Anara sejak tadi merasa gelisah. Dia ingin bicara kepada Ayahnya namun dia takut jika Ayahnya mengatakan sesuatu yang akan membuatnya kecewa. Namun Anara memberanikan diri untuk tetap bicara. Karena ini menyangkut acara perpisahan di sekolah. Anara berharap jika Ayahnya akan datang. Ya, walaupun selama dua belas tahun bersekolah, ayahnya itu tidak pernah datang untuk mengambil rapornya.
Anara mendekati Ayahnya yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi.
"Pah, ada yang ingin Nara bicarakan," ucap Anara yang kini berdiri tak jauh dari ayahnya.
"Bicaralah!" pinta Pak Indra tanpa mengalihkan arah pandangnya.
Anara berbicara sambil berdiri karena jika duduk di sofa, nanti dia malah kena marah.
"Besok ada acara perpisahan sekolah. Nara harap Ayah akan datang. Karena semua orang tua siswa lain pasti datang."
Pak Indra mengalihkan arah pandangnya. Saat ini Pak Indra menatap anaknya.
"Bagaimana besok saja, kalau ada waktu ya nanti pergi," jawab Pak Indra
"Makasih Pah, Nara harap Papah akan datang," Nara masih berharap agar Ayahnya datang ke acara yang menurutnya penting.
Anara segera pergi dari hadapan Ayahnya. Dia akan kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya yang masih belum beres.
Setelah kepergian Anara, terdengar ketukan pintu dari depan pintu masuk.
Pak Indra beranjak dari duduknya lalu membukakan pintu rumahnya.
"Eh Nak Andika, pagi sekali loh datangnya," ucap Pak Indra
"Iya Om, saya mau ketemu sama Nesa,
tapi Nesa ada di rumah tidak yah?" Andika bertanya sambil menatap ke dalam rumah.
"Ada kok, Nesa ada di kamarnya. Ayo masuk! nanti Om panggilkan Nesa."
"Makasih Om," Andika segera melangkahkan kakinya masuk ke rumah.
"Sama-sama Nak," ucap Pak Indra
Andika duduk di sofa yang ada di ruang keluarga sambil menunggu Pak Indra yang sedang memanggil Vanesa.
Pak Indra kembali dengan Vanesa. Kini keduanya duduk di depan Andika.
"Mas Andika kok datangnya pagi sekali?"
"Iya Nes, aku tidak kuat jika harus menahan rindu. Jadi aku datangnya lebih awal."
"Duh Nak Andika ini jadi mengingatkan saya saat muda dulu," kata Pak Indra
"Namanya juga anak muda Om."
"Oh iya Nak Andika, maaf yah Om harus pergi ke kantor nih," ucap Pak Indra
"Yah, tidak asyik dong kalau tidak ada Om."
"Kan masih ada aku," kata Nesa
Pak Indra berpamitan kepada Vanesa dan Andika. Lalu Pak Indra ke kamar untuk mengambil tas kerjanya. Pak Indra segera berangkat ke kantor.
Setelah kepergian Pak Indra, Vanesa mengajak Andika ke kamarnya. Dengan senang hati Andika menerima tawarannya.
Anara baru saja selesai menyapu halaman belakang. Sekarang tinggal mengepel di lantai atas. Anara melangkah menaiki tangga dengan membawa alat pel. Namun lagi-lagi dia mendengar suara dari kamar Vanesa. Kebetulan pintu kamar Vanesa sedikit terbuka. Anara menaruh alat pel yang dia bawa. Lalu sejenak dia menatap ke dalam kamar. Dia menganga saat melihat Vanesa berada di bawah kungkungan seorang laki-laki. apalagi keduanya tidak berpakaian.
Jadi yang Kak Nesa katakan semuanya bohong. Kak Nesa tidak nonton video, tapi itu memang suara kak Nesa dan seorang laki-laki, tapi mereka---" Anara buru-buru pergi dari sana karena takut Vanesa meihatnya berdiri di depan kamarnya.
Anara kembali turun ke lantai bawah. Dia akan mengepel di bawah saja. Fikiran Anara berkelana entah kemana. Dia masih mengingat hal yang sedang di lakukan oleh Kakaknya.
Setelah selesai mengepel, Anara memilih untuk kembali ke kamarnya yang ada di lantai atas. Anara menyambar ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Dia akan browsing karena rasa penasarannya. dia ketik "Yang di lakukan laki-laki dan perempuan di atas ranjang tanpa pakaian"
Anara kaget saat melihat hasil dari pencariannya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.
Aku tidak mengira jika Kak Nesa akan berbuat seperti itu," batin Anara
Anara akan menasehati Kakaknya agar tidak lagi melakukan hal terlarang itu. Anara memang anak yang polos karena selama sekolah dia selalu fokus belajar dan mengurus urusan rumah saja. Bahkan ponsel juga dia gunakan saat ada perlu di grup kelas atau tugas sekolah. Selain itu, dia tak pernah memegang ponsel. Karena memang Pak Indra selalu menyita ponselnya. Itu semua dilakukan Pak Indra agar Anara fokus untuk membereskan rumah tanpa bermain ponsel.
Sejak tadi Anara mondar-mandir di dalam kamar karena merasa tak tenang memikirkan Kakaknya. Anara mencoba keluar dari kamarnya. Dia akan melihat jika Kakaknya masih di kamar atau tidak.
Saat Anara berdiri di depan kamar Vanesa, ternyata kamar itu sudah tertutup rapat. Anara mencoba untuk membuka sedikit pintunya. Namun dia tak jadi membuka pintunya saat mendengar suara Kakaknya dari belakang.
"Sedang apa kamu?"
Anara menoleh ke belakang dan melihat tatapan tak suka dari wajah Vanesa.
"Nara cari Kak Nesa, eh ternyata Kak Nesa tidak di kamar," ucap Anara
"Ada apa cari aku?"
"Aku baru tahu jika suara yang selalu terdengar dari kamar Kak Nesa itu bukan suara dari video, tapi suara Kakak sama laki-laki kan?"
"Baguslah kalau kamu tahu, tapi ingat jangan kasih tahu Papah. Awas saja kalau kamu berani mengatakan itu."
"Tidak Kak, jangan lakukan itu lagi! Itu berdosa Kak, aku akan tetap mengatakannya ke Papah."
Vanesa geram karena Anara tak mau menurut.
"Awwww..." pekik Anara saat rambut panjangnya di tarik oleh Vanesa.
"Awas saja kalau kamu bicara sama Papah, Kakak tidak segan-segan untuk mengusirmu dari rumah," ucap Vanesa lalu melepaskan tarikannya pada rambut Anara.
"Kakak jahat," Anara langsung pergi dari hadapan Vanesa dengan berlinang air mata. Dia masuk ke kamar dan mengunci rapat pintu kamarnya.
Vanesa masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar. Setelah itu dia kembali ke bawah untuk menghampiri Andika yang sedang menunggunya.
"Sayang, maaf yah lama," Vanesa mendudukan dirinya di sebelah Andika.
"Tidak lama kok sayang, oh iya tadi kok aku dengar suara ribut-ribut dari atas?"
"Itu pembantuku, tadi membuat kesalahan."
"Terus sekarang mana? kok tidak ikut turun?"
"Masih di atas sedang bersih-bersih," jawab Vanesa
"Kita pergi sekarang saja yah sayang, aku mau mengajakmu ke suatu tempat," ajak Andika
"Aku masih lelah sayang, masih perih," ucap Vanesa sambil menunjuk miliknya yang tertutup oleh dres.
"Hehe.. maaf yah sayang, tadi aku terlalu bersemangat," ucap Andika
"Tidak apa-apa kok, aku juga suka," jawab Vanesa
Hanya sebentar mereka mengobrol. Kini keduanya segera pergi dari rumah.
Anara yang baru turun dari atas tangga, melihat Kakaknya pergi keluar rumah bersama seorang laki-laki. Namun Anara tidak melihat wajah lelaki itu karena dia hanya menatapnya dari belakang.
Mungkin itu pacarnya Kak Nesa," batin Anara lalu melanjutkan langkahnya menuju ke dapur. Karena tadi niatnya akan ke dapur untuk mengambil air minum.
°°°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Santi Santi
Andika kenapa bodoh sih, ktnya CEO tp kok begok JD gemes aku bacanya
2023-02-15
1
Devi Triandani
knp sy ngak suka dgn karakter Andika. terkesan lelaki bodoh. masa nanti dia sama anara
2022-09-29
0
Helen Apriyanti
sbnernya anara ank pk indra jg bukn sich kok dvprlkukn ky pnbntu !?.. dn klakuan vanesa yg d syg sekali sm ayh indra trnyata sngt mngecewakn ... sdngkn anara yg d sisihkn d anggap sbg pmbntu ank yg baik ..
2022-06-20
2