Pak Indra menatap tajam Anara yang sedang berjalan ke arahanya. Andika dan Vanesa saling pandang saat melihat tatapan ayahnya. Dari raut wajah Pak Indra terlihat sekali jika sedang menahan amarah.
"Pah, kita masuk dulu," ucap Vanesa lalu segera menarik tangan suaminya masuk ke rumah.
Plak
Pak Indra menampar pipi Anara yang saat ini berdiri di depannya.
Andika dan Vanesa melihat kejadian itu. Mereka memilih untuk menyaksikan itu dari balik pintu yang tidak tertutup.
Anara memegangi pipinya yang terasa perih.
"Kamu itu kenapa seperti Ibumu, menggoda lelaki agar menghamilimu. Lalu kamu memintanya bertanggung jawab. Kamu mengincar hartanya kan?"
"Apa maksud Papah? Aku tidak seperti itu, Pah." ucap Anara
"Tidak usah mengelak lagi, Papah yakin sekali kalau kamu itu seperti ibu kamu yang dulu menggoda Papah. Dan akhirnya dia hamil anak Papah. Kamu tahu gara-gara Ibumu itu, Papah jadi bertengkar hebat dengan Istri Papah. Tapi pada akhirnya Istri Papah mau memaafkan Papah. Dan dia mengadopsi kamu setelah Ibumu yang ja*lang itu meninggal." ujar Pak Indra
"Apa maksud Papah? Siapa sebenarnya Ibuku itu?" Anara sejak tadi merasa penasaran dengan perkataan Ayahnya.
Bukan hanya Anara yang terkejut, tapi Andika yang menyaksikan itu juga sangat terkejut. Apalagi saat tahu jika ternyata Anara anak dari Pak Indra.
"Kita bicara di kamar saja," Vanesa menarik tangan Andika. Mereka pergi ke kamar.
Pak Indra menghirup nafasnya dalam-dalam.
"Siska, dulu dia sekretaris Papah. Dan dia berhasil menggoda Papah sehingga lahirlah kamu. Ya mungkin karena dulu Ibunya Nesa belum hamil juga. Jadi Papah sempat kepincut oleh sekretaris Papah sendiri. Sungguh Papah sangat menyesal jika mengingat saat itu. Apalagi Ibumu yang selalu berbuat jahat kepada Ibunya Nesa. Maka dari itu, Papah benci sekali sama kamu," ucap Pak Indra sambil menunjuk Anara.
Anara tidak menyangka jika dirinya hanya anak dari hasil perselingkuhan. Sekarang dia tahu kenapa Ayahnya dan Kakaknya sangat membencinya. Karena dia anak yang tidak di inginkan.
"Maafin Nara, Pah." ucap Anara sambil menundukan pandangannya. Anara tak kuasa lagi untuk membendung air matanya.
"Bukan hanya itu," sejenak Pak Indra menghentikan perkataannya. " Istri yang sangat Papah cintai meninggal gara-gara kamu. Dia menyelamatkan kamu saat akan tertabrak mobil. Akhirnya dia yang tertabrak dan meninggal." Pak Indra mengusap sudut matanya yang basah.
Anara menatap Ayahnya. Dia hendak mengusap sudut mata Ayahnya yang basah. Namun Pak Indra menepis tangannya.
"Jangan sentuh saya! Sekarang kemas barang-barangmu dan pergilah dari sini!" setelah mengatakan itu, Pak Indra masuk ke rumah.
Anara masih tak bergeming di tempatnya berdiri. Dia tidak menyangka jika hadirnya dia membuat semua orang terluka. Apalagi saat ini, dengan kehamilannya, itu adalah sebuah aib dalam keluarga itu. Mungkin lebih baik jika dia pergi dari rumah itu.
Untuk saat ini Nara tidak mungkin memohon kepada Papah agar boleh tetap tinggal disini. Karena kesalahan Nara sudah tidak termaafkan,' batin Anara.
Anara melangkah masuk ke rumah. Dia akan mengemasi semua barang-barangnya.
Saat ini Anara sudah bersiap untuk pergi. Dia keluar kamar dengah menarik kopernya. Anara melihat keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Pah, Kak Nesa, Kak Andika, Nara mau pamit pergi. Maafin Nara jika selama ini hanya menyusahkan kalian. Sekali lagi Nara minta maaf." Anara mendekati Ayahnya untuk bersalaman. Namun Pak Indra diam, tak mengangkat tangannya. Begitu juga dengan Vanesa yang tidak mau menjabat tangannya. Hanya Andika yang mau berjabat tangan dengannya.
"Sayang, kamu apa-apaan sih?" Vanesa menjauhkan lagi tangan suaminya yang tadi menjabat tangan Anara.
"Kasihan, Sayang."
"Awas yah kalau berani bersimpati sama dia," ucap Vanesa kepada suaminya.
Andika langsung diam tak berkata apa-apa lagi.
"Anara permisi dulu, Assalamu'alaikum," ucap Anara lalu dia pergi keluar dari rumah itu.
Waalaikum'salam," jawab Pak Indra dalam hati.
Pak Indra hanya menatap kepergian Anara. Dia tahu jika Anara itu anak yang baik dan tidak mungkin bertingkah laku seperti Ibunya. Namun, rasa simpatinya seolah sirna saat tahu jika Anara sedang hamil. Itu mengingatkannya dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.
Jika saja kamu tidak hamil di luar nikah, mungkin Papah masih mengijinkan kamu untuk tetap tinggal disini,' batin Pak Indra.
°°°
Anara masih berjalan tanpa arah tujuan. Apalagi dia sama sekali tidak punya uang pegangan. Sesekali dia berhenti dan duduk di pinggir jalan karena merasa lelah.
kruyuk kruyuk
Anara merasa lapar, namun dia tidak bisa membeli apa pun untuk mengganjal perutnya. Dia melihat ada restoran di depan. Dan restoran itu terlihat rame karena ada promosi. Anara melangkahkan kakinya mendekati restoran itu. Namun dia menghentikan langkahnya saat melihat pasangan di depannya yang sedang bertengkar.
"Oh jadi kamu beli makanan ini untuk selingkuhanmu," ucap seorang wanita kepada kekasihnya.
"Sayang, bukan begitu. Kamu sudah salah paham."
"Aku muak sama kamu," Wanita itu melempar bungkusan makanan yang sedang di pegang ke dalam tong sampah. Lalu dia pergi dari sana.
"Sayang, tunggu!" Lelaki itu mengejar kekasihnya.
Anara menatap bungkusan makanan yang tadi dibuang oleh wanita itu. Lalu dia melihat sekitarnya. Ternyata tidak ada orang lewat. Dia langsung mengambil bungkusan makanan itu dari tong sampah, lalu membawanya pergi.
Alhamdulilah ada rezeki,' gumam Anara lalu kembali melangkah.
Anara berhenti saat dia melewati sebuah taman. Dia mencari tempat duduk karena dia akan makan.
Anara membuka bungkusan makanan yang dia pegang. Ternyata di dalamnya sangat lengkap. Ada nasi, ayam goreng, lalapan, dan satu botol aqua dingin yang di taruh terpisah. Anara mulai melahap makanannya. Menurutnya sangat nikmat, karena dia jarang sekali memakan makanan yang di jual di restoran.
Setelah selesai makan, Anara beristirahat sejenak. Karena dia masih merasa kekenyangan.
Anara melanjutkan lagi perjalanannya. Kebetulan dia melewati jalan depan kontrakan yang berjejer. Dia menghentikan langkahnya sambil melihat bangunan satu petak yang berjejer di depannya.
"Neng, mau ngontrak?" tanya seorang wanita paruh baya dari belakang Anara.
"Tapi saya tidak punya uang, Bu." jawab Anara
"Kalau tidak punya uang, ngapain berdiri disini?" wanita itu pergi dari hadapan Anara.
Anara hanya menghela nafas panjangnya. Dia kembali melanjutkan langkahnya.
Jder jder
Terdengar petir di atas langit. Sepertinya akan turun hujan. Karena Awan juga sudah terlihat mendung.
Aku harus kemana? sebentar lagi akan hujan," gumam Anara.
Anara mencari tempat untuk berteduh. Dia melihat ada cafe yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia buru-buru pergi ke cafe itu untuk berteduh.
Hujan begitu deras di sertai petir. Untung saja Anara sudah berdiri di depan cafe. Dia menggosok-gosokan kedua tangannya karena merasa kedinginan.
"Nona, silahkan masuk saja, bisa pesan kopi untuk menghangatkan badan," ucap lelaki dari arah belakang Anara.
Anara hendak menoleh ke belakang. Namun dia keburu tak sadarkan diri.
"Nona...." lelaki itu menahan tubuh Anara yang hendak terjatuh.
°°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Helena Rusliana
kok aneh katanya dicerita yg lain dia sering nabung kok disini tidak punya uang sepeser pun🤦♀️
2023-01-26
1
Eko Lia
siapa lelaki yg nolong Nara moga dia orang baik
2022-05-17
2
Boru Tonang Nelly
untuk jd budak....😏😏😏
2022-05-05
2