Setelah hampir 3 tahun aku berteman dengan Nia. Kehidupan ku dengan Nia tidak ada yang berubah kita tetap sering jalan-jalan bareng, Kalau aku tidak sibuk aku selalu menemani Nia tampil malah sekarang aku dekat dengan teman-teman Band Nia. Aku selalu mendukung apapun yang Nia lakukan dan koleksi baju buatannya sekarang sangat banyak mengantung dilemari dan itu semua katanya untukku. Tapi satu yang aku tidak suka dari baju buatan Nia dan aku selalu marah-marah padanya ketika aku tahu bajunya seperti apa. Nia saat itu pernah menunjukan Gaun malam untukku yang berwarna hitam.
“Nia,, Apa ini?” Tanyaku sedikit terkejut dengan apa yang dibuat Nia.
“Bagus kan,, Ayo sana pakai aku ingin lihat.”
“Nia,, ini terlalu terbuka. Liat sih,, bagian leher Cuma diiket doang,,, kalau lepas gimana,,” Kataku. “Terus Ini terlalu pendek untuk ukuran Rok, Terus dibelakang sini enggak dikasih kain lagi?” Aku menunjukkan bagian punggung yang tidak ada kainnya.
“Sudahh,, Masuk dulu,, Biar kulihat.” Nia mendorongku untuk kekamar mandi dan memakainya setelah keluar dari kamar mandi Nia langsung melihatku dan bersiul.
“Apa?” kataku tidak senang. Aku merasa tidak nyaman dengan pakaian yang terbuka seperti ini.
“Sini,,,” Nia menarikku untuk mendekat padanya. “Coba kalau kamu tinggi dikit lagi pasti bagus,,,” kata Nia sambil membenarkan tali yang mengingkat dileherku aku hanya diam saja, lalu Nia merapikan pakaian yang aku kenakan dan berjalan kearah belakangku. “Kamu cantik kok,,” Kata Nia yang memegang Pundakku menunjukkan kecermin. Aku memandangi diriku dicermin dan dari arah belakang tanpa aku sadari Nia sudah melingkarkan tangannya dipinggangku dan memelukku dari arah belakang.
“Tapi tetep aja keliatan seksi gini,,” Kataku yang mencoba melepaskan pelukan Nia, Nia hanya diam saja. “Aku mau ganti baju dulu,,,” Aku pergi kedalam kamar mandi. “Kalau buat baju yang agak tertutup dikit, Ni?” Kataku berteriak dari dalam kamar mandi entah Nia bereaksi apa.
***
Tidak terasa tahun ajaran baru pun telah datang dan selamat tinggal kelas X. Saat ini aku sudah duduk dibangku kelas XI dan sesuai yang Orang Tuaku harapkan aku sekarang menjadi anak IPA. XI IPA 3 itu adalah kelas ku yang baru. Meskipun kita berempat mengambil Jurusan IPA semua tetapi kita tidak sekelas, tetapi aku dan Asti sekelas. Jadi aku tidak perlu repot-repot lagi untuk mencari teman sekelas. Aku sedikit terkejut ketika Asti meminta duduk didepan sendiri. Tapi tidak apalah yang penting dapat tempat duduk. Kelas baru dan suasana baru itu yang aku rasakan. Tetapi meskipun kelasku dengan Erlina dan Murni terpisah pasti kita bisa selalu bersama. Erlina dan Asti sudah menjadi Anggota Osis yang baru.
Dan kegiatan ku selama liburan 2 minggu tahun ajaran kemarin adalah aku membuat cerpen dan hasilnya hanya mendapat 2 cerpen. Aksesku untuk memberikan Cerpen jadi bertambah mudah aku tidak perlu jauh-jauh untuk keruangan Osis dan bertemu dengan Mas Juki karena waktu aku masih dikelas X. Mas Juki pernah mengatakan kalau dia suka padaku.
Belum mengatakan sih?
Tapi saat itu aku langsung menolak Mas Juki dengan berbagai alasan dan hubunganku dengan Mas Juki masih baik-baik saja sampai sekarang meskipun agak canggung.
Aku selalu menikmati hari-hari selama aku duduk di kelas X SMA dan kini sudah duduk dibangku kelas XI. Maskipun tanpa pacar tanpa kekasih aku tetap senang.
Tapi dilain sisi yang selalu bisa membuatku tetap senang dan bahagia menjalani hidupku adalah aku mempunyai sahabat-sahabat yang selalu ada disisiku, selalu setia padaku dan selalu peduli padaku.
***
Erlina dan Asti kini sudah punya Kekasih. Hubunganku dengan Erlina sempat merenggang gara-gara Mas Juki menyukaiku tapi seiring waktu berjalan dan Erlina sudah mempunyai pujaan hatinya, hubunganku dengan Erlina semakin akrab. Sedangkan aku dan Murni masih iya,, masih Jomblo.
Kegiatanku tidak ada yang berubah dari kelas X hingga sekarang. Sebenarnya aku ini bukanlah Anak yang pintar dikelas, setiap ulangan Nilaiku tidak pernah menembus angka 8 paling bagus 7,5, Itu pun untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, untuk Nilai Matematika dan Fisika yang bisa aku lakukan hanyalah mengelus dada. Makanya selama ini aku selalu giat untuk belajar. Bukan karena apa-apa hanya saja aku tidak mau mengecewakan kedua orang tua ku dengan Nilai-nilai yang jika di pandang menyilaukan mata. Untuk bisa masuk Jurusan IPA saja aku harus benar-benar berusaha, Iya,,, minimal bisa masuk IPA saja itu sudah melegakan untukku.
Aku dan Nia kalau dalam urusan pelajaran, sebenarnya Aku jauh dibawah Nia. Nia lebih pintar dari pada aku, buktinya saja aku pernah lihat ada Piala yang terpajang dikamarnya “Juara 1 cerdas cermat tingkat SMP”, sedangkan aku sampai sekarang belum pernah dapat apa-apa. Ya... Sudahlah.
Selagi aku masih kelas XI dan belum kelas XII aku memanfaatkan waktu sebaik mungkin semasa aku di SMA. Aku masih aktif dalam kegiatan PMR, KIR dan Pramuka malah aku sekarang menjadi Dewan Ambalan yang biasa disingkat DA. Aku selalu berkutat dengan yang namanya Tugas Sekolah dan pembuatan laporan-laporan setelah selesai Praktek. Ketika aku sedang jenuh, aku selalu punya cara sendiri untuk membuatku terus merasa senang dengan rutinitas setiap hari ini yaitu dengan cara membaca Novel, menulis Cerpen atau bermain dengan Nia.
Jadi bisa dikatakan seimbanglah. Pelajaran bisa dikatakan aman, Eskul selalu aktif dan bermain sambil belajar tidak juga ketinggalan.
***
“Heh,,, Lin. kata Mas Juki kalo mau kasih cerpen suruh dateng sendiri.” Kata Asti. Saat ini kami sedang berada diruangan Laboratorium untuk Praktek Mapel Biologi yang dipraktekkan tentang “Glukosa”.
“Lho kenapa?” batinku
Aku tidak bisa menjawab karena aku sedang mengunyah Nasi putih.
“Iyaa,,, Kayaknya dia alesan deh.” Lanjutnya lagi.
“Alesan? Maksudnya?”. wajahku semakin tidak mengerti.
Asti menyalakan spritus dan meletakkan gelas kimia yang sudah terisi air diatas kompor. Lalu aku melepeh semua Nasi Putih yang aku kunyah, Diatas meja yang sudah terdapat sampel Tahu, tempe dan Nasi Putih. Itu semua aku yang kunyah. Asti tidak mau melakukannya.
Lalu aku meninggalkan Asti untuk berkumur. Setelah aku kembali berkumur ternyata Tabung Reaksi yang sudah ada sampelnya dimasukkan kedalam Gelas Kimia dan sudah ditambahkan Bahan Kimia Benefit A dan B untuk masing masing sampel. Kita tinggal menunggu beberapa menit untuk perubahan warna yang terjadi.
“Maksudnya apa tadi, As?” tanyaku lagi.
“Iya,, Kayaknya Mas Juki alesan pengin ketemu kamu. Masak waktu aku ngasih Cerpen kamu kebagian Editor Mas Juki bilang kayak gitu.” Jelas Asti.
“Padahal aku mau titip cerpen lagi sama kamu, As.” kataku sedih.
“Aku,tidak mau mengantarkannya. Oya bentar lagi Mas Juki kan lengser, Lin?"
“Iya,,, Aku tahuu,,,”
Kringgggg
Bel berbunyi, waktu jam Istirahat telah tiba. Sebelum kami keluar ruangan Bu Sinta Mengatakan bahwa Laporannya ditunggu besok sebelum jam Istirahat pertama. Semua Siswa yang ada dikelas hanya mengeluh sebal. Meskipun prakteknya kelompok tapi laporannya sendiri-sendiri itu yang membuat aku Sebal harus menulis dikertas Folio sampai 3 atau 5 lembar kertas.
“As,,, temenin yuk.” Kataku. Aku mengambil bukuku dan mengambil selembar kertas yang kulipat didalam buku. Asti yang sudah tahu hanya menganggguk mengiyakan. Aku dan Asti berjalan menuju ruangan Osis. Sesampainya disana aku menyuruh Asti masuk duluan untuk melihat ada Mas Juki atau tidak. Asti hanya menggelengkan kepalanya dan aku langsung masuk kedalam ruangan. Aku melihat ada Erlina yang sedang menulis dipapan tulis. Erlina hanya tersenyum padaku.
“Lin,,,” Kata Mba Ati. “Pasti Cerpen lagi iya,,,” tanya Mba ati, Aku hanya mengangguk dan Aku langsung menuju meja Editor.
“Lin,,, Kamu bisa bikin Puisi?” kata Mas Angga selaku Editor di Sekolah ini.
“Pertanyaan yang sama?” batinku . Aku hanya menggelengkan kepalaku. Mas Angga tidak percaya.
“Aku tidak percaya.” Katanya.
“Iyaa,,, Dia itu Cuma bisa nulis cerpen.” Kata Mba Ati menyambung. “Aku aja udah tanya berkali-kali padanya.”
“Ohhh,,, gituuu. Iya udah enggak apa-apa.” Kata Mas Angga tersenyum. “ Ditunggu iya selanjutnya.” Kata Mas Angga.
“Iyaa Makasih, Mas. kalau gitu aku keluar dulu.” Kataku tersenyum dan ketika aku akan keluar ruangan dan berpamitan dengan Erlina, Asti dan Mba Ati. Tiba-tiba Mas Juki sudah ada di depan pintu sedang membuka-buka bukunya dan semua memandang kearahku dan Mas Juki. Dikalangan Anggota Osis gosip ku dengan Mas Juki bukannlah Rahasia Umum lagi.
"Mati aku." batinku.
Aku hanya bisa melihat Erlina dan Asti pasrah. Lalu aku berusaha untuk tenang dan maju melangkah kedepan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
“Mas,,,” Sapaku tersenyum ramah
“Kasih Cerpen iya?” Tanya singkat tanpa melihat aku. “Coba sekali-kali bikin Puisi, Bisa?” katanya.
“Enggak,,,” Aku menggelengkan kepalaku cepat. “Tapi lagi belajar kok mas, Aku pergi dulu iya mas?” aku cepat-cepat berpamitan takutnya ditanya yang aneh-aneh lagi. Aku keluar ruangan.
Aku berjalan belum terlalu jauh dari ruangan Osis tiba-tiba Ponselkuku bergetar ternyata SMS dari Nia. Aku menghentikan langkahku.
“Maaf de,, Jukinya ada?”
“Ada didalam, Masuk aja.” Kataku tanpa melihat kearah orang itu karena aku sedang membalas SMS dari Nia.
“Ohh,, Makasih iyaa,, Tadi ketemujuki?” Tanyanya lagi. Lalu aku memasukkan Ponselkukedalam saku dan melihatnya. Tiba-tiba saja jantungku berdetak sangat cepat, Aku melihat wajahnya yang putih bersih dan ketika dia tersenyum terlihat sangat tenang dan wahh.... “kenapa jantungku deg,,deg,, degan gini.” batinku.
“De,,,” Tanyanya lagi.
“Ahh,,, i,,iyaa Mas,,”Jawabku gugup.
“Tadi ketemu sama Juki?”
“Iyaa,,, tadi aku ketemu.” Aku menunjuk ruangan Osis. “Mas Juki didalem.”
“Iya,,, Terimakasih sekali lagi.” Katanya dan berlalu meninggalkanku. Pandanganku tidak lepas dari orang itu. Dianmemiliki Postur tubuh yang tinggi dan bekulit putih, berkumis tipis dan wajahnya sangat tenang ketika aku melihatnya.
Dialah laki-laki pertama yang membuatku Penasaran. Penasaran siapa namanya, kelas berapa, IPA atau IPS, Kakak kelas atau seangkatan denganku maklumlah untuk Anak anak disekolah ini aku tidak terlalu kenal karena aku orangnya kurang peduli terhadap lingkungan sekolah paling yang aku kenal Cuma temen-temen sekelas dan teman kegiatan Eskul.
Sejak kejadian itu, saat aku pertama kali bertemu dengannya, aku mulai kepo, aku jadi senang memperhatikan Anak-anak dengan harapan aku bisa melihatnya lagi.
....
Aku dan Ketiga temanku sudah duduk manis dikantin sekolah menunggu pesanan datang. Mataku tidak henti-hentinya memandang kearah sekitar. Ketiga temanku yang melihat kelakuan ku yang tidak biasa merasa tidak heran karena mereka sudah tahu apa yang sedang aku cari. Aku lalu tersenyum ketika melihat dia datang bersama teman-temannya
"Sesuatu yang tunggu." Batinku berbunga-bunga.
Tapi, Hei,, dia kok jalan sama Mas Juki dan itu kan Pacarnya Erlina. Aku lalu menunjukkan pada Erlina kalau pacarnya berada dibelakangnya persis. Erlina hanya melambaikan tangannya saja.
“ituuu,,, ituu siapa namanya” Tanyaku pelan pada Erlina. Lalu erlina menoleh kebelakang dan mencari seseorang yang aku tunjukkan. “Itu,, yang duduk disebelah Mas Hakim pacar kamu?”
“Siapa sih?” Kata Asti yang ikut penasaran.
“Ohhh... ituu...” Kata Erlina berteriak kencang aku hanya menyikutnya. “Itu,, yang mukanya putih?” katanya memastikan. “Itu namanya Mas Imam, lengkapnya Imam Nur Khadafi dia sekelas sama Mas Juki dan Mas Hakim. Anak XII IPS 3.” Katanya menjelaskan.
“Oalahhh ituu orangnya tohh,,,” Kata Murni.
“Kamu kenal?” Tanyaku heran.
“Iya,,, kenallah. Lha dia kan Ketua Rohis. Kamu enggak tahu dia kan yang sering nulis Cerpen tentang islam.” Murni menjelaskan.
“Kok kalian kenal enggak bilang-bilang padaku?" Kataku sedikit sewot.
“Mana aku tahu,, Kalau itu orangnya? kamunya aja yang cuek sama orang selama ini.” Kata Asti tertawa.
“Tapi,, bener kamu suka sama dia.” tanya Murni. “Dia anak Rohis lho, Lin. Sedangkan kamu sukanya dihutan-hutan terus panas-panasan. Apa dia mau?” Lanjut Murni. Aku tidak tahu harus berkata apa yang aku tahu dia lah yang bisa mengalihkan pandanganku dan Dialah yang bisa membuatku tertarik.
“Terus lagi dia itu,, Temennya Mas Juki, terus yang aku tahu temen dari SMP lagi.” Kata Erlina.
“Mampus,,,” Kataku baru sadar kalau Dia adalah sahabat Mas Juki. Aku tertunduk lemas.
“Payah,, baru pertama kali suka sama orang cobaannya banyak banget.” Kata Asti dan tanpa bersalah merekapun menertawakan aku yang sedang kebingungan ini.
***
Sepanjang jalan didalam bis aku memikirkan apa yang dikatakan oleh teman-temanku itu. Fakta yang aku tahu bahwa Mas Imam adalah Anggota Rohis sedangkan, aku anak Pramuka, PMR dan KIR yang sukanya panas-panasan dan sesekali main dihutan. Fakta kedua yang membuatku terbebani lagi kalau Mas Imam adalah teman dari Mas Juki dari SMP.
“Sebal, sebal, sebal.” aku merutuk pada diriku sendiri.
Hari ini aku pulang kerumah Nia karena dia mau mengukurku lagi untuk membuat baju desain yang terbaru yang akan dibuatnya. Aku sudah mengatakannya pada Nia Kalau Pakaiannya terbuka lagi yang seperti waktu itu aku tidak mau memakainya dan Nia sudah menunjukkan Desainnya padaku. Mas Alif yang melihat wajahku ditekuk itu merasa heran tapi Mas Alif tidak berani bertanya. Aku hanya berlalu melewati Mas Alif yang sedang memarkirkan Mobilnya itu..
“Kok,, kamu enggak tinggi-tinggi sih, Lin?” Kata Nia yang sedang mengukur tubuhku, Aku tidak menanggapi Nia aku hanya diam. Sekarang Aku lagi malas bertengkar dengannya. “Udah kelas 2 masih aja segini.” lanjut Nia.
“Udah apa belum, Ni?” Tanyaku pada Nia sedikit sebal. Nia hanya mengangguk.
“Tumben?” Kata Nia. “Kok diem, biasanya kayak burung Beo.”
“Ahhhh,,,,” Aku melemparkan bantal ke Nia dan Nia hanya tertawa. “Masalah hati tauuu,,,” jawabku sewot.
“Cieee yang lagi galau?” Katanya mendekatiku dan merangkulku dari belakang. “siapa namanya?.
“Namanya Mas Imam” kataku.
“Ohh Mas Imam.” Kata Nia memastikan. Aku hanya mengangguk. “Mau keluar?”.
“Kemana?” tanyaku sedikit senang.
“Muse? Gimana?” Kata Nia. Nia memang
paling bisa membuat hatiku tenang dan merasa
nyaman. Dia tahu saat-saat dimana aku sedang sebal dan tidak ingin diganggu.
***
Pemandangan Muse ketika sore hari memang lebih indah. Matahari yang akan tenggelam pasti terlihat lebih cantik dan cahayanya memantul dari dalam danau. Sesampainya di Danau aku langsung berteriak dan Nia hanya duduk meperhatikanku.
“Ahhhh,,, Sebal. Aku suka sama orang diwaktu yang salah.” Teriakku sekencang-kencangnya. Nia hanya melihat kearahku.
Nia,,, Aku harus gimana?” Nia hanya mengangkat bahunya. “Kamu tahu enggak, Ni?” Kataku sedikit berteriak. “Dia itu Anggota Rohis, Kamu tahu kan rohis itu apa?” Tanyaku pada Nia yang sedang memperhatikanku. “Yang bikin aku sebal lagi, Kenapa dia harus temenan sama Mas Juki. Mana sekelas lagi.” Kataku sebal lalu aku duduk disebelah Nia dengan nafas tidak karuan.
“Kamu suka sama dia?”
“Enggak tahu?” Kataku. “Setiap aku liat dia, jantungku selalu berdetak kencang.” Lanjutku.
“Itu namanya Cinta.” Kata Nia melihat kearah Danau entah apa yang dia lihat.
“Cinta?” Kataku heran. “Aku cinta sama Mas Imam?” kataku tidak percaya dan Nia hanya mengangguk. Aku pun hanya tertawa.
“Ahhh,,, meskipun ini Cinta? Tapi enggak mungkin kan aku bisa jadi pacarnya?” Kataku pasrah dan Nia hanya menatapku heran. “Iyaa aku tahu, Ni. Pasti kamu akan bilang, Belum dicoba kok udah nyerah? Iya kan?” Nia hanya menganggukan kepalanya. “Tapi, menurutku itu enggak mungkin iya, Ni? dengan segala fakta fakta yang ada.” Kataku Pasrah.
Malam ini bagiku terasa sepi dan Muse menjadi saksi bahwa aku pernah benar-benar menyukai seseorang dan saat itu juga aku harus mengubur perasaanku padanya ketika tahu kalau Mas Imam adalah Anak Rohis dan pasti Mas Imam mempunyai Iman yang kuat dan aku bukan Levelnya, dan yang membuatku mengubur perasaanku padanya adalah fakta mengena Mas Imam adalah teman Mas Juki.
“Cinta Pertama...” gumamku.
🌳🌳🌳
Ada hati yang terpaksa mengalah
Ada hati yang terpaksa memendam
Ada hati yang terpaksa membebani
Ada hati yang terpaksa terbebani
Ada hati yang terpaksa mencintai
Ada hati yang terpaksa dicintai
Tinggal pilih...
Hati mana yang paling membuat Nyaman.
busa lin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
BELLE AME
Ow ow ow....
2020-05-15
0
Rizkina Whdh
semangat Thor 😊 di tunggu feedbacknya
2020-05-14
0
kiki rizki
mampir lagii...
semangat yaa..
jangan lupa mampir juga
2020-05-13
0