Hari ini hari yang paling bahagia untuk Anara. Karena hari ini dia akan pergi ke acara perpisahan sekolah. Anara keluar dari kamarnya dengan menggunakan kebaya berwarna ungu muda. Dia tidak memoles wajahnya seperti layaknya akan pergi ke acara perpisahan sekolah. Dia hanya sedikit memakai lipstik dan bedak tipis-tipis.
Anara melihat Ayahnya yang sedang duduk di sofa yang ada di ruang keluarga.
"Pah, apa Papah akan datang?" tanya Anara yang saat ini berdiri tak jauh dari Ayahnya.
"Nanti kalau sempat," jawab Pak Indra
Anara melihat ayahnya sedang sibuk dengan laptopnya. Sepertinya memang sedang banyak kerjaan.
"Semoga saja sempat Pah, kalau begitu Nara permisi dulu," Anara mengulurkan tangannya kepada Ayahnya untuk bersalaman. Namun Ayahnya tidak membalasnya.
Anara kembali menurunkan tangannya. Dia hendak berbalik karena akan pergi. Namun Pak Indra menahan langahnya.
"Tunggu!" ucap Pak Indra
Anara berbalik ke belakang.
"Ada apa Pah?" tanya Anara
"Ini uang jajanmu," Pak Indra memberikan uang dua puluh ribu untuk Anara.
"Terima kasih," Anara mengambil uang itu lalu memasukannya ke dalam tas.
Anara kembali melanjutkan langkahnya keluar dari rumah itu. Dia merasa senang karena walaupun Ayahnya selalu dingin kepadanya, tapi masih mau memberikan uang jajan. Walaupun dengan alasan untuk upah Anara yang selalu membersihkan rumah. Anara selalu menyisihkan separuh uang jajannya. Dia rela berangkat ke sekolah berjalan kaki demi uang jajannya bisa di tabung.
Anara melangkahkan kakinya di pinggir jalan yang penuh keramaian.
Tin tin
Anara mendengar suara klakson mobil dari arah belakangnya. Dia menoleh dan ternyata itu mobil Ica yang merupakan sahabatnya.
"Nara, ayo masuk!" Ica berkata dari balik kaca mobilnya.
"Eh iya Ca, makasih yah kamu selalu memberikan tumpangan," Anara merasa senang karena Ica selalu baik kepadanya.
"Sama-sama," jawab Ica
Anara membuka pintu mobil belakang. Lalu dia masuk dan duduk di sebelah Ica. Anara menatap ke depan. Ternyata Ica pergi bersama kedua orang tuanya.
Ica melihat ekspresi wajah Anara yang sedikit sendu. Dia tahu jika Anara sedih karena tidak pergi bersama orang tuanya.
"Nara, kamu yang sabar yah. Nanti pasti Ayahmu akan datang kok."
"Papah sibuk Ca, dia banyak kerjaan. Entahlah dia akan datang atau tidak."
"Tenang saja Nak Nara, kita siap kok jadi orang tua kedua Nak Nara." ucap Bu Rani sambil menoleh ke belakang.
"Makasih Tan,"
"Sama-sama Nak, sudah jangan sedih lagi."
"Iya Tante," Anara mencoba untuk tersenyum walaupun suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Semuanya kembali diam tak ada yang bersuara, hingga mobil itu sudah sampai di depan sekolah. Mereka berempat turun dari mobil. Anara melihat sekelilingnya. Ternyata hanya dia sendiri yang berpenampilan sangat sederhana. Tapi dia tetap percaya diri. Baginya penampilan itu nomor dua. Yang penting dia bisa datang.
Anara dan Ica melangkah menuju ke tempat acara. Sedangkan kedua orang tua Ica memilih bergabung dengan orang tua murid yang lain.
Acara perpisahan telah di mulai, bahkan sekarang sedang di puncak acara. Namun Anara tidak melihat Ayahnya. Sejak tadi dia menoleh ke samping. Dia melihat satu persatu wajah orang tua murid. Namun dia tidak melihat ayahnya.
"Kamu lihatin apa Nara?" tanya Ica yang duduk di sebelah Anara.
"Aku lagi cari Papah, tapi sepertinya tidak datang."
Ica mengusap punggung sahabatnya. Dia mencoba menenangkan Anara.
"Sudahlah, nanti biar orang tuaku saja yang maju ke depan kalau nama kamu di panggil.
"Kepada Ananda Anara Putri, silahkan maju ke depan bersama orang tua atau walinya," ucap Pak Kepala Sekolah dari atas panggung.
"Ra, Nara, tuh kamu di panggil," ucap Ica kepada Anara
"Aku? ngapain?"
"Kamu tidak mendengarkan sejak tadi? kamu dapat penghargaan karena kamu juara satu tingkah kecamatan dengan nilai terbaik."
"Aku maju dulu ya Ca," Anara beranjak dari duduknya lalu maju ke depan. Di susul oleh orang tua Ica yang ikut maju ke depan sebagai wali dari Anara.
Pak kepala sekolah memberikan penghargaan berupa piala dan amplop putih berisi uang kepada Anara. Setelah bersalaman dengan kepala sekolah dan berfoto, Anara dan orang tua Ica turun dari atas panggung.
Diam-diam Pak Indra datang dan melihat anaknya dari kejauhan. Namun Pak Indra tidak mau muncul di hadapan Anara. Saat Anara turun dari atas panggung, Pak Indra langsung pergi dari sekolah.
Kini acara perpisahan sudah selesai. Ica dan orang tuanya mengajak Anara untuk merayakan perpisahan di sebuah restoran mewah. Anara menerima ajakan itu karena jika menolakpun, pasti Ica akan tetap memaksanya.
Saat ini mereka berempat sudah berada di restoran. Anara duduk bersebelahan dengan Ica.
"Nara, kamu mau melanjutkan kuliah dimana?" tanya Ica
"Aku ingin bekerja saja, aku tidak ingin merepotkan Ayahku."
"Kenapa Ra? kamu ini anak orang kaya loh. Masa tidak da niatan melanjutkan kuliah sih." Ica merasa heran dengan sahabatnya.
"Untuk saat ini aku mau kerja dulu cari pengalaman, tapi ya aku masih bingung mau kerja apa."
"Bagaimana jika kerja di hotel milik Om, dekat juga loh dari sekolah ini," sahut Pak Bram
"Nah benar tuh kata Papah, lebih baik kamu coba kerja disana. Lagian kalau mau pulang pergi bisa kok karena jaraknya dekat." ucap Ica
"Boleh deh kalau gitu Nara mau mencobanya."
"Mulai besok kamu sudah bisa mulai kerja Nak, tidak usah bawa surat lamaran karena kamu langsung Om terima," kata Pak Bram
"Terimakasih Om," Anara merasa senang karena semudah ini dia bisa mendapatkan pekerjaan.
"Sama-sama Nak," jawab Pak Bram
Setelah makanan pesanan mereka datang, mereka menyudahi obrolannya. Semuanya fokus menikmati makanan yang terhidang di atas meja. Anara terlihat lahap memakan mekanannya. Karena memang jarang sekali dia makan enak. Seringnya dia hanya makan pakai sup saja.
Setelah selesai makan, Anara di antar pulang oleh Ica dan orang tuanya. Namun mereka tidak ikut turun untuk bertamu. Karena kebetulan sudah sore dan Pak Bram masih ada urusan di luar.
Anara melangkahkan kalinya melewati gerbang rumahnya. Anara melihat ada sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah. Anara melangkahkan kakinya menuju ke depan pintu masuk. Dia membuka pintu itu lalu masuk ke dalam. Dia melihat suasana rumah sangat sepi. Dia mengira jika Ayahnya belum pulang karena tadi dia tidak melihat mobil yang biasa di pakai Ayahnya saat keluar.
Anara melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju ke kamarnya. Lagi-lagi dia mendengar de*sahan Kakaknya dari kamar.
Akhir-akhir ini kok Kakak di rumah saja, memangnya dia tidak ada pemotretan. Dan juga, memangnya tidak cape setiap hari ber*cinta." batin Anara lalu dia melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
°°°
Jangan lupa tinggalkan like dan komen setelah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Anonymous
Bangkitlah anara…
2023-06-27
2
Rinnie Erawaty
nggak suka karakter Andika.... gimana gitu.... CEO tapi gimana yaaaaaa
2022-12-27
0
Devi Triandani
knp jg tiap hari bercinta dirmh. knp gak cari hotel. emang gak takut ketahuan
2022-09-29
0