BAB 16 KISAH MASA LALU 1

Sejak Ujian selesai, aku tak bisa menghubungi Nia untuk 2 hari terakhir. Aku ingin menceritakan bagaimana perasaanku selama ujian bisa duduk dengan Mas Imam.

Tapi Nia tak mengangkat teleponnya. Aku ingin menanyakan keadaan dan keberadaannya tetapi Nia tidak mengangkat telepon ku meskipun Nada deringnya aktif.

Aku mengira Nia sedang sibuk bermain band dan bermain basket dengan teman-temannya dan aku ingin kerumahnya tapi aku tak berani mengganggu Nia lebih dari ini. Jadi kubiarkan Nia bersenang-senang dengan temannya.

Tapi ketika aku pulang sekolah. Disepanjang perjalanan menggunakan Bis perasaanku sedikit tidak enak, Sekali lagi ku beranikan diri untuk mencoba menghubungi Nia tetapi Operator yang berbicara padaku.

“Sekarang Hpnya yang enggak aktif.” Batinku sedikit sebal.

Sampai dirumah aku langsung membersihkan badanku ini, Aku berencana akan tidur sore ini karena badanku terasa lelah. Sebelum aku memejamkan Mata, aku mencoba menghubungi Nia kembali tetapi tetap tidak ada jawaban darinya, Aku mulai sedikit mencemaskannya.

”tidak biasanya dia seperti ini.” Batinku. Aku melempar ponselku kesembarang arah dan aku meregangkan badanku. Dan mencoba menepis semua kecemasanku dan mencoba memejamkan kedua mataku dan ketika aku akan tertidur tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku berharap itu Nia yang meleponku.

"Sial, hp dimana lagi?" Teriakku sebal pada diriku. Aku mencari-cari ponselku yang tadi ku buang. Ternyata ada disela-sela guling. Aku melihat dilayar ponsel ternyata yang menelepon bukan Nia tetapi Mas Indra.

“Hallo kamu dimana, Lin?” Tanya Mas Indra. Suara diujung telepon sana terdengar berisik.

“Ada Apa Mas?” Tanyaku padanya sedikit mengeraskan suaraku.

“Cepat Ke Kafe Golden, Niaaaa,,,” Kata Mas Indra dengan suara keras.

“Ada Apa dengan Nia, Mas?” Tanyaku sedikit panik.

“Nia,,, Mabukk, Lin. Telerrr,,,,” Kata Mas Indra. Aku terkejut mendengarnya dan bingung harus mengatakan apa pada Mas Indra.  “Cepat iya kesini, nanti alamatnya aku kirim.” Lanjut Mas Indra

“Ahhh,,, I..Iya, Mas.” Kataku menutup telepon dari Mas Indra.

Tanpa berpikir panjang aku langsung mengeluarkan sepeda motorku dan memanasinya.

“Mau kemana, Lin?” Tanya mamaku yang melihat aku sedang memanaskan motor dan berusaha mengeluarkannya dari dalam Garasi.

“Udah hampir gelap ini.” Katanya lagi.

“Keluar bentar, Mah. Mau ketempat Nia. Penting!!!” Kataku.

Aku buru-buru menancap gas sepeda motorku dan menembus jalanan yang sudah mulai ramai dengan kendaraan pribadi yang membawa kendaraannya sangat cepat.

Paling sebal adalah ketika terkena lampu merah disaat sedang terburu-buru. Aku melihat ponselku, Ada SMS dari Mas Indra yang memberikan Alamat Cafe itu karena sama sekali aku belum pernah kesana.

Aku mulai mencemaskan Nia dan bertanya-tanya dalam diriku “Ada apa dengan Nia? Kenapa Dia seperti ini? biasanya tidak.”

Aku sedikit kesusahan untuk menemukan alamat cafe Golden, Aku harus bertanya berkali-kali pada setiap orang yang aku temui dan hari sudah mulai gelap. Akhirnya aku menemukan Cafe Golden itu yang berada di salah satu tempat berjejer dengan restaurant dan tempat karaoke. Letaknya agak diujung.

“Pantes, dicari susah. Lha mojok gini.” gumamku.

Aku segera masuk dan didepan pintu masuk aku dicegat oleh Dua petugas dan menyuruhku untuk memperlihatkan KTP. Aku tidak mengerti kenapa harus menunjukkan kartu identitas diri. Tapi yang aku punya hanya Kartu pelajar saat itu, karena aku tidak mau berurusan panjang dengan kedua orang ini, aku menyerahkan Kartu pelajar. Mereka berdua terlihat senyum mengejek dan mereka bersiap untuk mengusirku karena aku masih dibawah umur. Sebelum Kedua petugas ini mengatakan sesuatu tiba-tiba Mas Indra berlari kearah pintu.

“Hei, Lin?" Teriak Mas Indra. "Kenapa lama sekali?” Kata Mas Indra. Aku mencoba berlari kearah Mas Indra tapi petugas ini menghalangiku. Aku melihat mereka dan mendengus sebal.

Sebenarnya Aku panik. Pikiranku sudah kemana-kemana tentang keadaan Nia.

“Kamu tenang dulu iyaa,,” Kata Mas Indra yang melihatku dan memegang kedua pundakku. Mas Indra melihat kedua petugas penjaga itu. “Dia tamuku.” Kata Mas Indra mengambil Kartu pelajar ku dari tangan salah satu petugas itu lalu menyerahkannya padaku.

Aku dan Mas Indra masuk kedalam dan melewati Lorong-lorong yang temaram. Bukan, temaram tapi gelap, Suara musiknya sangat keras. Aku tertegun melihat pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Dikanan Kiri lorong-lorong, aku melihat wanita wanita yang cantik berpakaian sangat Mini dan memegang rokok ditangannya. Disebelah Wanita-wanita itu ada seorang laki-laki yang sedang menggerayangi tubuh wanita.

“Ssst jangan diliat,,,” Kata Mas Indra yang menutup Mataku dan menarik tanganku. “Itu Nia, Lin?” Kata Mas Indra yang menunjukkan Nia padaku.

Hal ini membuat ku benar-benar terkejut, Aku melihat Nia yang tertawa-tawa tidak jelas seperti orang tidak sadarkan diri dan Nia dikeliling Wanita-wanita cantik. Aku melihat Nia  sedang memegang segelas minuman yang aku yakin itu adalah Alkohol. Aku berlari kearah Nia dan mendekatinya.

“Nia?” Kataku sedikit berteriak. Nia hanya melihatku dan berpaling dariku. Aku tidak mau menyerah, Aku menembus wanita-wanita yang sedang mengelilingi Nia dan wanita itu hanya melihatku heran.

“Apa? Liat-liat?” batinku tidak senang.

“Ayo pulang?” Kataku membentak. Nia tetap tidak melihatku dan Nia malah asik bercanda dengan Wanita-wanita itu dan mengobrol dengan teman-temannya.

“Niaa,,, Ayooo pulang?” Aku menarik tangan Nia dan menyuruhnya untuk berdiri. Nia melihatku dan dia mau untuk berdiri, tapi ketika Nia berdiri dia tidak bisa seimbang. Nia doyong secepat mungkin aku memegang Nia dan menahannya supaya tidak terjatuh. Nia tertawa melihat wajah ku yang cemas ini dengan keadaanya.

“Apa? Apanya yang lucu?” Tanyaku. “Aku menghawatirkanmu, Ni?” Nia hanya diam saja dan semua orang yang ada disitu melihatku dengan Nia. Mas Indra pun juga ikut melihat, tapi tak mendekat.

Sekali lagi aku menarik tangan Nia dan Nia melepaskan tanganku dengan kasar dan pergi meninggalkan ku.

“Kamu kenapa sih?” Aku berteriak.  “Kalau ada masalah cerita padaku? jangan kayak gini cara-caranya? Mabuk-mabukan enggak jelas?” Nia tetap berjalan menjauhi ku.

“Niaaaa,,,, Ikut denganku pulang atau aku akan pergi.” Kataku berteriak sekali lagi. Nia tetap berjalan. “Baik, Baik kalau gituu,,, Aku akan pergi dari sini dan Ingat jangan temui aku lagi?” Kata ku mengancam Nia, tetapi Nia tetap pergi meninggalkanku dan Akupun sama, Aku meninggalkan Nia. Mas Indra melihatku akan pergi dan Mas Indra berusaha menghalangiku dan menyuruhku jangan pergi tapi aku tetap pergi.

Dua petugas tadi membuka pintu untukku. Mereka melihatku heran, karena Mukakku yang mengeras dan bibir ku yang manyun. Sebelum aku benar-benar keluar dari tempat itu, sekali lagi kulihat jauh kedalam berharap Nia mengikuti. Tapi nyatanya tidak, kuhentakkan kakiku dan berjalan keluar dari Cafe Golden yang menyebalkan.

“Ihhh,,, sebal.” Kataku sambil berjalan keluar dari tempat menyebalkan. “Kalau tahu akan begini? Aku enggak akan ketempat ini!! Buat apa aku menjemput Nia, Kalau akhirnya Nia enggak mau ikut pulang. Enggak tahu apa kalau aku Khawatir padanya. Maksudnya apa?” Kataku kesal.

Aku sudah berada jauh dari cafe itu dan akan menuju ke tempat parkiran, Tiba-tiba saja hujan turun, Karena tanpa persiapan, Aku tidak siap menerima hujan itu, Aku bingung harus berteduh dimana karena sepanjang yang aku lihat tempat parkiran ini tidak beratap. Aku mencari tempat untuk berteduh.

“Ahhhhh,,,, Sialllll,,,, Awas,,,, Kamuu,,,...” Kataku berteriak kesal. Aku merasakan hujan sepertinya tidak lagi turun membasahi tubuhku. Aku melihat keatas dan menoleh kearah orang melindungiku dengan payung.

“Kamu siapa?” Kata orang yang disebelahku dan Aku hanya melihatnya dengan sebal. “Kok berhenti mengumpatnya?” Katanya sambil tersenyum.

“Ngapain kamu disini?” Kataku yang masih sebal denganya. “Bukannya didalam enak, Ni. Bisa minum-minum seperti itu.” Kataku.

“Katanya tadi ada yang menyuruhku untuk pulang.” Kata Nia tersenyum padaku dengan memasang wajah yang tidak bersalah.

“Telatt,,, Aku mau pulang sendiri.” Kataku yang akan meninggalkan Nia tetapi Nia memeluk dari belakang dengan satu tangannya yang bebas.

“Aku ikut denganmu pulang iya?” Katanya. “Kepala ku pusing, aku tidak bisa membawa Sepeda Motorku pulang sendiri.” Katanya.

“Baiklah, Aku mau pulang dengannmu. Tapi awas,,,” Aku tidak melanjutkan perkataan ku.

Akhirnya Nia dan aku berjalan bersama dibawah derasnya Hujan yang turun pada malam itu. “Jalannya yang bener,,,” Kataku yang berusaha membantu Nia berjalan. Nia berjalan tidak bisa seimbang karena pengaruh alkoholnya masih

ada.

“Iyaa,,, Ini kan udah bener.” Kata Nia,

“Sepeda motormu dimana? Oya Lin, kita berteduh dulu gimana? Kamu Lapar? Apa kita makan dulu?” Nia berbicara banyak sekali malam itu. Aku hanya mendengarkan Nia tanpa bicara banyak.

***

“Mas Alif,,, Kita pulang?” Kataku berteriak dari luar. Aku sedang kesusahan memapah Nia yang jalannya tidak karauan ini. Mas Alif yang melihat Nia seperti ini langsung menolongku yang kesusahan membawanya. Mas Alif langsung menggendong Nia di Punggungnya dan Mas Alif menyuruhku untuk mengambil air panas.

“Alif? Ada apa dengan, Nia?” Kata seorang Wanita yang keluar dari kamar tamu dan melihat Nia dengan cemas. Aku hanya melihat Wanita itu dengan bingung dan terlihat asing untukku. Tubuhnya begitu kurus dan pucat, Tapi penampilannya begitu modis.

“Tunggu, disini. Jangan ikut naik.” Kata Mas Alif dingin. “Lin, ayo. Air hangat jangan lupa.” Kata Mas Alif yang tidak terlihat tidak seperti biasanya. Aku pergi kedapur dan mengambil air lewat dispenser supaya cepat. Aku melihat Wanita setengah baya itu sedang mondar-mandir diruang tamu. Mukanya terlihat cemas.

Aku berjalan menaiki tangga untuk kekamar Nia dan Aku mencuri pandang melihat Wanita setengah baya itu.

“Lin, rawat Nia iya?” Kata Mas Alif yang sudah meletakkan Nia diatas Kasur. Aku duduk disamping Nia dan mengelap wajah Nia yang kusut. Aku hanya mengangguk pada Mas Alif.

“Nia,, Kenapa kamu bisa seperti ini?” Kata Mas Alif yang bertanya pada Nia yang sedang tertidur dengan nada cemas

“Mas,, Maaf aku mau tanya? Wanitaaa,,,”

“Itu,, Ibu kami, Lin?” Kata Mas Alif sebelum meninggalkan Aku dan Nia dikamar. Aku tertegun mendengar kata-kata itu dan melihat Nia kasihan.

“Ni,,, Maaf iya? Aku tidak tahu.” gumamku.

Aku menyeka tubuh Nia dan mengganti pakaiannya dengan yang bersih. Aku memberikan Lotion ketangan dan Kaki Nia lalu menyisir rambut Nia dan memberikan bando padanya lalu memberikan pelembab kewajahnya sama seperti setiap pagi yang aku lakukan pada Nia ketika akan berangkat sekolah. Perasaanku saat ini ketika melihat Nia adalah campur aduk. Aku tahu bagaimana perasaan Nia saat ini, tapi yang aku tidak tahu sejak kapan Nia mengenal minuman-minuman keras.

Selama aku berteman dengannya, aku tidak pernah sama sekali melihat Nia bersentuhan dengan hal-lah seperti itu. Bayanganku tentang hal buruk segera aku tepis, aku memutuskan untuk turun mengambil air minum untuk Nia. Ketika sampai dibawah aku melihat Mas Alif dengan Wanita itu berbicara sangat serius. Aku melihat Wanita itu sampai meneteskan Air matanya, aku ragu melangkahkan kaki untuk turun kebawah tapi terlambat wanita itu melihatku.

“Hei, Liana kan?” Tanya Wanita itu tiba-tiba dan mendekat kearahku, Aku hanya mengangguk. “Saya ini.....”

“Gimana keadaan Nia, Lin?” Kata Mas Alif memotong.

“Owhhh,,, baik. Mas? Dia lagi tidur sekarang?” Kataku.

“Boleh saya masuk, Lin?” Tanya Wanita itu.

“Sebaiknya, Ibu jangan masuk dulu. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk menimpa Nia lagi.” Kata Mas Alif dengan wajah datar. “Ibu, ku mohon bisa mengerti.” Kata Mas Alif meninggalkan kami berdua keatas. Tinggal aku berdua dengan wanita ini.

Aku bingung harus melakukan apa pada wanita yang sedang terisak ini dihadapanku. Aku jadi teringat ibuku yang dulu meninggalkan ku ketika aku masih kecil dan dengannya kasarnya memintaku dan kakakku kembali kepadanya dan menyuruhku untuk meninggalkan Ayahku. Aku tahu benar bagaimana perasaan Nia.

Aku tersadar dari lamunanku lalu aku kembali lagi menatapnya.

“Tante,  mau saya buatkan teh ?” kataku.

“Tante duduk aja dulu.” Aku memapah Wanita itu untuk duduk.

Aku membuatkan teh untuknya dan memberikan teh itu. Aku tidak duduk disebelahnya tetapi aku duduk didepannya dan memandangnya Iba.

“Liana, temannya Nia?” Tanya Wanita itu yang sudah terlihat agak membaik. Aku hanya menganggukkan kepala. “Liana,  boleh memanggil Tante Ami, Kalau liana mau?” Lanjutnya dan dia tersenyum padaku. Aku hanya diam saja. “Lin, pasti sudah tahu tentang keadaan Nia dan....”

“Kenapa tante meninggalkan Nia?” Tanyaku memotong kalimat Tante Ami.

Aku menatapnya tajam dan yang aku lihat senyum diwajah tante Ami seketika itu hilang dan berubah pucat. “Iyaa,, kenapa Tante meninggalkan Nia dan Mas Alif?” Tanyaku lagi. Tante Ami hanya tersenyum.

“Ceritanya panjang Liana. kenapa tante meninggalkan mereka berdua?” Katanya yang sedikit bersedih.

“Dan apakah tante sekarang ingin membawa Nia pergi?” Kataku. “Saya tahu bagaimana perasaan Nia tante. Karena saya dan Nia sama, Sayapun pernah mengalami hal seperti ini, ketika tiba-tiba orang yang tidak ingin dilihat hadir kembali dan ingin membawa pergi.” Kataku yang mulai kesal. Wajah Tante Ami kembali pucat. “Tante, Apa tidak pernah tahu bagaimana perasaan Nia? setelah tante pergi meninggalkannya dan tidak menginginkan Nia?”.

“Iyaa,, Tante tahu, tante sudah bersalah pada Nia, Lin. Tapi asalkan kamu tahu tante punya alasan kenapa harus meninggalkan Nia.”

“Semua orang punya alasan tante.” Kataku singkat.

Malam yang mulai larut meninggalkan suasana yang sepi. Aku mendengarkan semua cerita yang Tante Ami ceritakan padaku yang sebelumnya Nia tidak pernah menceritakannya padaku.

“Saat itu ketika Nia masih sangat kecil tante terpaksa meninggalkan Nia. Tante saat itu dipaksa oleh kedua orang tua tante untuk bercerai dengan ayah mereka, dan tante menikah dengan pilihan orang tua tante. Saat itu umur Alif 6 tahun dan umur Nia baru 4 tahun.” Tante Ami menghela Nafas panjang mengingat-ingat kejadian masa lalu itu. “Tante meninggalkan Alif dan Nia begitu saja tanpa memeluknya dan mengatakan pada mereka bahwa tante tidak menginginkan mereka sama sekali. Tante lihat saat itu ketika Nia dan Alif mengejar mobil tante dan Ayahnya berusaha untuk menghalangi mereka, Perasaan tante saat itu hancur, Lin. Harus meninggalkan kedua anak tante yang masih kecil.” Tante Ami bercerita sambil menangis.

“Dan sekarang tante ingin membawa Mas Alif dan Nia pergi?” tanyaku.

“Lalu bagaiamana perasaan Om Lukman tante?” lanjutku. Wajah Tante Ami berubah bingung. Sepi, hanya suara jangkrik yang terdengar dari luar.

Aku tidak akan bisa menerima tentang keadaan ini. Karena kenapa Akupun pernah merasakan hal ini. Aku lebih memilih tinggal bersama Ayahku yang sudah menikah lagi dengan Wanita lain daripada hidup bersama ibu kandungku yang telah mencampakkan aku dan Kakakku begitu saja. Aku tidak suka jika anak yang sudah dibesarkan susah payah oleh ayahnya dan memberikan segalanya tiba-tiba Ibunya datang merebut kembali Anaknya dan meminta Hak anaknya yang sebenarnya tidak ada.

Ketika aku melihat tante Ami, Dia persis dengan Ibu Kandungku yang tiba-tiba saja datang dalam kehidupanku dan merusakan kehidupanku yang sebenarnya baik-baik saja.

“Tante, gimana perasaan Om Lukman jika tahu tiba-tiba tante ada dirumah ini dan tante meminta kedua anaknya yang sebenarnya tante tidak punya hak atas diri mereka.” Tanyaku lagi dan Tante Ami hanya menangis, tidak tahu apa yang harus dikatanya lagi.

“Lin?” Aku sedikit kaget mendengar ada yang memanggilku. “Nia mencarimu.” Aku melihat Mas Alif turun.

"Maaf tante saya terlalu ikut campur..." Kataku sambil berdiri dari tempat dudukku dan berjalan menaiki tangga. Mas Alif hanya mengangguk dan Tante Ami ikut berdiri.

“Mau kemana, bu?” Tanya Mas Alif. “Jangan ganggu Nia dulu.”

“Tapi, ibu Ingin bertemu dengan Nia, Lif?” Kata Tante Ami.

“Untuk saat ini jangan dulu, bu? Biarkan Nia tenang.”

Aku berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar Nia. Perasaan ku saat itu campur aduk, Entah apa yang kurasakan. Aku ingin membela Tante Ami sebagai Ibunya Nia tetapi disisi lain aku jadi teringat dengan ibuku, memang bukan hak untukku marah ataupun jengkel pada Tante Ami karena dia bukan siapa-siapa untukku. Aku membuka pintu kamar Nia dan melihat Nia tidak ada diatas Kasurnya.

“Ni,, kamu dimana?” Aku mencari Nia. “Ini aku, katanya kamu mencariku?” Aku mencari Nia disetiap sudut kamarnya dan ternyata aku melihat Nia ada di dekat jendela kamarnya dan tatapannya kosong.

“Nia...” Kataku pelan dan aku mengulurkan tanganku untuk memegang pundak Nia. “Ni,, tenang iya. Aku disini bersamamu.” Aku berusaha menenangkan Nia dan tiba-tiba saja Nia memelukku.

“Aku takut, Lin?” Suara Nia bergetar dan terasa sekali denyut jantungnya berdetak begitu cepat dan tubuh Nia gemetar. Aku tidak pernah melihat Nia seperi ini. “Apa yang harus kulakukan, Lin.” Lanjutnya. Nia melepaskan pelukkannya dan aku berusaha menuntunnya untuk kembali ketempat tidurnya.

“Bicaranya besok iya? Lebih baik kamu istirahat dulu.” Kataku sambil menarik selimut untuknya setelah sampai diatas kasur.

“Lin,,,” Kata Nia. “Jangan pergi iya? Aku enggak mau kamu ninggalin aku sendiri malam ini.” Kata Nia yang memegang tanganku erat.

“Iyaa,, Aku tahu. Aku akan disini hingga kamu tidur dan hingga mata mu terbuka kembali. Kamu tenang saja, tidak akan ada yang mengganggu mu selama aku disisi mu, Ni?” Kataku. “Kau percaya padaku kan?” Nia hanya menganggukkan kepalanya dan aku mengelus elus rambutnya hingga sampai dia benar-benar tertidur.

Malam itu aku menjaga Nia yang sedang hancur perasaannya. Aku selalu disamping Nia hingga saat Nia membuka matanya. Ketika aku sudah mulai akan memejamkan mataku karena aku sudah mulai mengantuk tiba-tibs Nia berteriak-teriak mengigau yang membuat ku takut.

“Jangan,,, Jangan bawa aku pergi,,,,, “ Nia meronta-ronta dalam igaunya Nia terlihat sekali ingin melepaskan tangan yang sedang memegangnya itu. Aku berusaha menenangkan Nia dan menyuruhnya untuk tidur kembali. Tidak lama setelah itu Nia pun akhirnya kembali tenang dan tertidur kembali. Aku sangat lega dan tiba-tiba saja air mataku menetes melihat keadaan Nia.

🌳🌳🌳

Emosional sekali

Bingung mau tulis apa?

Hahaha

*Selamat Membaca Aja iyaa...."

😅😅

busa lin

Terpopuler

Comments

Dsyy

Dsyy

Semangat kk💪💪aku kembali bawa jempol 👍😘

2020-05-17

0

I Love You😍

I Love You😍

Hai kak😋
Next up nya semangat😊
Aku udh ngendartin bomlike+rate😁
jangan lupa feedback nya dinovel aku yabg berjudul"Married To Ceo" Ditunggu😊 mari saling mendukung

2020-05-17

0

ILha Patilima

ILha Patilima

hai thor aku sudah boomlike rate sama favorit karyamu. feedback yah thor di karyaku "Saat Aku Tak Cantik Lagi"

2020-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!