Anara sudah berada di hadapan Aldi. Dia merasa takut jika sampai dia di pecat.
"Nara, ini hari pertama kamu kerja loh. Tapi kamu sudah membuat pelanggan kecewa."
Ya walaupun aku menyukaimu, tapi kalau salah ya kamu tetap bersalah," ucap Aldi dalam hati.
"Maaf, Kak. Anara sama sekali tidak tahu. Anara tidak memasukan apa pun ke makanan itu."
"Lalu kamu mau saya meyalahkan siapa? Menyalahkan Agus? Dia itu karyawan lama disini. Dan belum pernah melakukan kesalahan apa pun."
"Maaf, Kak." ucap Anara sambil menundukan pandangannya.
"Entah itu salah kamu atau bukan, tapi saya tetap kasih kamu peringatan pertama. Kalau saya memaafkan kamu begitu saja, nanti karyawan lain bisa protes."
"Baik, Kak. Sekali lagi saya minta maaf," ucap Anara.
"Kamu boleh keluar!"
"Terima kasih, Kak." Anara baru juga berbalik arah. Namun dia merasakan pusing.
Aldi melihat Anara yang sedang memegangi kepalanya.
"Kamu kenapa?" Aldi beranjak dari duduknya. Kini dia sudah berdiri di belakang Anara.
"Aku--" Baru juga akan menjawab, kini Anara sudah tak mampu menopang tubuhnya.
Aldi menopang tubuh Anara sehingga tidak terjatuh ke lantai. Dia menatap wanita yang dia cintai di dalam pelukannya.
Kamu sangat cantik, harum, dan aku menyukainya.' batin Aldi lalu dia memberanikan diri untuk mencuri ciuman dari Anara.
Aldi menggendong Anara dan menidurkannya di atas sofa panjang yang ada di ruangannya.
Kamu sering sekali pingsan sih,' gumam Aldi.
Aldi menghubungi Dokter keluarganya untuk datang dan memeriksa Anara. Setelah itu, dia keluar dari ruangannya untuk meminta Dinda membawakan air hangat.
Tok tok
Dinda mengetuk pintu ruangan itu. Dia membawa satu gelas air hangat.
"Ini Pak pesanannya," ucap Dinda sambil melangkah masuk. "Loh, Anara pingsan lagi?" Dinda terkejut saat melihat Anara berada disana.
"Iya, tapi saya sudah panggilkan Dokter. Nanti kalau sudah datang, kamu antar Dokternya ke ruangan saya."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Dinda pergi dari ruangan itu. Sebenarnya dia ingin menemani Anara, tapi kalau bukan Aldi yang menyuruhnya, dia tidak berani bicara.
Aldi mengambil minyak angin lalu mengoleskannya di hidung Anara. Terlihat Anara yang mulai mengerjapkan kedua matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah Aldi yang sedang duduk di pinggir sofa.
"Aku kenapa?" Anara memegangi kepalanya yang terasa masih pusing."
"Kamu pingsan, tapi saya sudah panggilkan Dokter kok."
"Dokter? Jangan panggil Dokter, aku tidak apa-apa kok." Anara terlihat panik. Dia tidak mau di periksa karena bisa ketahuan jika dia sedang hamil.
Aku tidak mau ketahuan dulu jika sedang hamil, setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Aku harus menutupi perutku agar tidak terlihat membuncit,' batin Anara
Aldi melihat raut wajah Anara yang terlihat panik.
"Kamu kenapa?" tanya Aldi
Baru juga Anara akan menjawab, namun tak jadi saat mendengar suara ponsel berdering.
Aldi mendengar ponselnya berdering. Ternyata itu panggilan masuk dari Dokter yang tadi dia hubungi. Aldi mengangkat panggilan telfon itu. Ternyata Dokter keluarganya tidak bisa datang karena kecelakaan di jalan. Aldi jadi merasa bersalah. Aldi akan tetap mengirimkan sejumlah uang untuk Dokter itu.
Anara merasa tenang saat tahu jika Dokter yang di hubungi oleh Aldi tidak bisa datang.
"Kamu minum dulu," kata Aldi sambil menatap gelas berisi air putih yang ada di atas meja.
"Baik, Kak." ucap Anara.
"Kamu boleh keluar, sekalian bawa gelas ini."
"Baik, Kak." Anara mengambil gelas bekas dia minum lalu membawanya.
Dinda melihat Anara yang kini sudah keluar dari ruangan Aldi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Dinda sambil menghampiri Anara.
"Tidak kok, aku tidak apa-apa," jawab Anara.
"Kamu istirahat saja yah tidak usah lanjut kerja," ucap Dinda.
"Aku kuat kok, lagian baru kerja hari pertama masa sudah ijin saja sih."
"Baiklah, kalau itu maumu. Tapi kalau nanti kenapa-napa kamu bilang saja yah."
"Iya, Kak."
Dinda dan Anara jalan berdampingan. Niatnya mereka akan kembali bekerja.
°°°
Tak terasa sudah seharian Anara bekerja. Sekarang waktunya jam pulang kerja karyawan.
Aldi yang baru keluar dari ruangannya melihat Anara sedang mengobrol dengan karyawan laki-laki. Bahkan mereka terlihat akrab.
"Ekhem ekhem, sekarang saatnya kita pulang. Pacarannya di lanjut nanti saja," ucap Aldi dari arah belakang mereka. Aldi merasa tidak suka jika Anara terlihat begitu dekat dengan karyawan laki-laki.
"Baik, Kak."jawab mereka sambil menoleh ke sumber suara.
Dinda melihat tatapan Aldi seperti sedang cemburu. Lalu dia langsung menarik tangan Anara dan mengajaknya pergi dari sana.
"Nara, tadi kamu lihat wajah Pak Aldi tidak?" tanya Dinda sambil menoleh menatap Anara.
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Tadi lihatin ke arah kita loh, seperti sedang cemburu gituh. Jangan-jangan Pak Aldi cemburu nih lihat aku tadi di kerumunin cowok-cowok." ucap Dinda sedikit girang.
"Masa sih?"
"Iya, akhir-akhir ini Pak Aldi sering menyuruh aku di kerjaan, bisa jadi Pak Aldi naksir aku nih."
"Ya, semoga saja. Pj nih kalau beneran jadian," ucap Anara.
"Hehe tenang saja, nanti kamu orang pertama yang mendapat Pj dari aku."
Kini keduanya memilih melanjutkan langkah mereka.
Aldi melihat semua karyawannya sudah pulang ke mess. Namun dia merasa takut jika Anara malah lanjut mengobrol dengan karyawan laki-laki. Karena mess cewek dan Cowok berdampingan.
Sepertinya aku harus mengeceknya sendiri,' gumam Aldi lalu melangkah menuju ke mess karyawannya.
Kini Aldi berdiri di depan kamar Anara. Dia menatap kanan kirinya, terlihat sepi. Semua karyawan sudah masuk ke kamar masing-masing. Aldi mendengar pintu kamar sebelah terbuka. Karena takut ketahuan, dia menyelinap masuk ke kamar Anara.
"Mau aku temani tidak nih tidurnya?" ucap Dinda kepada Anara.
"Tidak usah, Kak. Lagian kasurnya sempit."
"Baiklah, kalau mau di temani tinggal chat saja."
"Siap, Kak Dinda yang cantik calon Ibu bos."
"Kok ibu bos sih?"
"Hahaha siapa tahu jadi Ibu bos beneran."
"Amin," ucap Dinda
Anara membuka pintu kamarnya. Dia melangkah masuk. Dia belum menyadari keberadaan Aldi di sana. Aldi bersembunyi di belakang pintu. Dia melihat Anara yang sedang melangkah mendekati kasurnya yang tertata rapih di atas lantai.
Anara membuka pakaiannya, karena berniat mengganti dengan piyama. Dia merasa gerah, padahal pukul enam tadi sudah mandi. Dia mau mandi lagi tapi sudah malam, jadi hanya berganti pakaian saja.
Aldi menyaksikan semua itu. Dia tak sedikitpun berkedip menatap Anara. Apalagi saat Anara membuka branya yang berwarna hitam. Tapi sayangnya dia hanya melihat dari belakang.
Anara membalikan badannya, dia terkejut saat melihat ada orang lain di kamarnya. Terlebih lagi, orang itu adalah Aldi.
Aldi menatap dua gundukan yang baru pertama kali dia lihat.
Anara melihat ke arah pandang Aldi, dia buru-buru menutupi dadanya.
"Ngapain kamu disini? Pergi!" teriak Anara
°°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Arta Boru Siregar
bertele2 membosankan
2022-12-31
1
Sri Wahyuni
hamil itu bukan sperti tape ketan lama2 jd air d umpetin jg hamil lm gede mnding trus teang az
2022-12-23
0
Eko Lia
Aldi bilang aja ma Nara kamu bucin
2022-05-17
1