Dinda masuk ke kamar Anara dengan membawa makan malam. Namun dia melihat Anara sedang makan. Dinda mendekati Anara lalu duduk di depannya.
"Nara, kamu kok sudah makan sih, padahal makan malam kamu baru aku bawakan nih." ucap Dinda
"Ini dari pengagum rahasiaku, aku tidak tahu siapa itu orangnya. Tapi karena aku lapar, ya sudah aku makan saja." kata Anara
Dinda mengambil selembar kertas yang tergeletak di lantai dekat Anara duduk. Lalu dia membaca tulisan yang ada di kertas itu.
"Wah, kamu hebat Nara. Baru sehari disini tapi sudah dapat pengagum rahasia. Aku saja yang sudah bertahun-tahun bekerja disini, belum pernah tuh punya pengagum rahasia." ucap Dinda
"Nara juga tidak tahu, Kak."
"Tapi siapa yah kira-kira pengagum rahasiamu itu," Dinda tampak berfikir dan menduga-duga.
"Ah siapa sih, aku penasaran ih. Karena di cafe ini ada beberapa karyawan tampan, kalau di totalin sama Pak Aldi, jadi lima orang. Mereka belum menikah semua loh, kalau pacar sih pada punya." ucap Dinda
"Sudah, Kak. Tidak usah di pikirkan. Lebih baik sekarang kita makan saja." ucap Nara
"Aku sudah makan tadi tapi dikit, tapi mubazir juga sih jika makanan ini tidak di makan," Dinda melahap makanan yang tadinya akan di berikan kepada Anara.
Setelah selesai makan, Dinda berpamitan untuk keluar kamar. Karena dia akan kembali bekerja.
°°°
Pagi ini Anara bangun pukul lima pagi. Dia langsung mandi dan bersiap. Karena pukul enam juga harus sudah berada di cafe.
Tok tok
Anara mendengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Dia membuka pintu itu dan melihat Dinda sedang berdiri di sana.
"Nara, kamu sudah siap?" tanya Dinda.
"Sudah, Kak. Tapi bentar dulu, Nara mau ikat rambut."
"Jangan! Kamu cantikan seperti ini," ucap Dinda saat melihat rambut panjang Anara yang tergerai.
"Gerah, Kak." Anara kembali masuk ke dalam lalu mengucir rambutnya. Setelah itu dia kembali menghampiri Dinda yang sedang berdiri di depan pintu.
"Ayo, Kak!" ajak Anara
Kini Anara dan Dinda pergi ke cafe yang letaknya memang dekat dengan mess tempat tinggal mereka.
Dinda mengajak ke dapur. Ternyata di sana teman-temannya sedang sarapan. Namun para lelaki diam-diam mencuri pandang saat melihat kedatangan Anara.
"Tuh kamu di lihatin, kamu cantik sih," bisik Dinda di telinga Anara.
"Tidak Kak, Kayaknya aku biasa saja deh," ucap Anara yang merasa malu karena di puji seperti itu.
Dinda meminta sarapan untuknya kepada temannya yang kebetulan bertugas menjadi koki.
"Nih untuk kamu," Dinda memberikan satu piring yang dia pegang kepada Anara.
"Terima kasih," kata Anara.
"Sama-sama," jawab Dinda.
Anara mulai melahap sarapannya.
Setelah selesai makan, Anara bersama Dinda dan teman kerja lainnya memulai melaksanakan pekerjaan mereka.
Sebentar-sebentar Anara duduk karena dia merasa cape. Namun teman kerjanya tidak ada yang menegurnya karena Anara mengerjakan pekerjaannya dengan benar.
Dinda mendekati Anara yang sedang duduk sambil mengelap keringat di keningnya menggunakan tisu.
"Nara, kamu lelah?" Dinda menarik kursi di depan Anara. Kebetulan cafe sedang sepi, jadi dia bisa bersantai sebentar.
"Iya nih," kata Anara
"Ya memang seperti inilah pekerjaan kita, bahkan kita kerja sampai pukul delapan malam. Tapi kalau sedang rame bisa nyampai tengah malam." ucap Dinda
"Semoga aku kuat yah, Kak." ucap Anara
"Amin, yang penting kalau sudah niat pasti akan bisa melewati. Apalagi kalau kita menjalaninya dengan ikhlas. Lagian gaji disini lumayan besar kok, tiga juga per bulan."
"Besar juga yah, Kak."
"Karena menu yang di jual disini mahal dan enak-enak. Cafe juga rame terus."
Ya Allah, semoga aku kuat dan bisa bekerja disini. Setidaknya aku harus punya tabungan untuk lahiran nanti.' batin Anara
"Eh Nara, tuh ada pelanggan datang. Kamu layanin gih, kalau Pak Aldi lihat kamu sedang duduk nanti di tegur loh."
"Baik, Kak." Anara beranjak dari duduknya lalu melangkah mendekati tamu yang baru datang.
Dinda juga kembali bekerja. Dia membersihkan sisa makanan yang ada di salah satau meja lalu mengelapnya.
Anara sudah mendekati pelanggan yang baru duduk.
"Selamat siang Kak, silah---" Sejenak Anara menghentikan perkataannya karena terkejut melihat dua orang di depannya. "Silahkan di pilih menunya," ucapnya sambil memberikan daftar menu.
"Oh jadi sekarang jadi pelayan cafe, kirain jadi pelayan om-om. Atau jangan-jangan hasil jadi pelayan om-om itu kurang." kata Vanesa sambil membuka daftar menu yang di berikan oleh Anara.
Anara hanya diam karena tidak mau berdebat dengan Kakaknya.
"Aku pesan strawberry milkshake, sama spaghetti, sudah itu saja." ucap Vanesa lalu dia menatap suaminya. "Kamu pesan apa, sayang?" tanya Vanesa.
"Aku orange juice saja, kalau makannya sama." ucap Andika
"Sebentar yah, Nara siapkan dulu pesanannya." Anara pergi dengan membawa catatan pesanan mereka.
Tak lama, Anara sudah kembali dengan membawa pesanan mereka. Dia menaruh makanan dan minuman pesanan itu ke atas meja.
"Silahkan di nikmati, saya permisi dulu," Anara berlalu pergi dari hadapan Kakaknya.
Vanesa memikirkan ide untuk mengerjai Anara. Dia baru ingat jika dia menyimpan bubuk asam di tasnya. Vanesa menaruh bubuk asam itu ke dalam makanannya.
"Ah asam sekali, makanan apa ini? pelayan....pelayan..." Vanesa berteriak memanggil pelayan.
Dinda mendengar Vanesa berteriak. Lalu dia menyuruh Anara untuk mendatanginya.
"Nara, itu pelanggan kamu teriak-teriak tidak jelas. Coba deh kamu datangin. Mungkin pesanan dia kurang." kata Dinda
Perasaan aku sudah mengantar pesanannya semua,' batin Anara.
"Baik, Kak." Anara pergi untuk menghampiri Kakaknya.
Kini dia sudah berada di hadapan mereka.
"Maaf, Kak. Ada apa yah? Apa mau menambah pesanan?" tanya Anara.
"Coba kamu cicipi spaghetti ini," Vanesa menunjuk spaghetti yang ada di depannya.
"Tapi itu kan milik Kakak," kata Anara.
"Cepat! Jangan membantah!"
"Baik, Kak." Anara menyuapkan spaghetti itu ke mulutnya. Namun dia merasakan rasa asam.
"Bagaiman rasanya, asam kan? kamu mau meracuni saya karena sedang hamil," Vanesa menatap tajam Anara.
"Bukan seperti itu Kak, aku juga tidak tahu kenapa rasanya seperti itu."
"Tidak usah banyak Alasan, aku tahu jika kamu tidak menyukaiku, Anara Putri."
Anara hanya menunduk dan merasa bersalah. Dia tahu jika dia tidak bersalah. Dan dia tidak tahu kenapa makanannya bisa asam seperti itu.
Vanesa terus berbicara dengan nada meninggi. Sehingga membuat orang sekitarnya terus menatapnya.
Dinda dan Aldi datang menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" tanya Aldi.
"Aldi, ngapain kamu disini?" tanya Vanesa.
"Ini cafe saya, tapi ini ada apa yah?"
"Ini loh pelayan kamu kerjanya tidak becus, masa dia memberi saya makanan yang rasanya asam sekali."
Aldi mencicipi spaghetti milik Vanesa. Dan benar saja jika rasanya asam. Aldi menatap Dinda yang ada di belakangnya.
"Din, siapa yang memasak?" tanya Aldi.
"Kak Agus," jawab Dinda.
"Panggil Agus kesini!" pinta Aldi
"Baik, Kak." Dinda berlalu pergi untuk memanggil rekan kerjanya yang bernama Agus.
Perasaan Anara sudah tak karuan. Dia takut sekali karena sudah melakukan kesalahan di hari pertamanya kerja. Dia terus menunduk di tempat dia berdiri.
Dinda datang bersama Agus.
"Pak Aldi memanggil saya?" tanya Agus yang sudah ada di dekat Aldi.
"Benar, saya mau tanya, apa kamu yang memasak spaghetti ini?"
"Benar, Pak. Kenapa yah?"
"Kenapa rasanya asam sekali? Kamu memasukan bumbu apa saja ke dalamnya?"
"Masa sih rasanya asam, perasaan saya memasukan bumbu seperti biasanya." Agus mencoba mencicipi spaghetti itu. Dan benar saja jika rasanya asam.
"Bagaimana? Asam bukan?" Aldi menatap raut wajah Agus saat merasakan spaghetti itu.
"Iya, Pak. Tapi tadi rasanya tidak seperti ini. Kok bisa yah tiba-tiba berubah," Agus merasa heran.
Vanesa tersenyum senang karena bisa membuat Anara di situasi seperti itu.
"Sudah saya katakan, ini pasti salah dia," ucap Vanesa sambil menunjuk Anara.
"Maaf yah Kak, ini memang ada sedikit kesalahan. Apa Kakak mau memesan lagi? Saya kasih gratis untuk Kakak," kata Aldi ramah.
"Tidak perlu, kami pergi saja. Kami akan mencari restoran yang lain," Vanesa memegang tangan suaminya. Lalu melangkah pergi keluar dari cafe itu.
"Sayang, kamu sengaja yah?" bisik Andika di telinga Istrinya.
"Sttt diam, nanti ada yang dengar," ucap Vanesa tanpa menghentikan langkahnya.
Aldi menatap Anara yang berdiri di hadapannya.
"Nara, ikut saya ke ruangan saya!" ucap Aldi lalu langsung melangkah pergi.
Anara menatap Dinda yang ada di dekatnya.
"Pergilah!" ucap Dinda
Anara mengikuti Aldi yang sudah pergi terlebih dahulu.
°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Minarni Juita
smga Aldi mencintai Nara dgn tulus meskipun lagi hamil
2023-03-09
1
Minarni Juita
Andika ceo bosoh
2023-03-09
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
ngeselin
2022-07-13
1