My Muse 'Kamulah Inspirasiku'

My Muse 'Kamulah Inspirasiku'

PROLOG

Mentari pagi ini terasa sangat hangat. Tapi bagiku mentari ini tidak hangat tapi lebih kearah panas, gerah, nano-nano rasanya. Nafasku hampir hilang berlari dari kost sampai  kampus karena pagi ini aku terlambat untuk

mengikuti kelas pagi.

Langkah kakiku kuperlebar saat akan menaiki anak tangga, Satu anak tangga kulewati, kuperpanjang lagi hingga sampai ke dua anak tangga, kaku rasanya paha ini. Aku melihat jam yang berada ditanganku, saat ini waktu menunjukkan pukul 07.15 WIB.

“Aduh, aku telat lagi ini?” Gumamku dalam hati.

Tujuanku adalah untuk kelantai 3 dan ini baru dilantai 2. Aku mempercepat langkahku dan berlari-lari kecil menaiki anak tangga terakhir untuk menuju kelantai 3. Sesampainya didepan ruangan kelas, sebelum masuk kedalam aku merapikan baju dan mengatur nafasku yang tidak beraturan ini.

Aku masuk kedalam ruangan dan melihat kearah sekitar ternyata kursinya sudah terisi penuh, lalu aku melihat kearah Dosen dan mengangguk mrminta maaf karena telat. Salah satu temanku melambaikan tangan dan memberikan isyarat menyuruhku untuk duduk disebelahnya, karena kursinya yang memang masih kosong dan temanku hanya menggelengkan kepalanya.

“Telat, aja terus?” Kata temanku ketus, aku hanya memberi respon cengerin kuda yang manis.

Mata Kuliah pagi ini mengenai Teknik Pantai. Dosen Teknik Pantai adalah Dosen paling sabar yang pernah kukenal selama kuliah hingga semester 4 ini. Pak Dosen yang sedang menjelaskan materinya didepan kelas, seolah olah tidak didengarkan oleh mahasiswanya karena memang Pak Dosen seperti berbicara sendiri didepan kelas.

Ampun Pak... Maklumlah sebagian besar kelas ini penghuninya adalah laki-laki dan perempuannya bisa dihitung jari. Hanya ada 6 orang perempuan dan sisanya adalah 36 laki-laki lebah, berisiknya bukan main.

Mereka semua ada yang sedang bermain Ponsel, berbicara sendiri dengan temannya, ada yang sok pura-pura mendengarkan, ada yang memang benar-benar mendengarkan, baca novel.

Dan, Apa yang kulakukan? Untuk menghilangkan rasa kantukku dipagi hari karena harus mengikuti kelas pagi ini.

Taraaa.... bermain ABC 5 dasar permainan anak SD jaman dulu untuk menghilangkan rasa bosan. Aku adalah salah satu atlet jari terbaik dikelasku dalam kompetisi permainan ABC lima dasar ini.

“Lin, dini, ayuhh? Mana jarinya?”  kata temanku kepada kita berdua dari arah belakang.

Dini teman sekelasku sudah menyiapkan jarinya, bersiap untuk melanjutkan permainan sambil tetap melihat kedepan karena kita berdua duduk dibangku baris kedua.

“Iyaa,, bentar. Liat itu Pak Abdul?” Jawabku dan aku belum berani untuk menoleh kearah belakang karena aku merasa Pak Abdul sedang mengawasi kami bermain, setelah Pak Abdul melihat kearah Laptopnya lagi dan menerangkan Mata Kuliahnya. Akupun sudah siap untuk bermain.

Aku menyodorkan tanganku kebelakang dan memberikan aba-aba.

“ABC 5 Dasar.” serempak lima orang yang ikut permainan itu membuka jarinya masing-masing dan memberikan angka yang berfariasi ada yang angka 2, angka 4 dan salah satu dari mereka menghitung dan yang dimainkan adalah nama-nama hewan. Ternyata yang keluar adalah huruf “K”.

“Kodok. “ Aku menjawab dengan cepat.

Dini temanku menyawab. “Kuda.” Dengan cepat.

Aku dan Dini sudah merasa diatas angin karena bisa menjawab ketika teman-temanku sedang memikirkan jawabannya yang lain. Ternyata tinggal satu yang tidak bisa menjawab. Hukuman bagi yang tidak bisa menjawab adalah Dahinya diselentik.

“1...2...3” Kita serempak menghitung dengan suara yang sangat pelan hampir bisa dikatakan kita seperti sedang berbisik.

“4...5...6...”  Deni yang dibawah tekanan tidak bisa menjawab kata selanjutnya, wajahnya terihat sangat panik dan sampai dihitungan kesepeluh.

“Awwww,,,” Deni hanya bisa meringis kesakitan tanpa bisa menjerit. 

Tanpa sadar kita tertawa agak keras karena melihat ekspresi Deni yang kesakitan. Sampai sampai Pak Abdul mendengarnya. Kita buru buru memperbaiki posisi duduk kami. Pak Abdul hanya melihat dan kembali melanjutkan penjelasannya dan kita hanya tertawa.

Tidak lama setelah itu Mata kuliah untuk Teknik Pantai selesai.

“Main kekostku yuhh,,, Mata Kuliahnya Bu Wati kosong lho?” Tanya Dini kepadaku. Aku sedang membereskan buku-buku setelah kuliah selesai.

“Enggak din,,, aku mau pulang kekost dulu. Nanti sorean gimana?” Aku sedikit menawar karena hari ini aku ingin melanjutkan tidurku yang tertunda tadi malam karena harus kuliah pagi.

“Iyaa sudahh. Nanti Sore iyaa?” Kata dini

“Siapp bosss,,,” Aku hanya bisa tersenyum dan lega karena dini tidak memaksa seperti biasanya.

Aku dan dini keluar bersama dari kelas dan sesampainya didepan gedung Fakultas ternyata matahari sudah mulai tinggi dan panasnya pun menyengat. Aku dan Dini berpisah karena kita tidak tinggal bersama dalam satu kost.

Aku berjalan sendiri menyusuri jalan yang mulai terlihat ramai oleh banyaknya Mahasiswa yang akan menghadiri kuliahnya. Didepan Gerbangpun banyak sekali Mahasiswa yang keluar-masuk. Ada yang berjalan

kaki, ada yang menggunakan sepeda kayuh dan mengendarai motor dan mereka pun sudah  berpakaian rapi. Saat itu aku tidak langsung pulang kekost, aku mampir kesebuah minimarket untuk membeli jajan. Setelah selesai membeli jajanan aku langsung menuju kost’an. Aku harus berjalan kaki lagi untuk menuju kost yang jaraknya lumayan cukup jauh.

“Tumben jam segini udah pulang.” Tanya salah satu mba-mba penghuni kost yang melihat aku duduk didepan kamar dan belum masuk kedalam.

“Iyaa mba,, udah enggak ada kuliah lagi?” Jawabku.

“Mba mau kuliah iyaa?” Lanjut ku bertanya.

“Iya,,,” Jawab mba kost singkat dan pergi berlalu setelah membuka pintu gerbang Kost yang tertutup.

Ketika membuka pintu kamar udara dingin menyambut. Bungkusan Plastik dan tas gendong kuletakan disembarang tempat, kurebahkan badan untuk membuat tubuh ini sedikit rileks.

“Hahh,,, Nyamannya?” Ketika Aku akan mulai memejamkan mata dan sedikit lagi akan tertidur,  tiba-tiba saja ponsel yang berada ditas bergetar sangat keras dan berulang-ulang.

Aku memaksakan diri untuk bangkit dari tidurku dan mengambil ponsel ditas dengan malas. Tanpa melihat layar ponsel langsung kuangkat teleponnya.

“Hallo,,” Suaraku lemas.

"Hei, halo sayang?" Jawab suara telepon diujung sana.

“Lagi tidur iyaa?” Lanjutnya.

Aku diam sejenak dan melihat layar ponsel, aku sedikit terkejut karena yang menghubungiku adalah orang yang sedang kunantikan teleponnya.

“Hallo,,, Mas Hendra.” Jawabku bersemangat dan memperbaiki posisi duduk.

“Kamu ini kebiasaan iyaa? Lagi tidur iyaa?”

Tanyanya lagi.

"Enggak kok..." Jawabku sambil tertawa. “Gimana kabar Mas Hendra lama enggak

ketemu.”

“Kenapa Kangen iya?” Godanya.

“Sudah hampir 3 minggu ini kan kita tidak bertemu?” Aku hanya diam mendengarkan Mas Hendra bicara hanya anggukan kepala saja yang aku bisa lakukan entah Mas Hendra tahu atau tidak.

“Jadi kapan kita bisa bertemu?” Kata Mas Hendra.

“Apa? Ketemu? kapan?” Jawabku yang sedikit tidak percaya.

“Mas Hendra sudah enggak sibuk?” belum sempat Mas Hendra menjawab aku langsung bertanya lagi. “Mau ketemu dimana? Aku sabtu ini enggak ada acara mas, Mas dimana sekarang?” Mas Hendra hanya mendengarkan dan tertawa tidak berhenti.

“Terserah kamu, kapan kita bisa bertemu. Sabtu ini iya tidak apa-apa?"

“Ok,, Sabtu ini aku setuju.”

Dan sambungan telepon pun terputus. Aku  tertawa senang karena akan bisa bertemu dengan Mas Hendra kekasihku setelah sekian lama tidak bertemu.

***

Sabtu sore yang cerah rencana kitapun terlaksana. Hari ini adalah hari keberuntunganku karena aku bisa berjalan-jalan dengannnya.

Aku dan Mas Hendra tidak bertemu hampir 3 minggu karena memang kami berdua yang benar-benar sangat sibuk dengan urusan kami masing-masing. Mas Hendra sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan kuliahku dan segala kegiatan yang ada.

Rencana Sore ini aku meminta kepada Mas Hendra untuk berjalan-jalan ketempat  yang tidak terlalu ramai dan jaraknya tidak jauh dari tempatku saat ini tinggal. Mas Hendra pun mengajak ku ketempat didataran tinggi yang dapat melihat seluruh kota ini. Orang menyebutnya “Bukit Bintang”. Tempat ini sungguh indah jika malam datang itupun kalau tidak hujan dan mendung. Jika cuacanya cerah pasti pemandangannnya akan bagus. Kita bisa melihat hamparan lampu yang berkelap kelip seperti taburan bintang yang berada dilangit.

“Liana?” Aku melihat kearah orang yang memanggilku dan Aku pun tersenyum. “Ini,,” memberikan sebotol minuman kepada ku.

“Makasih iyaa, Mas?” Jawabku senang dan Mas Hendra pun langsung tersenyum.

Mas Hendra duduk disebelah ku dan kita pun melihat pemandangan yang sangat indah bersama.

“Lihat?” Mas Hendra menunjuk Matahari yang akan tenggelam. “Indah iyaa.” Lanjutnya.

“Memang matahari disore ini sangat indah mas, Lihat itu?” Aku menunjukkan Langit yang mulai terlihat berwarna jingga itu. “Indahkan?” Aku dan Mas Hendra tertawa bersama.

“Kenapa? Sepertinya kamu tidak senang bertemu denganku?” godanya.

“Siapa, siapa yang bilang. Aku senang kok,” Jawabku cepat. Mana mungkin aku tidak senang. Kita tidak bertemu hampir 3 minggu dan baru bisa ketemu sekarang, kesempatan yang langka.” Aku menjelaskan panjang lebar.

“Ohh,,, Begitu. Oya,, Bagaimana dengan Nia? Apakah dia sudah menghubungi mu?”

Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Mas Hendra yang tiba-tiba menanyakan Nia sahabatku itu. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tidak tahu harus mengatakan apa.

“Tidak apa-apa? Aku yakin suatu hari nanti Nia akan kembali padamu Lin.” Mas Hendra mencoba meyakinkanku.

Inilah yang membuatku selalu memikirkan sahabatku ini. Dalam hati Aku selalu bertanya-tanya. Apakah sejak kejadian 2 tahun yang lalu Nia belum bisa memaafkanku? Apakah dia masih marah padaku? atau Nia sudah melupakanku? Selama 2 tahun ini aku selalu mencoba menghubungi Nia. Aku selalu mengirim pesan baik online atau menghubungi secara langsung dan selalu bertanya keberadaan Nia karena Nia bukanlah seseorang yang bertempat tinggal disatu tempat dalam jangka waktu yang lama.

***

Aku dan Nia bersahabat sejak kecil dari kita duduk dibangku SMP. Kenangan ketika masih bersama pun terlintas kembali dipikiranku. Aku membuka-buka Album foto kenangan kita berdua. Dari semasa SMP hingga sekarang.

Aku pun merasa sedih jika mengingat Nia, tidak terasa tiba-tiba air mataku menetes. Aku menangis,  kenapa jadi seperti ini, kenapa ini semua terjadi padaku dan kenapa Nia harus bersikap seperti ini. Andai saja kejadian itu tidak terjadi pasti aku dan Nia masih bersahabat hingga sekarang dan antara Aku, Kamu dan Dia masih bisa bersahabat untuk selamanya.

Kisahpun baru dimulai

🌳🌳🌳

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

Ceritanya seru kak 👍👍👍

ijin promo ya 🐞🐞🐞

jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"

kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,

jangan lupa tinggalkan like and comment 🐞🐞🐞🙏

2021-01-05

0

Priska Anita

Priska Anita

Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜

2020-08-11

0

🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀

🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀

Kalo ngomongin pantai, aku jadi keingat Lary di Spongebob.. 😳

Hmm.. 🤔 apa masalah Nia ada hubungannya dengan Lin dan Hendra? Cinta segi tiga kah? 🤔 Woah, aku suka cinta segi kotak.. 😳 tapi aku lebih suka jatuh cinta disambut cinta.. 😳

2020-06-26

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!