BAB 5 PARADE BAND ALUN-ALUN

Kini senja pun berganti malam. Aku berpamitan

pada Dini untuk pulang karena tugas yang kukerjakan telah selesai. Untuk masalah tugas yang serumit ini temannku tidak perlu diragukan lagi. Dinilah yang terbaik. Aku berjalan sendirian menembus gelapnya malam. Melihat layar ponsel yang sepi pemberitahuan , aku menghela nafas panjang

“belum, ada kabar. Sampai kapan kamu mau kayak gini, Ni?” Batinku

Tiba-tiba ponsel ku bergetar dan nomernya

adalah nomer baru aku berharap kalau yang menelepon itu Nia, tetapi yang menghubungiku adalah ibu ku dan bertanya kapan aku akan pulang kerumah. Aku hanya tersenyum ketika ibu ku bertanya seperti itu,  entah apa yang harus ku jawab karena urusanku di tempat ini masih banyak. Aku pun teringat pada Nia ketika kita sedang berjalan-jalan berdua kealun-alun merayakan hari kelulusan dan Nia juga akan tampil dangan bandnya mengisi acara.

***

Saat itu Nia tetap memaksaku untuk ikut pergi

dengannya kealun-alun dengan alasan untuk mencari hiburan dan merayakan kelulusan. Meskipun kelulusan SMP itu telah usai dan kita libur, tapi aku tidak mau ikut dengan Nia ke Alun-alun. Tapi saat itu Nia tetap memaksaku untuk ikut dengannya karena dia akan tampil dipanggung dengan bandnya membawakan tiga lagu. Aku berfikiran pasti tempat itu akan sangat ramai sebab yang aku dengar akan ada Expo besaran-besaran dialun-alun dan akan ada Parade musik dari band-band lokal ataupun dari ibu kota saat itu yang mengisi Superman is Dead. Awalnya aku menolak tapi akhirnya aku terpaksa mengalah, kalau saja dia bukan temanku pasti aku akan menolaknya tanpa ragu.

Sebenarnya Nia tahu kalau aku itu tidak senang dengan tempat ramai apalagi banyak orang karena tempat yang ramai menurutku itu adalah tempat yang berisik dan aku merasa tidak nyaman. Aku paling senang dengan tempat yang Sepi dan tenang karena bisa membuat nyaman pikiran.

Nia menjemput ku kerumah dengan menggunakan sepeda motornya dan aku sudah siap menunggu Nia didepan rumah. Nia yang melihatku tidak terlalu senang untuk berangkat kealun-alun berusaha mengajakku untuk bicara disepanjang perjalanan. Aku tidak terlalu dengar Nia bicara apa karena suara Nia hilang timbul di tabrak oleh angin. Aku berusaha mendengarkan dengan mendekatkan kepala ku. Sepanjang jalan yang aku lihat sangat lah ramai, kebanyakan yang aku lihat adalah pengendara sepeda motor yang tujuannya adalah untuk kealun-alun dan dalam benakku aku berpikir.

 “Dijalan aja ramai kayak gini, gimana kalau disana.” gumamku.

Ternyata yang aku takutkan benar. Alun-alun seperti pasar sangat ramai dan jalanan sangat macet. Aku menghela nafas panjang merasa tidak nyaman dan Nia hanya melihatku dari spion lalu dia tersenyum. Nia mencari tempat parkir yang tidak sesak, akhirnya setelah berputar beberapa kali kita mendapatkan tempat parkir yang lumayan belum penuh. Aku melihat Nia yang sedang parkir dia sepertinya agak kesusah untuk parkir meskipun sudah dibantu oleh petugas. Aku berdiri menunggu Nia diluar area parkir dan berusaha melihat kedalam Lapangan alun-alun tapi tidak terlihat dan aku melihat banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang lewat depanku. Sesekali aku menghela nafas dan mengelus dada yang sebenarnya tidak apa-apa, tapi ada rasa takut yang muncul dari dalam diriku. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang merangkulku, aku sedikit terkejut dan berusaha melepaskan tangan itu.

“Hei,,,  Ini aku.” Nia melihatku dengan heran. “Jangan takut? Aku disini.” kata Nia dengan tetap tidak melepaskan rangkulannya

sebenarnya aku ingin marah padanya dan mengatakan aku sebal dengannya kenapa mengajakku ketempat ini. Belum sempat aku mengatakan apa-apa Nia sudah mengajak ku berjalan dan menggandeng tanganku.

“Aku akan menjagamu.” kata Nia sambil tersenyum.

Nia mengajakku berjalan memasuki kedalam lapangan alun-alun itu. Kami berdua kesusahan untuk berjalan karena memang jalannya penuh sesak dengan lautan manusia. Suara alunan musik pun terdengar dari atas panggung dan semua penonton ikut bernyanyi bersama. Para penonton yang datang kemari berharap kalau SID segera tampil. Aku tidak tahu mau dibawa

kemana oleh Nia, kemana Nia pergi melangkah aku selalu mengikutinya. Nia selalu erat memegang tanganku dan terus saja melihat kearah ku memastikan aku selalu baik-baik saja. Nia selalu mencari jalan yang tidak terlalu ramai.

“Ahh,, sampai juga lin.” Nia menunjukkan sebuah

tenda berwarna hitam.

Melihat aku tidak mengerti Nia hanya tersenyum dan membawaku masuk kedalam tenda itu. Ternyata didalam tenda sudah banyak sekali anak-anak muda yang berpenampilan ala anak band dan semua mata memandang kearah kami. Tetapi Nia malah tak memperdulikannya dan aku yang merasa tidak nyaman. Nia mendekati salah satu temannya.

“Hei,,,” Nia menepuk pundak temannya.

“Heii,, Sudah datang. Kamu ini kebiasaan.” Kata temannya itu dan melihat kearahku lalu aku tersenyum padanya.

“iyaa,, Maaf.” Kata Nia. “Ohh,, iyaa ini kenalkan.

Temanku?” Kata Nia.

“Liana.” Kataku sambil mengulurkan tangan.

“Aku Indra teman Nia,,” Katanya. “Tapi aku

kayak pernah liat kamu?” Indra tak melepas tanganku dan aku hanya melihat kearah Nia.

“Nia, Liana teman satu sekolah kamu?” kemudian tanya kepada Nia.

“Bukan, liana bukan teman sekolahku.” Jawab

Nia. "lepas tangannya bisa kan?"

Indra buru-buru melepas tangannya

"Maaf iya liana?" Indra tersenyum padaku.

“Pantas aku tidak tahu, Kok kamu enggak pernah kenalkan padaku, Ni?.” bertanya pada nia.

“Siapa? Liana?” kata Nia sambil tertawa dan

akupun menarik lengan Nia.

Aku semakin merasa tidak nyaman karena tempat itu semakin lama semakin panas. Nia melihatkku dan mengajakku untuk keluar. Ternyata tempat itu dibelakang panggung persis.

“Maaf iyaa? kamu enggak apa-apa?” Tanya Nia

padaku yang melihatku menghirup udara segar diluar tenda yang panas itu dan memberikan sebotol air mineral dingin padaku.

“iyaa,, aku enggak apa-apa?” Kata ku.

“Santai saja,, kamu manggung jam berapa?” tanyaku pada Nia.

“Jam 4 sore,,” Nia melihat jam tangannya.

“Ohh bentar lagi dong,,”

“Iyaa,,, “ jawab Nia dan memperhatikankan ku dan aku melihat balik Nia.

“Ada apa?” Tanyaku tidak mengerti dan aku

menyadari sesuatu.

“Aku, tunggu kamu disni saja.” Kataku sambil tersenyum dan Nia belum mengatakan apa-apa.

“Sudah sana, Aku tidak apa-apa. Aku melihat mu dari sini terus kalau masih tidak kelihatan aku akan mencari tempat yang lebih jelas.” Kataku mencoba menenangkan Nia, lalu Nia tersenyum padaku.

“Iya,, aku tahu itu. “ Kata Nia.

“Aku tinggal dulu, hanya 15 menit.” Lanjut Nia dan aku hanya mengangguk mengiyakan saja.

Nia pun berlari kearah tenda tadi dan tinggal aku sendiri disini ditengah kerumunan orang banyak yang berlalu lalang. Aku berpindah mencari tempat yang lebih luas, tapi disana sini ramai. Aku mencari dan akhirnya ketemu, aku berdiri agak jauh dari panggung tapi cukup jelaslah untuk melihat kearah panggung lalu aku mengambil kameraku dan segera mungkin mengaktifkan tombol on. Aku memang sering menemani Nia untuk manggung diacara outdoor tapi tidak pernah yang seramai ini.

Pembawa acara yang berada diatas panggung memanggil band selanjutnya yang akan tampil. “Pasti, Nia.” gumamku.

Tidak lama setelah itu, satu persatu anggota dari band itu keluar dan akupun melihat Nia yang membawa gitarnya dan bersiap untuk bernyanyi. Aku sempat melihat Nia kearah dimana aku duduk tadi tapi aku sudah pindah dan Nia berusaha menyisir tempat itu melihat kearah penonton dan akupun berusaha melambaikan tanganku tapi percuma tidak kelihatan juga karena penontonnya yang banyak. Kamera kuarahkan keatas panggung. Sebelum Nia bernyanyi dia memberi tahu lagu apa saja yang akan dibawakan oleh bandnya. Lagu pertama yang dibawakan oleh bandnya adalah lagu milik Peterpan judulnya Sahabat, kedua adalah milik marjinal dan ketiga adalah Garuda Di Dadaku Netral. Dilagu terakhir ini atmosfer semangat para penonton semakin membara dibagian reff semua penonton ikut bernyanyi dengan semangat. Mas Indra memberikan aba aba untuk mengurangi suara musiknya dan suara penonton pun semakin keras mengguncang panggung disore itu.

“Garuda di Dadaku, Garuda kebanggaanku kuyakin hari ini pasti menang.” Suara indah Nia menutup parade bandnya. Suara Sorak sorai semangat dan tepuk tangan dari penonton membuat panggung itu terasa panas.

***

Dari belakang panggung setelah bandnya Nia turun mereka disambut baik oleh yang lainnya dan Nia pun langsung berpamitan untuk pergi tetapi dihalangi oleh Indra dan teman-teman satu bandnya.

“Mau kemana, Ni?” Tanya Indra.

“kita makan-makan dulu gimana?” lanjut Indra.

“Tidak, aku sudah ditunggu oleh Liana.” Nia membereskan gitarnya dan memasukkan pada tas gitarnya.

“Liana? Ajak saja dia sekalian, Ni.”

“Dia tidak akan mau. Liana tidak suka dengan acara yang seperti ini.” Kata Nia.

“Iyaa,, sudah aku pergi duluan. Ini gitar, aku bawa iya.” Kata Nia berlalu meninggalkan teman-temannya itu.

Aku sengaja menunggu Nia ditempat yang mudah terlihat. Tapi semudah apaun tempat itu tetap saja susah dicari karena ramai. Aku menunggu Nia agak lama karena pasti Nia sedang kebingungan mencariku. Aku sudah menyiapkan makanan kecil dan minuman ringan untuk Nia. Tidak lama setelah itu aku melihat Nia yang berjalan kearahku. Aku melambaikan tanganku dalam posisi masih duduk dan melihat Nia membawa sebuah gitar ditangan kanannya.

“Capek iyaa?” tanyaku pada Nia lalu dan mengambil gitar dari tangan Nia dan menyuruhnya untuk duduk lalu aku memberikan makanan dan minuman itu setelah Nia duduk.

“Makasih iyaa?” kata Nia sambil meminum minumannya. Aku hanya mengangguk.

“Tadi bagus,,” Kataku. “ini, aku rekam semuanya disini.” Kataku sambil memperlihatkan kamera padanya.

“Wahh,, nanti aku liat iyaa.” Katanya

tersenyum. “Makasih iyaa udah mau nemenin.”

“Iya,, sama-sama. Lagian aku juga butuh hiburan kali. Laper enggak?” tanyaku. Nia hanya mengangguk. “Mau makan apa?”

“Bakso gimana?”

“Wahh,, boleh-boleh.”

Kita berdua pun pergi meninggalkan alu-alun yang semakin sore semakin ramai itu dan menuju untuk membeli Bakso yang menjadi langganan kita berdua. Setelah sampai di tempat bakso seperti biasa sambil menunggu pesanan datang Nia dan aku bercerita panjang lebar tidak tahu apa yang dibicarakan. Setelah selesai makan kami pun memutuskan untuk pulang dan akupun memutuskan untuk menginap dirumah Nia karena besok adalah hari minggu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!