Pagi ini Anara bersiap untuk pergi bekerja. Kebetulan dia berangkat pukul enam pagi. Semua pekerjaan rumah sudah beres. Karena dia sudah sibuk sejak pukul tiga pagi. Anara juga sudah meminta ijin kepada Ayahnya untuk bekerja. Pak Indra menyetujui keputusan Anara asal dia harus beres-beres rumah dulu sebelum dia berangkat kerja.
Anara sudah berdiri di depan hotel mewah dengan beberapa lantai. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Maaf Kak, saya Anara karyawan baru disini." ucap Anara kepada resepsionis yang sedang berjaga.
"Oh iya, Nona Anara. tunggu sebentar yah, saya mau menghubungi atasan Nona," ucap resepsionis itu lalu menghubungi senior yang akan membimbing Anara.
"Baik Kak," jawab Anara
Tak lama datanglah seorang wanita cantik seusia Vanesa. Dia mendekati Anara yang sedang berdiri di depan resepsionis.
"Nona Anara, mari ikut saya!"
"Baik Kak," Anara mengikuti wanita itu hingga saat ini mereka berada di ruang istirahat karyawan. Anara di berikan seragam kerja dan dia langsung memakainya.
Hanya dua kali Anara di temani oleh atasannya sambil di arahkan apa saja yang harus di kerjakan. Saat ini Anara di biarkan sendirian untuk melaksanakan pekerjaannya.
Anara melangkah memasuki kamar nomor 104 karena tadi ada yang menghubungi layanan kamar.
Tok tok
Anara mengetuk pintu kamar. Penghuni kamar 104 langsung membukakan pintu.
"Masuklah!" ucap seorang lelaki tampan. Bahkan Anara kagum melihat ketampanannya yang luar biasa.
Sejenak dia memegang dadanya yang berdetak begitu kencang. Anara terpesona pada pandangan pertamanya.
"Saya mau mengambil seprei yang kotor," ucap Anara karena memang tadi lelaki itu meminta layanan hotel untuk mengganti seprei yang ada di kamar itu.
"Silahkan!"
Anara mendekat menuju ke arah ranjang. Dia mengambil seprei yang menutupi kasur. Lalu dia menggantinya dengan yang baru. Lelaki tadi terus menatap Anara dari belakang. Kebetulan Anara memakai rok pendek dan terlihat sekali pahanya. Apalagi pantatnya yang terlihat berisi membuat lelaki itu melangkah mendekat.
"Jangan macam-macam!" Anara menepis tangan lelaki itu yang menempel di pantatnya.
"Kau sangat sexy Nona," ucap Andika sambil memperlihatkan senyum manisnya. jujur saja semenjak dia ber*cinta dengan Vanesa, dia selalu menginginkan lagi dan lagi.
"Saya keluar dulu," Anara membalikan badannya dan akan melangkah. Namun Andika menahannya.
Bruk
Andika mendorong Anara ke atas kasur. Sejenak Anara terpana melihat Andika yang begitu tampan. Lagi-lagi dadanya berdetak begitu cepat. Saat Andika menindihnya, Anara baru tersadar jika saat ini dia sedang berbahaya.
"Aku mau pergi," Anara mencoba untuk meberontak. namun tenaganya kalah sehingga dia tidak bisa melepaskan diri.
Deg deg
Andika memegang dada Anara dan merasakan detakan jatungnya yang begitu cepat. Namun Anara mencoba untuk menyingkirkan tangan itu.
"Jangan pura-pura memberontak Nona, Saya tahu kok kalau Nona diam-diam kagum kepadaku."
"Jangan pegang-pegang!" Anara menyingkirkan tangan Andika dari dadanya.
"Ckck masih rata gitu, pegang sekali tidak akan membuatnya mengembang kok."
Anara melotot menatap Andika. Namun beberapa saat, dia menendang aset berharga milik Andika dengan kakinya.
"Aww, berani sekali kamu gadis kecil. Tadinya aku hanya ingin bermain-main. Namun saat melihat kamu seberani ini, sepertinya kita harus main beneran.
Srak
Andika menarik seragam yang di pakai oleh Anara sehingga kancing bajunya lepas semua. Andika langsung menyingkirkan pakaian atas Anara.
Anara menatap dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya.
"Tidak usah di tutupin Nona, lagian cuma sekecil itu."
"Aku mau keluar!" ucap Anara
"Boleh sih jika itu maumu, tapi temani aku minum dulu," Andika beranjak dari atas tubuh Anara. Lalu dia mengambil dua gelas minuman yang ada di atas meja.
Anara mengambil minuman yang ada di tangan Andika. Lalu dia langsung meneguknya habis.
"Aku sudah meminumnya, sekarang aku mau keluar," Anara beranjak dari duduknya lalu dia memakai kembali pakaiannya yang sudah tak layak pakai itu.
Anara melangkah menuju ke dekat pintu. Namun dia merasakan hawa panas dari dalam dirinya.
Andika tersenyum menyeringai lalu dia melangkah mendekati Anara.
"Kamu sangat cantik Nona, walaupun wajahmu tidak ada polesan make up sedikitpun," Andika mengusap tengkuk Anara. Sehingga Anara merasakan geli, namun dia menikmatinya.
Melihat Anara diam, Andika memberanikan diri melakukan aksinya. Anara menikmati sentuhan yang pertama kalinya dia rasakan. Dengan kondisinya yang setengah sadar, dia tidak bisa berfikir jernih.
Andika menuntun Anara ke arah ranjang, lalu merebahkannya disana. Kini keduanya asyik dengan kegiatan mereka sehingga Anara tak sadar jika saat ini dia sudah tidak memakai sehelai benangpun yang menutupi badannya.
Andika kaget saat tahu jika ini yang pertama kalinya untuk Anara. Rasanya berbeda saat dia melakukannya dengan Vanesa. Andika langsung bergerak cepat sehingga Anara menjerit kesakitan. Bahkan Andika sampai tidak memikirkan jika wanita yang masih virgin seperti Anara akan memakai alat kontrasepsi. Dia asyik menikmati per*cintaanya di pagi menjelang siang ini.
Kegiatan Andika terhenti saat dia mendengar telfon layanan hotel berbunyi.
Andika beranjak dari atas tempat tidur.
📞"Hallo, saya tidak memesan layanan kamar loh," ucap Andika
📞"Maaf Tuan, sebelumnya saya mau tanya. Apakah karyawan bernama Anara ada disana?"
📞"Tidak ada siapa-siapa, saya sendirian," Andika langsung menaruh kembali telfon itu sehingga panggilannya terputus begitu saja.
Lebih baik aku membungkam pihak CCTV agar menghapus CCTV di depan kamar ini." gumam Andika lalu dia membersihkan sisa per*cintaannya sebelum dia memakai kembali pakaiannya.
Andika keluar dari kamar itu dengan meninggalkan Anara yang masih berbaring disana. Anara melihat kepergian Andika. Namun rasanya dia tidak sanggup untuk beranjak dari atas tempat tidur. Badannya begitu lemah bahkan dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Aku harus kabur, tapi mungkin saja kamar ini di kunci." batin Anara sambil mencoba mendudukan dirinya di atas ranjang.
Anara menatap ke bawah dan jelas sekali dia melihat noda merah menempel di seprei putih.
Anara menangis sesegukan. Dia merasa begitu kotor. Masa depannya sudah hancur. Harta berharga yang sudah dia jaga, kini di ambil paksa oleh lelaki asing yang baru di temuinya.
Saat Andika kembali ke kamar, Anara masih tetap menangis.
"Sudahlah jangan di tangisi, lagian kita sama-sama menikmatinya," ucap Andika yang saat ini sudah duduk di pinggiran ranjang.
Andika mengambil tas miliknya lalu dia mengambil cek yang masih kosong.
"Ini cek untuk kamu, terserah kamu mau memasukan nominal berapa," Andika memberika cek itu kepada Anara. Namun Anara tidak menerimanya. Akhirnya dia menaruh cek itu di atas kasur.
"Aku mau mandi dulu, kalau kamu mau ganti pakaian, kamu bisa ambil saja di lemari itu," Andika menunjuk lemari kecil yang ada di kamar hotel. "Disitu ada baju mantan kekasih saya," ucap Andika lalu dia melangkah menuju ke kamar mandi.
Anara mencoba turun dari atas ranjang dengan menarik sebelah kakinya. Dia membuka lemari kecil itu dan melihat beberapa pakaian wanita. Dia memilih untuk mengambil dres lalu memakainya. Anara melangkah menuju ke pintu keluar. Ternyata pintunya tidak di kunci. Anara keluar dari sana dan tujuannya saat ini pulang ke rumah.
Kamar hotel yang di tempati Andika saat ini merupakan kamar pribadinya. Dia sendiri yang meminta kamar itu kepada Pak Bram. karena Pak Bram adalah pamannya.
°°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Enung Samsiah
iiih,,, siandika maksa sinara ko pasrah gitu sih,,,
2023-06-01
1
Siti Nurwahidah
lanjut
2022-06-12
1
Nicky Nick
tragis amat nasib Nara..
2022-06-03
1