Dua Bulan Kemudian.
Berdiri diantara pepohonan yang diselimuti oleh salju, tangan Viole terangkat dia berusaha untuk mengumpulkan Magi disekitar hingga menyebabkan guncangan.
Saat Magi yang dia kumpulkan sudah cukup, Viole memadatkannya. Perlahan butiran es kecil mengelilingi tangannya, membentuk benda runcing yang panjang.
Tangan kiri Viole dengan cepat menggapai pedang tersebut, lalu mengayunkannya secara melingkar, menebas setiap pohon disekitar.
Ketika kumpulan batang pohon masih berada di udara, Viole menggerakkan kakinya untuk melakukan tendangan dengan menggunakan setiap Teknik dari Spring Dance.
Akibatnya Viole menghancurkan seluruh pohon tersebut. Apa yang dia lakukan terjadi begitu cepat, sampai membuat Lian terpesona.
Lian sebagai seorang Guru, tidak pernah menyangka kalau Viole mampu berkembang secepat ini. Bisa dibilang, Viole adalah anak paling jenius yang pernah dirinya latih.
“Wahahaha! Hebat! Hebat!” Lian berlari, kemudian memeluk muridnya dari belakang. “Kamu hebat!”
Mendapatkan pujian dari Lian membuat Viole sedikit tersenyum. “Ya... Terimakasih...”
“Huhue~ kenapa malu-malu begitu?”
“Ueh... Anda salah sangka... Sudahlah Matahari sudah hampir terbenam, lebih baik kita segera kembali ke Pe--- Rumah, ya Rumah!” Viole membuang pedang es nya, lalu membalikkan badan sambil mendorong Lian.
“Uhm baiklah, ayo! Mungkin aku harus memasak sesuatu untuk merayakan ini.” Lian terlihat sangat bahagia, sebelumnya Viole tidak pernah melihat ekspresi yang seperti itu dari wajah Lian. Entah kenapa, dia juga ikut merasa senang.
“Ah, Viole, hari ini kamu saja yang masak.”
Tapi kesenangannya hanya bertahan sebentar saja. “Ha? Mana mungkin, aku sudah terlalu lelah untuk melakukannya.”
“Begitukah? Kalau begitu kamu bantu saja aku.”
“Uh... Apa bedanya? Baiklah baik, aku akan berusaha. Walau sepertinya tidak akan berguna sama sekali.”
“Aha! Yey! Kita pesta besar untuk malam ini. Hahahaha!”
Mendengar itu Viole terdiam seketika, dia lantas berhenti, untuk berfikir sejenak. “Lah, kenapa baru sekarang?”
<----<>---->
Pada salah satu meja di lantai satu, Viole terbangun, dia memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. “Agh... Aku hanya makan sedikit dan meminum teh, tapi bisa-bisanya malah tertidur di sini. Ha?”
Menengok kearah kiri, Viole melihat Lian yang sedang tertidur tepat disamping dirinya. Dari tubuh wanita itu tercium bau anggur, karena merasa terganggu Viole langsung pergi.
Dia hanya mengambil selimut, memberikannya kepada Lian, lalu naik ke lantai atas. Viole menuju ke kamar karena merasakan nyeri pada bagian leher.
Saat akan berbaring Viole tidak sengaja melihat sesuatu, sebuah topeng yang selama ini hanya dirinya pajang di dalam kamar. Viole mengambilnya, memandangi benda itu sambil terduduk di atas ranjang.
Terjebak pada sebuah Dungeon besar yang misterius, lalu mendapatkan topeng ini beserta sebiji telur terasa sangat aneh.
Tapi Viole hanya tersenyum, dia mengabaikannya sambil berfikir bahwa orang-orang tidak mengetahui tentang keberadaan Dungeon tersebut.
Pada saat yang bersamaan Viole jadi teringat dengan Elemental Crystal pemberian dari Balft, dia tidak menyangka kalau akan mendapatkan barang berharga itu.
“Bertarung mati-matian demi mendapatkan Magic Fire? Untuk apa kau melakukannya jika sudah mempunyai Elemental Crystal?”
Setelah menaruh topengnya, kini Viole menggenggam sebuah batu bulat yang memancarkan cahaya merah. Samar-samar kekuatan besar terpancar dari batu tersebut.
Viole sebenarnya sudah merasa mampu untuk menggunakan Elemental Crystal ini, tapi dia ragu kalau prosesnya akan berakhir dengan baik.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Hawa dingin yang berkepanjangan ini mungkin saja bisa membantu dirinya dalam mengatasi api panas tersebut, tapi juga bisa berdampak sebaliknya.
Dari sedikit fakta itu saja sudah membuat Viole bimbang. Elemental Crystal adalah kekuatan yang besar, risikonya juga berbanding lurus.
Viole menghela nafas, dia mengurungkan niatnya kemudian menyimpan kembali Elemental Crystal tersebut ke dalam lemari.
Tapi tiba-tiba ada tangan yang menghentikannya, tangan itu sangat kuat sampai Viole tidak bisa melakukan perlawanan.
Lian, dengan wajah mengantuknya dia menghentakkan Viole ke atas ranjang, kemudian dia merebut batu bercahaya itu dari tangan Viole dalam posisi yang sama.
“Hentikan pemikiran bodoh... Mu...” Lian memeluk Viole layaknya sebuah bantal guling.
Sedangkan Viole sendiri hanya diam, dia tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu terkejut.
“Kamu ingin menjadi seorang Alchemist kan...? Balft... Menceritakan tentang cita-cita mu- hik! Kepadaku... Dia juga ingin aku membantumu dalam... menggunakan- Elemental Crystal.”
“H-ha...?”
PUK
Lian mengetuk kepala Viole. “Kamu sudah siap... Jadi jangan menundanya lagi. Lusa, besok lusa... Aku akan membantumu... Viol--le...” Lian tertidur sebelum menyelesaikan ucapannya, dia terlalu mengantuk hanya untuk berbicara.
Dalam pelukan hangat Lian Viole juga sama, pemuda itu terlelap tanpa memikirkan apapun. Mendengar sedikit ucapan kaku dari Lian sudah cukup untuk menenangkan dirinya, bahkan sampai hampir menangis.
Setelah sekian lama, akhirnya hari itu tiba juga. “Bau anggur pada tubuh anda tetap saja menyebalkan, Bu Hua.”
<----<>---->
Duduk di atas sebuah batu, Viole memandangi Lian yang sedang membersihkan ruang bawah tanah, pada saat itu dirinya tangah memakan beberapa Spirit Fruit.
“Bu Hua, anda yakin kalau yang sedang anda lakukan adalah bersih-bersih?” Viole bertanya demikian karena Lian sedikit terlalu berlebihan dalam menyelesaikan tugasnya.
“Tentu saja, aku harus mengosongkan seluruh ruangan ini. Sebenarnya kamu bisa melakukannya di luar ruangan, tapi menggunakan benda semahal itu dengan kondisi dapat dilihat oleh orang lain hanya akan menarik perhatian yang tidak perlu.
Oleh karena itu kamu harus melakukannya di sini. Tidak apa-apa, ruangan bawah tanah ini bukan tempat yang seburuk itu,” ucap Lian sebelum meninju sebuah tiang besar yang terbuat dari batu.
“Seram...”
<----<>---->
“Baiklah Viole, kamu duduk di sini.” Lian menunjuk lantai kosong yang biasanya mereka gunakan sebagai taman untuk bersantai.
Sekarang hanya tersisa debu dan beberapa puing bangunan di area taman itu. “Yakin...?”
Lian berkacak pinggang. “Kenapa? Sudahlah percaya saja kepadaku, aku akan menggunakan Magi untuk membantumu dari jauh. Kamu pasti baik-baik saja.”
“Uh...” Viole pun duduk, dia dalam keadaan apapun harus menurut supaya tidak ada yang merasa kecewa atau menyesal, termasuk dirinya sendiri.
“Baiklah, apa kamu siap dan sudah benar-benar paham bagaimana cara menggunakannya?”
“Ya.” Viole memberi anggukan pelan, dia menggenggam erat Elemental Crystal ditangannya.
“Baguslah kalau begitu. Aku berada di depan pintu masuk, di sana adalah tempat terbaik untuk berjaga sehingga kamu bisa tetap aman. Berusahalah! Semangat! Kamu pasti bisa!”
“......Baik.” Viole diam untuk beberapa detik menunggu Lian berdiri di depan pintu masuk dan pada saat itu tiba, perlahan Viole memejamkan mata, kemudian menyelimuti diri sendiri dengan menggunakan Magi.
Sebisa mungkin Viole menghalangi pendengaran, penciuman serta Indra perabanya. Hal itu dia lakukan untuk mempermudah proses penyerapan.
Beberapa menit kemudian, sedikit demi sedikit panca indra Viole mulai memudar, tenggelam dalam kesunyian tanpa batas.
Bersama bola kecil bercahaya itu Viole menurunkan kepalanya, melemaskan seluruh otot tubuhnya demi mendapatkan ketenangan sejati.
Dan pada titik ini Viole sudah tidak bergerak sama sekali, dia hanya diam membatu, dengan bantuan dari Lian kondisi tubuh Viole masih tetap stabil.
Kehangatan, Viole merasakan itu ketika energi dari Elemental Crystal mulai masuk ke dalam dirinya, perlahan dia menariknya menuju jantung.
Sebenarnya proses penyerapan Elemental Crystal hampir tidak ada bedanya dengan Soul Core, hanya lebih rumit dan berisiko.
Tapi di situlah letak permasalahannya, melewati jalan yang rumit serta berisiko adalah mimpi buruk paling buruk bagi seorang pemula seperti Viole.
Oleh karena itu Viole harus melakukan persiapan sematang mungkin, jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menghadapi gempuran dari dalam tubuhnya.
Suhu tubuh Viole meningkat, meski masih belum merasakan panas, Viole tetap tau akibat yang akan dirinya terima jika terus begini.
Melihat itu Lian segera menggunakan Sihirnya. Dari permukaan atap muncul beberapa batang pohon, menjatuhkan kumpulan daun yang mengelilingi Viole.
Namun daun-daun ciptaan Lian terbakar begitu begitu saja, kekuatan Elemental Crystal terlalu besar sampai tangan pemegangnya yang menghitam karena panas sudah menjadi hal biasa.
Masih terus berusaha, Viole menekan jalur dari Energi Elemental Crystal, memaksanya untuk melewati banyak pembuluh darah lainya.
Cara baru yang dia temukan ternyata terbukti efektif, dengan metode tersebut suhu tubuh Viole jadi lebih mudah untuk dikontrol, memberikan ruang tambahkan bagi Lian.
Terus bertahan seperti ini maka sebentar lagi akan terlihat hasil yang bagus.
Lima menit kemudian.
Setelah lima menit berlalu kini muncul reaksi baru, retakan merobek lantai tempat Viole duduk, sekaligus mengacaukan Magi di sekitarnya.
Akibatnya perisai pelindung yang sudah susah payah Viole buat kini hancur, menyebabkan rasa sakit menusuk kedalam tubuhnya.
Viole merapatkan gigi, meskipun ada darah segar yang mengalir diantara sela bibirnya dia tetap berusaha.
WHOUS!
Angin berhembus kencang menyibak rambut Viole, juga menerbangkan beberapa barang di sekitar. Dari situ Lian mulai mengerutkan dahi, lalu dengan sigap menempelkan tangannya pada dinding untuk memasang Mantra tipe Ista [Pelindung]
Karena sudah tau bahwa akan terjadi guncangan, tindakan siaga yang Lian lakukan membuahkan hasil. Gempa besar yang mendadak terjadi, dapat dia redam dengan sangat baik.
Kemudian retakan muncul pada Elemental Crystal yang Viole pegang tidak lama setelah gempa terjadi. Dari celah-celah itu terpancar cahaya terang yang sampai menyilaukan mata Lian.
Beberapa saat kemudian setelah dibutakan oleh terangnya cahaya tersebut, Lian dikejutkan dengan meledaknya Elemental Crystal.
Wanita itu panik bukan main, dia langsung bergegas berlari menghampiri Viole. Tapi rasa paniknya hilang seketika setelah melihat siluet seseorang dari balik debu yang beterbangan.
Dalam keadaan yang sudah tenang, Lian masih tetap berlari dengan kedua tangan yang terbentang, kemudian dia memeluk Viole dari depan.
Wanita itu tidak peduli dengan pakaian muridnya yang compang-camping, dipenuhi oleh api. Dia tetap memeluk Viole untuk menunjukkan rasa senang yang begitu besar.
Sedangkan Viole hanya tersenyum, dia diam membeku dengan beberapa kristal cair yang menetes, lalu sekali lagi memejamkan matanya dalam pelukan hangat Lian.
Dia tidak pernah menyangka kalau operasi ini akan berhasil, sesuatu yang dulu dia anggap mustahil. Bersama rasa lelahnya, Viole pergi ke alam mimpi dan sebelum benar-benar tertidur dia sempat berkata. “Ibu... Aku merindukanmu...”
Will Continue In Chapter-14 >>>
–––––––
Ilust Credit: By myself.
yey selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments