Anara sudah sampai di depan rumahnya. Dia melihat ada mobil mewah yang terparkir di halaman rumah.
Mobil siapa ini? sepertinya ada tamu, kalau begitu aku masuk lewat pintu samping saja. Takutnya nanti di marahin Papah.
Anara membuka pintu samping yang memang belum di kunci.
Cklek
Anara mendengar gelak tawa dari ruang keluarga.
"Anara kemana sih, dari tadi di panggil tidak datang juga," ucap Pak Indra
"Mungkin sudah tidur Pah, biar Nesa yang panggilkan," ucap Vanesa
Anara mendengar obrolan Ayah dan Kakaknya.
Vanesa berpapasan dengan Anara yang baru masuk ke rumah.
"Eh..eh.. di panggilin dari tadi baru nongol. Dari mana saja sih?" Vanesa menatap Anara yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Maaf Nona, saya tadi keluar rumah."
"Oh jadi begini yah sekarang kelakuannya, kamu keluar malam mau jadi pe*lacur?"
Anara tidak menyangka jika Kakaknya bisa berucap seperti itu kepadanya.
"Maaf, Kak."
"Sudahlah, sekarang buatkan minuman untuk kami. Kebetulan adiknya Mas Andika datang."
"Baik, Kak" ucap Anara lalu dia melangkahkan kakinya menuju ke dapur.
Anara membuatkan teh manis hangat untuk mereka. Dia juga menyiapkan sepiring kue yang sudah di potong kecil-kecil.
Anara melangkah menuju ke ruang keluarga. Dia sempat terkejut saat melihat Aldi sedang duduk bersama keluarganya.
"Silahkan di nikmati!" Anara menaruh suguhan yang dia bawa di atas meja.
"Kamu yang tadi yah? Aku tidak menyangka jika kita ketemu disini," Aldi merasa senang karena dia bertemu lagi dengan Anara.
"Iya Kak Aldi, kita ketemu lagi," Anara hanya tersenyum sebentar sambil menatap Aldi.
"Nak Aldi kenal sama Nara?" Pak Indra bertanya kepada Aldi.
"Iya Om, itu juga tidak sengaja bertemu. Kebetulan ini yang ke tiga kalinya kita bertemu. Tapi saya baru kali ini tahu namanya Nara."
*Ganjen sekali sih Nara, sepertinya Aldi ini mengagumi Nara. Ini tidak bisa di biarkan. Kalau di lihat-lihat, Aldi l*umayan tampan juga.' batin Vanesa sambil memperhatikan Aldi yang duduk di depannya.
"Saya permisi dulu," Anara pergi dari hadapan mereka. Dia kembali ke belakang untuk menaruh nampan yang dia bawa.
Setelah kepergian Anara, Aldi bertanya-tanya kepada Pak Indra. Dia begitu antusias membicarakan Anara. Andika terlihat tidak suka karena Adiknya yang terus menanyakan Anara.
Aldi apa-apaan sih, sepertinya dia suka sama Anara. Tapi kenapa harus Anara?' batin Andika sambil menatap adiknya yang sedang bercerita.
"Om, Saya mau ke toilet dulu," ucap Aldi
"Silahkan, Nak. Nak Aldi ke belakang saja nanti toiletnya kelihatan di dekat dapur."
"Baik Om," Aldi melangkah meninggalkan ruang keluarga.
"Pah, Nesa mau antar Aldi yah. Takutnya dia nyasar."
"Iya, Nak."
Vanesa beranjak dari duduknya. Lalu dia mengikuti Aldi yang sudah melangkah duluan.
Vanesa menunggu di depan toilet.
Aldi keluar dari toilet dan melihat Vanesa sedang berdiri di depan pintu.
"Mau ke toilet juga?" tanya Aldi
Vanesa membalikan badannya. Dia menatap Aldi yang sedang berdiri di depannya.
"Tidak, aku hanya menunggumu," jawab Vanesa
"Tidak usah di tungguin juga saya berani kok," kata Aldi
"Baiklah kalau begitu aku duluan," Vanesa hendak melangkah namun kaki dia terkilir.
"Aww....ini sakit," Vanesa sedikit membungkuk sambil memegangi kakinya.
"Biar aku bantu," Aldi langsung memapah Vanesa dan membantunya untuk berjalan.
Vanesa merasa senang karena Aldi mau membantunya. Dia juga melihat Anara yang sedang memperhatikan mereka berdua.
"Kita mau kemana? Apa ke ruang keluarga?"
"Hm jangan deh, antar aku ke kamar tamu saja," Vanesa menunjuk salah satu kamar tamu yang ada di ruang tengah.
Aldi membantu Vanesa menuju ke kamar. Sebenarnya dia sedikit risih karena Vanesa menempelkan dadanya. Entah itu di sengaja atau tidak.
Cklek
Aldi memapah Vanesa hingga sampai di pinggir ranjang. Dia membantu Vanesa untuk tiduran di atas ranjang.
"Aww kakiku sakit," Vanesa tak bisa diam. Bahkan saat ini dresnya sedikit terangkat ke atas.
Aldi mengambil selimut lalu menutupi paha Vanesa yang terekspost.
Sial, ini anak baik-baik rupanya,' batin Vanesa
Tok tok
Anara berdiri di depan pintu. Dia berniat melihat keadaan Kakaknya.
"Nona Nesa, Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Anara dari depan pintu.
"Tidak, kamu pergi saja!" pinta Vanesa
"Saya mau memberitahu Kak Andika jika Kak Nesa kakinya terkilir," ucap Aldi
"Tidak usah, kamu bantu memijat kakiku saja," pinta Vanesa
"Biar Nara saja yang memanggil Kak Andika," ucap Anara lalu dia melangkah pergi.
Aldi mulai melihat kaki Vanesa. Dia memijat pelan sebelah kaki Vanesa yang tadi terkilir.
"Ah...."Vanesa malah men*desah bukannya mengaduh sakit.
Apa ekspresi wanita memang seperti ini jika terluka,' batin Aldi
Aldi menjauhkan tangannya saat melihat Andika dan Pak Indra sudah di depan pintu.
"Sayang, kamu kenapa?" Andika melangkah masuk mendekati mereka. Dia duduk di pinggiran ranjang.
Aldi langsung beranjak dari duduknya. Dia merasa tidak enak jika duduk disana.
"Aku tidak apa-apa kok, hanya terkilir," jawab Vanesa
"Kita ke kamar atas saja yah sayang, Mas bantu kamu jalan."
"Iya, Mas." jawab Vanesa
Andika memapah Vanesa hingga ke kamar mereka. sedangkan Aldi dan Pak Indra kembali ke ruang keluarga.
Andika membuka pintu kamarnya. Dia langsung menggendong Vanesa dan menidurkannya di atas ranjang.
"Awwhh...." Vanesa meringis dengan suara sexynya.
"Kenapa kamu malah men*desah, sayang?" Andika menyingkirkan rambut Istrinya ke belakang.
"Sayang, aku minta sesuatu boleh tidak?" tanya Vanesa
"Boleh dong, apa pun yang kamu mau pasti aku turutin," jawab Andika
Vanesa mulai membuka pakaian yang melekat di badannya. Andika yang melihat itu sudah tahu apa yang di inginkan oleh Istrinya.
Kini mereka berdua bergulat di atas ranjang. Vanesa memejamkan kedua matanya sambil membayangkan Aldi yang melakukan itu dengannya.
°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Valent Bie
ternyata pelacur itu adlh si nesa mirip dgn alm ibunya persis sprti yg dikatakan ayahnya.
2022-07-19
2
Helen Apriyanti
ting bting dsarrr jlang nesa ...
2022-06-21
1
zahra ou
iyuuuuhhhhh
bkin mual liatnya
2022-06-15
1