BAB 4 UJIAN KELULUSAN SMP

Tidak terasa kini aku sudah duduk dibangku SMP kelas IX dan sebentar lagi aku akan duduk dibangku SMA. Dan tidak terasa juga aku dan Nia pun sudah menjadi sahabat selama satu tahun ini. Bisa dikatakan dari semua teman-teman yang ku kenal, aku lebih merasa nyaman jika berada didekat Nia.

Semua cerita tentangku dan curahan hatiku Nia selalu mendengarkannya dengan baik. Orang tua ku sangat mengenal Nia apalagi Kakak laki-laki ku sangat senang jika Nia bermain kerumah karena mereka berdua suka bermain basket bersama dilapangan dan jika Nia bertemu dengan Mas Arif pasti aku dilupakan begitu saja.

Hobi Nia adalah nge-Band, bermain basket hanya hiburan. Meskipun masih SMP Nia bermain alat musik gitarnya patut diacungi jempol. Dia bisa sangat Lihai dalam bermai gitar. Tetapi selama aku mengenal Nia, Aku belum pernah bertemu dengan orang tua Nia meskipun aku sering kerumahnya dan tidur dirumahnya yang sering aku temui adalah kakak laki-laki Nia.

Untuk masalah orang tua Nia aku tidak berani bertanya banyak karena itu adalah hal sensitif  biarlah jika Nia sudah siap cerita denganku pasti dia akan menceritakannya padaku meskipun aku belum bertanya.

***

Ujian untuk kelulusan pun akan dilaksanakan 1 bulan lagi. Aku dan Nia sudah disibukkan dengan segala urusan yang berhubungan UNAS yang biasanya kita setiap hari minggu digunakan untuk bermain, berjalan-jalan dan berfoto-foto rasanya tidak pernah lagi. Aku disibukkan dengan belajar kelompok dan persiapan Try Out jika ada waktu luang dengan Nia, Aku selalu mengajaknya untuk belajar bersama. Kadang Nia tidak mau aku ajak untuk belajar bersama, tapi dengan sedikit ancaman akhirnya dia mau juga belajar.

Aku yang tadinya aktif di PMR sekarang tidak lagi dan Nia yang memang suka nge-band aku menyuruhnya untuk mengurangi kegiatannya. Bukan melarang Nia untuk ngeband hanya sekedar meminta untuk mengurangi kegiatannya, supaya Nia fokus untuk belajar.

Pulang sekolah aku bermain kerumah Nia dengan harapan  akan mengajaknya untuk belajar bersama. Aku melihat Mas Alif kakaknya Nia sedang bermain-main dengan Mobilnya. Belum sampai kakiku menginjak lantai dalam rumah Nia. Dari arah luar tepatnya saat ini aku ada diteras rumahnya, aku mendengar ada suara alat musik yang tidak tahu alirannya apa sedang berbunyi dilantai 2.

“Mas Alif,,, main lagi iya?” Tanyaku kepada Mas Alif.

“iyaa itu Lin,, dibilangin bentar lagi ujian. malah mainan kayak gitu.” Jawab Mas Alif  agak kesal.

“Lahhh,,, biarin lah mas. Terserah dia mau belajar atau tidak.” Suaraku agak aku keraskan karena aku mendengar suara musik berhenti dan terdengar suara langkah kaki yang sedang menuruni anak tangga pelan-pelan dan ada kepala yang mengintip dari balik dinding tangga.

“Mungkin Nia.” batinku.

“Tohh,, yang rugi nantinya dia.” Mas Alif melihat kearahku dan aku menunjukannya dengan kepalaku dan Mas Alif tersenyum.

“Mau lulus, mau tidak. memang apa urusannya denganku. Aku bukan temannya apa iya mas?” Lanjutku dengan suara yang lebih kencang.

“Iyaa,,, sudah kamu pulang saja Lin. Maafkan adikku iyaa?” sahut Mas Alif sambil tertawa.

“Ok... aku pulang mas, Katakan padanya jangan menemui ku lagi.” Kataku sambil menahan tawa.

Aku pun pergi dari rumah Nia. Aku tidak benar-benar pergi, aku bersembunyi dibalik pintu depan dan melihat Nia berlari menuruni anak tangga diikuti oleh beberapa temannya yang mungkin mereka akan pulang.

“Mas, Liana dimana?” Tanya Nia cemas.

“Sudah pergi,, “ Jawab Mas alif acuh.

“Nia, Kita pulang dulu iya.” Kata salah satu temannya dan Niapun hanya menganggukan kepalanya.

Aku melihat teman-teman Nia keluar dari pintu masuk. Salah satu teman laki-laki Nia melihatku bersembunyi dibalik pintu, dia ingin memanggil Nia tapi aku menyuruhnya untuk diam. Dia hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum padaku lalu pergi. Kudengar suara sepeda motor satu persatu pergi meninggalkan rumah Nia.

“Apa yang harus aku lakukan, Mas?” Tanya Nia. Belum sempat kakaknya menjawab dia langsung berlari menuju keluar rumah dan mencari-cariku.

Nia berlari kesana kemari dan aku hanya mengikutinya dari belakang. Nia terlihat lelah karena berlari mencariku. Aku belum sempat bersembunyi ketika Nia tiba-tiba membalikkan badannya kearah belakang dan melihat aku berada dibelakangnya. aku sedikit terkejut tapi aku mencoba untuk tetap tenang.

“Gimana? Puas? Jadi orang nyebeli sih?” Aku mengatakan itu semua. Nia berjalan mendekatiku.

“Makanya jadi orang yang bisa dibilangin, buat kebaikan sendiri kok.” Lanjutku dan Nia sudah dekat dengan ku. Tiba-tiba saja Nia memelukku dengan sangat erat.

“Maafin aku, Jangan gini lagi iya?” Kata Nia, aku bisa merasakan nafas Nia yang tidak beraturan dan akupun mengangguk mengiyakan. Aku dan Nia berjalan berdua menuju rumah Nia dan aku mengatakan kata-kata yang tadi kuucapkan dan Nia hanya berkata “iya dan iya”.

***

Hari ini Ujian Nasional akan dilaksanakan. Pagi ini aku merasa sedikit tegang. Berulang kali menarik nafas dalam. Aku mencoba menghilangkan keteganganku dan mulai bersiap untuk merapikan penampilanku. Melihat Nia yang belum siap dan sama sekali belum bersiap. Aku mencoba untuk membantu Nia merapikan penampilannya. Menyisir rambut pendeknya. Kalau disisir rambutnya Nia hanya diam saja. Kebiasaan Setiap pagi setelah aku mengenal Nia ketika akan pergi kesekolah, kalau aku tidur dirumah Nia atau Nia yang tidur dirumahku aku selalu menyisir rambutnya dan memberikan sedikit penyemprot rambut supaya terlihat rapi bukan Hair spray hanya penyemprot rambut biasa.

“Kasih jepit iya, Satu aja?” Kata ku yang menunjukkan kepada Nia jepit rambut yang akan aku berikan.

“Enggak mau.” Kata Nia menolak dengan tegas.

“Bedak deh... dikit.” Kataku semakin menggoda Nia.

“Berani kamu kasih, awas kamu.” Ancam Nia padaku.

Aku hanya tertawa melihat Nia bersikap seperti itu dan kita pun berangkat bersama dari rumahku. Nia mengantar ku sampai depan sekolah.

“Sukses iya ujiannya.” Nia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Sebelum Nia pergi aku membenarkan reseleting jaketnya yang terbuka.

Ujian dilaksanakan selama tiga hari. Hari pertama hingga hari ketiga aku lalui ujian dengan tenang dan berharap yang terbaik dan setelah Ujian ini selesai kita masih diharuskan mengikuti Ujian Sekolah. Tinggal menunggu pengumuman Kelulusan saja.

***

Tidak lama kemudian pengumuman kelulusan pun diumumkan. Aku merasa sangat senang ketika aku dinyatakan LULUS dari SMP ini dan aku langsung menghubungi Nia.

“Niaa,,, aku LULUS.”teriakku kencang. “Gimana sama kamu?”

“Jangan keras-keras teriaknya..." Nia tidak melanjutkan kata-katanya.

“Kenapa Nia? Jangan bilang kalau kamu?“ Tanyaku cemas.

“Iyaa,,, Tidak mungkin,,, Aku LULUS, Lin?” Kata Nia tidak kalah kencang.

“Aku tahu itu,,, “ Jawab kita bersamaan dan kita berduapun saling tertawa bersamaan diujung telepon sana.

Inilah yang dinamakan Bahagia. Melihat orang tua ku senang, kakakku senang dan yang terpenting aku pun mempunyai sahabat yang sangat mengerti aku.

Aku dan Nia saling berpelukan ketika kami berdua bertemu dan memberikan ucapan selamat.

🌳🌳🌳

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!