lahir dengan bakat khusus.

Talent sendiri sama absurd nya dengan Sihir, memiliki jangkauan yang luas dan kuat namun hanya muncul diantara sedikit orang, lebih tepatnya 9% dari total populasi Umat Manusia.

Kelangkaannya tersebut menjadikan Talent sebagai kekuatan yang sangat berharga, apa lagi jika muncul diantara para Bangsawan.

“Tenang saja Viole, Talentku tidak menyeramkan sama sekali.” Lian kembali mengelus kepala Viole, dia merasa bersalah karena sudah membuat anak polos ini ketakutan.

Viole tidak merespon, dia masih berusaha untuk melawan rasa takut yang mungkin saja akan terus berada di dalam dirinya.

Melihat itu, Lian kebingungan harus melakukan apa, sampai akhirnya dia berpikiran untuk menunjukkan Talent nya yang terlihat indah namun mematikan.

“Viole, lihat.” Lian menciptakan sebuah bunga dari kekosongan. Biru dan transparan, bunga tersebut bercahaya disertai aroma harum yang menenangkan.

Sekilas Viole merasa kagum, Kakeknya yang merupakan pemilik Element kayu terhebat sekalipun tidak pernah bisa menciptakan bunga yang seindah ini.

Namun rasa kagumnya hanya bertahan sebentar, sebelum Lian menjelaskan tentang kemampuan serbuk sari dari bunga tersebut yang dapat membunuh orang lain dalam hitungan detik.

“Ng-” Tanpa sadar Viole meneteskan air mata, dia menangis begitu saja layaknya seorang anak kecil, didasari oleh rasa takut.

Lian panik seketika, dia segera melakukan apapun untuk menghibur Viole tapi tidak ada yang berhasil, anak itu masih saja menangis tanpa bisa berhenti.

Sampai akhirnya Lian menyerah, dia kemudian sedikit menjauh dari Viole sambil menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu bodoh. “Hng... Merawat bayi ternyata sangatlah sulit.”

<----<>---->

“Hk- egh... Kumohon, jangan tunjukkan benda menyeramkan itu dihadapan ku lagi.” Viole menjaga jarak dari Lian, mau bagaimanapun dia tetap belum bisa melawan rasa takutnya terhadap orang asing.

“Yaa... Maaf.” Lian hanya bisa cemberut, dia menghela nafas kemudian pergi meninggalkan Viole untuk mengelilingi tempat ini.

Dia berkeliling sebentar sampai menemukan potongan kayu yang Viole gunakan sebagai target latihan. Dalam sekali lihat, Lian bisa mengindetifikasi salah satu Mantra yang digunakan untuk menghancurkan kayu tersebut.

“Lotus Slash, kamu bisa menggunakannya?” Lian memungut salah satu serpihan kayu di atas lantai, kemudian menunjukannya kepada Viole.

“I-ya...” Viole memberi anggukan, dia tidak tau apa yang akan terjadi tapi menurutnya lebih baik berkata jujur.

“Whoa...” Mulut kecil Lian terbuka dan secara tiba-tiba dia kembali mendekati Viole. “Apa Balft yang mengajari mu Mantra ini?” Wanita itu terlihat sangat bersemangat.

Viole memundurkan wajahnya, dia hampir saja berteriak. “Bu-kan, T-Tuan Balft hanya membantuku saat sedang kesulitan, tid-tidak mengajariku secara menyeluruh. Ya, seperti itu.”

“Nua?” Lian terlihat kecewa, dia membuang serpihan kayu itu sambil memikirkan tentang sikap Balft yang saja sama. “Orang itu... Lalu apa yang selama ini kamu lakukan?”

“Aku hanya... Latihan fisik, setiap hari.”

“Setiap hari?”

“Iya, setiap hari.”

Dan sekali lagi atas dasar dari ucapan Viole, Lian melakukan gerakan mendadak. Dia meraba seluruh tubuh Viole, berakhir pada bagian wajah. “Apa kamu baik-baik saja?”

“Sangat!” Viole segera menyingkirkan wajah Lian dari hadapannya, dia masih belum bisa menerima keberadaan wanita berkelakuan aneh itu.

Tapi Lian menolak, dengan mudahnya dia mengunci kedua tangan Viole, membuatnya diam tidak berdaya. “Aku ulangi, apa kamu baik-baik saja?”

Tindakan Lian membuat Viole mengerutkan kening. “Apa yang anda inginkan? Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja.”

“Hmm... Kalau begitu lihat kondisimu sekarang ini.” Lian memanyunkan bibirnya sambil menekan-nekan pipi Viole.

Dalam sekejap, Viole langsung tau akan kemana arah pembicaraan ini. Mengakuinya adalah pilihan terbaik. “Aku memang tidak diajari Mantra, Sihir ataupun Matrial Art, tapi Tuan Balft tetaplah Guru yang hebat.

Aku tidak mengetahui seperti apa hubungan diantara kalian, tapi seperti itulah Tuan Balft yang aku kenal, hanya itu.”

“Oh.” Lian melepaskan tangan Viole... Begitu saja, kemudian duduk menghadap lawan bicaranya dengan senyuman di wajah. “Kalau begitu biarkan aku mengajarkan semua itu kepadamu.”

“Ha?” Viole meraba seluruh tubuhnya memastikan tidak ada racun yang tertinggal, dia juga panik karena ternyata dugaannya meleset.

Viole pikir, kalimat yang akan Lian katakan adalah. ‘Jangan terlalu mudah percaya kepada orang asing, termasuk aku. Alasan utama hidupmu adalah dirimu sendiri.

Terlalu bergantung pada orang yang sulit untuk kamu percayai, hanya akan membunuhmu. Ini beberapa Sumber Daya, selesaikan latihan mu dan tunjukkan hasilnya kepada Balft.’

Tapi, Viole malah mendapatkan akhir yang bertentangan dengan dugaannya. “Mengajari? Maksudnya menjadi Guru ku- saya?”

Lian mengangguk senang, dia begitu bahagia karena sudah bisa berkomunikasi secara normal dengan Viole. “Iya! Itulah tujuanku datang kesini.”

Viole juga menunjukkan respon yang tidak jauh berbeda. “Erm... Anda yakin? Aku bukan anak yang sepotensial itu sampai harus memiliki dua orang Guru.”

“Jangan merendahkan dirimu sendiri, kamu hanya baru memulai.” Lian menunjukkan senyum tulus yang dapat menenangkan hati siapapun. “Dan panggil aku Bu Guru.”

“Uhm... Bu Hua?”

“Oh- Ah! Iya! Itu, kamu jenius!” Setelah mengucapkan itu Lian melompat, dia memeluk Viole sambil mengusap kepalanya dengan penuh semangat.

‘Apa semua orang kuat adalah orang aneh?’ Viole tidak lagi melawan, walau masih belum benar-benar percaya kepada Lian, tapi setidaknya dia bisa memastikan kalau wanita ini adalah orang baik. Atau bukan?

<----<>---->

Keesokan harinya.

Mereka berdua baru memulai latihan satu hari setelah kedatangan Lian. Itu karena Lian harus melakukan beberapa persiapan dan dirinya tidak akan seceroboh Balft dalam menilai kemampuan Viole.

Sebisa mungkin dia ingin agar Viole mendapatkan porsi latihan yang paling pas, untuk memupuk bibit kecil ini menjadi pohon besar yang kokoh.

Berbeda dengan latihan dari Balft, karena musim dingin mereka berdua harus melakukan proses latihan di dalam ruangan.

Oleh karena itu Lian memukul lantai sampai hancur, kemudian menciptakan ruang bawah tanah menggunakan Element Tanah tanpa beban sedikitpun.

Viole? Sudah jelas dia memperhatikan dari jarak yang sejauh mungkin. Dia tidak ingin sedikitpun terlibat dalam proses pembuatan ruangan tersebut.

“Aku jadi teringat akan sesuatu saat melihat ruangan besar yang begitu luas.” Viole bergumam.

Sebenarnya ilegal untuk membuat lubang bawah tanah seperti ini. Tapi asalkan tidak mengganggu siapapun dan masih berada pada wilayah tanah dari Penginapan, seharusnya ini bukan masalah.

“Baiklah, selesai.” Lian membenturkan kedua telapak tangannya ke atas dan ke bawah.

Dia menyelesaikan ruangan luas ini hanya dalam kurun waktu dua setengah jam, lengkap dengan hiasan serta penerangan di seluruh ruangan. Tidak lupa juga ventilasi agar oksigen bisa masuk dengan mudah.

Setelah menyelesaikan itu semua, Lian membawa Viole menuju tempat dimana dia bisa beristirahat atau melakukan sesuatu yang tidak membutuhkan banyak gerakan.

Sebuah taman kecil yang di tutupi oleh sulur dan bunga, hasil dari Element Kayu Lian. Di sana Lian juga menjelaskan tentang latihan yang akan Viole lakukan.

“Aku sengaja membangun tempat ini pagi-pagi buta, supaya tetap bisa menjalankan latihan mu sesuai jadwal.”

“Bu Hua, aku malah lebih khawatir dengan kemarahan para tetangga yang tidurnya terganggu.”

“Abaikan saja, jadi ini latihan mu.” Lian menjelaskan panjang lebar.

Tapi intinya, Viole akan melakukan meditasi untuk berlatih mengendalikan Magi saat pagi hari sehabis sarapan. Kemudian dilanjutkan dengan latihan fisik atau Matrial Art sampai hari menjelang siang.

Setelah itu baru mulai mempelajari tentang Mantra serta Sihir hingga sore hari. Lalu ditutup dengan pelajaran memasak yang bisa Viole ikuti atau tidak.

<----<>---->

Viole perlu sedikit beradaptasi karena pola latihannya yang berubah total.

Pada saat yang bersamaan hati Viole juga mulai luluh, karena melihat keseriusan Lian dalam mendidik dirinya. Walau tidak instan, Viole tetap menunjukkan kepercayaannya kepada sosok Guru tersebut.

Selain sangat serius dalam memperkuat Viole, Lian juga serius untuk mendidiknya. Setiap ada waktu luang dia akan menyelipkan pelajaran sastra, menceritakan tentang betapa luasnya Dunia ini.

Dari situ Viole mendapatkan pelajaran berharga, dia akan menyimpannya sebagai bekal di masa depan nanti.

Ilmu pemberian dari sosok asing yang entah apa tujuannya sekalipun, tetap Viole terima. Dia bahkan berterimakasih, dengan cara bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran.

Sekali lagi Viole harus meyakinkan diri, tidak boleh ada tindakan yang berakhir sia-sia. Semuanya harus bermanfaat dan berarti, sama seperti hidup yang sedang ia jalani.

Saat ini berusaha untuk mencapai keberhasilan adalah tujuan utama nya, Viole memegang teguh komitmen tersebut di dalam hatinya.

Will Continue In Chapter-12 >>>

–––––––

Mantab euy, dapet Guru yang wangy wangy~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!