Beberapa hari ini Pak Indra melihat Anara yang terlihat lesu. Bahkan saat membersihkan rumah, Anara sering sekali istirahat. Bukan hanya itu saja, Pak Indra sering mendengar Anara sedang mual-mual. Mirip sekali dengan Vanesa yang sedang hamil.
Pak Indra menghampiri Anara yang sedang mengepel rumah. Namun beberapa kali Anara mengusap keningnya yang berkeringat.
"Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kinerja kamu terlihat menurun," Pak Indra berdiri di depan Anara sambil memperhatikan raut wajahnya.
"Maaf Pah, aku sering lemas dan juga sering cape," jawab Anara
"Bukannya beberapa hari yang lalu sudah periksa ke klinik, atau jangan-jangan malah kamu pakai uang itu untuk jajan di luar."
"Nara pakai untuk periksa kok," kata Anara
"Lalu, apa kata Dokter?"
"Anara hanya kecapean saja, Pah." jawab Anara
"Kamu yakin?"
"Iya Pah, Ak--" Anara hendak menjawab namun dia merasa pusing dan lemas. Dia tak bisa lagi menopang tubuhnya.
Bruk
Anara pingsan di hadapan Ayahnya.
"Astaga, menyusahkan saja," gumam Pak Indra lalu segera mengangkat Anara.
Terlihat Vanesa dan Andika baru masuk ke rumah. Keduanya melihat Pak Indra yang sedang menggendong Anara.
"Pah, Nara kenapa?" tanya Vanesa
"Dia pingsan," jawab Pak Indra
"Kok bisa?"
"Kecapean mungkin," ucap Pak Indra
Vanesa dan Andika mendekati Pak Indra dan Anara. Kebetulan saat ini Anara sedang di tidurkan di atas sofa.
"Wajahnya pucat sekali, Pah. Lebih baik kita panggilkan Dokter atau di bawa ke rumah sakit," Andika menatap wajah Anara yang terlihat pucat.
"Tidak perlu, manja sekali sih. Nanti di kasih obat warung juga sembuh." ucap Vanesa
"Sudahlah, biarkan saja! Kalian ke kamar saja, biar Papah yang urus Nara."
"Baik Pah," ucap Vanesa lalu dia menggandeng tangan suaminya. Mereka berdua pergi ke kamar.
Setelah kepergian Vanesa dan Andika, Pak Indra juga pergi mengambil minyak angin untuk Anara.
Terlihat Anara yang sudah sadar dari pingsannya. Anara memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Aku kenapa?" Anara melihat sekitarnya. Dia baru sadar jika saat ini dia sedang berada di atas sofa. Anara buru-buru turun dari atas sofa. Dia berjalan pelan menuju ke kamarnya.
Anara akan istirahat untuk beberapa waktu hingga rasa sakit di kepalanya mereda.
Pak Indra sudah kembali ke ruang keluarga. Namun Anara sudah tidak ada disana.
Dimana dia? Ah sudahlah, mungkin sudah sadar,' Pak Indra berlalu pergi dari ruang keluarga.
°°
°°
Terlihat Anara baru keluar dari kamarnya. Dia melihat Vanesa dan Andika sedang duduk di ruang makan.
"Sayang, makan yang banyak dong biar adek bayinya sehat," ucap Andika sambil menyuapkan satu tusuk sate ke mulut Vanesa.
"Iya, Mas. Aku selalu banyak kok kalau makan. Ini enak loh, makasih yah, Mas."
"Sama-sama, sayang. Sudah sewajarnya aku memanjakan kamu."
Glek
Anara melihat Vanesa yang terlihat lahap memakan sate. Untuk pertama kalinya Anara menginginkan sate seperti yang sedang di makan Kakaknya.
Aku ingin sekali sate milik Kak Nesa,' batin Anara sambil mengusap perutnya.
Vanesa melihat Anara yang sedang memperhatikannya.
"Ngapain kamu lihat-lihat? Kamu mau?" tanya Vanesa
"Tidak kok, Nona. Saya tidak mau," jawab Anara
"Baguslah, tidak seharusnya pembantu makan makanan enak seperti ini."
Vanesa kembali menaruh bungkusan sate yang sudah kosong ke dalam plastik. Lalu dia mengajak suaminya untuk pergi dari sana.
Anara mendekati meja makan lalu membuka bungkusan sate yang ada di dalam plastik.
Tinggal bumbunya saja," Anara menjilat bumbu sate yang masih tersisa sedikit.
Andika sengaja kembali ke ruang makan. Dia melihat Anara sedang memakan bumbu sisa sate yang tadi di makan Vanesa.
"Kamu mau? Biar saya belikan," ucap Andika dari belakang Anara.
"Tidak usah, aku tidak mau kok," Anara buru-buru mengambil bungkusan plastik yang kosong itu lalu membuangnya.
Andika mengikuti kemana Anara melangkah.
"Sudahlah, tidak usah berpura-pura. Aku mau beliin kok, tapi tidak gratis loh."
Andika menatap Anara dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Anara menatap arah pandang Andika. Dia menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Tidak mau," ucap Anara
"Baiklah kalau begitu," Andika pergi dari sana setelah mengambil air dingin dari kulkas.
Aku ingin sekali makan sate, sepertinya enak,' batin Anara
Anara kembali ke kamarnya. Dia mencari uang yang bisa dia pakai untuk membeli sate. Anara menemukan uang 50 ribu di dompetnya.
Nanti setelah selesai memasak, aku mau keluar beli sate," gumam Anara lalu dia kembali keluar kamar untuk masak makan malam.
Anara menghidangkan semua masakannya di atas meja makan. Setelah itu dia segera bersiap untuk mandi karena akan pergi keluar rumah.
Terlihat Anara sedang bercermin sambil menyisir rambutnya. Dia mendengar ada yang memanggil dirinya dari luar.
Cklek
Anara membuka pintu kamarnya dan melihat Vanesa sedang berdiri di depan pintu.
"Ada apa Kak?" tanya Anara
"Stt, jangan panggil Kakak, nanti kalau Mas Andika dengar bisa gawat."
"Eh iya, maksud saya Nona," ucap Anara
"Ayo ikut aku! Kakiku pegal-pegal nih harus di pijat," ucap Vanesa
"Tapi Nona--" Anara sedikit bingung karena dia harus pergi keluar.
"Jangan menolak! Kamu berani menentang perintahku!"
"Baik Nona," akhirnya Anara menuruti perintah Kakaknya.
Kini mereka berdua sudah berada di ruang keluarga. Vanesa duduk berselonjor di atas sofa. Anara mulai memijat kaki Kakaknya sambil dudukan di lantai.
Vanesa melihat Anara mengusap keningnya.
"Masa baru sebentar saja sudah keringetan sih? Payah sekali kamu sekarang kayak nenek-nenek," ucap Vanesa kepada adiknya.
"Maaf Nona, mungkin hari ini saya sedang kecapean," ucap Anara
Vanesa kembali fokus menatap layar televisi yang sedang dia tonton.
Sudah 30 menit Anara memijat Kaki Vanesa. Namun Vanesa belum memintanya berhenti.
"Nona, saya sudah cape," ucap Anara
"Dasar tidak berguna, baiklah untuk kali ini tidak apa-apa. Tapi lain kali awas saja kalau berani berhenti melakukan apa yang saya perintahkan."
"Terima kasih, Nona." Anara segera pergi dari sana. Dia akan ke kamar untuk mengambil uang. Karena dia akan keluar membeli sate.
Anara berjalan sendirian di kompleks perumahan. Dia akan membeli sate di depan.
Anara sudah keluar dari area perumahan. Dia melihat penjual sate di dekat swalayan. Namun saat menyebrang, ada mobil yang hampir saja menabraknya.
Ckit
Anara berjongkok sambil menutup kedua matanya.
"Nona tidak apa-apa?" seorang lelaki bertanya kepada Anara.
"Saya masih hidup? saya tidak terluka?" Anara menatap dirinya sendiri.
"Tidak, Nona. Nona masih baik-baik saja," ucap lelaki yang tak lain adalah Aldi.
Anara berdiri dan menatap Aldi yang sedang berdiri.
"Sepertinya kita pernah ketemu," Anara menelisik wajah Aldi yang menurutnya tidak asing.
"Saya Aldi, kita yang ketemu di pesta pernikahan loh," ucap Aldi
"Oh iya, saya baru ingat."
"Maaf yah, tadi saya tidak melihat Nona menyebrang."
"Iya, lagian saya masih baik-baik saja."
"Nona mau kemana? Apa mau saya antar?"
"Tidak usah, saya hanya mau ke depan sana beli sate."
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu Nona," ucap Aldi berpamitan.
Aldi kembali masuk ke dalam mobilnya. Bagitu juga dengan Anara yang melanjutkan langkahnya.
Anara sudah berada di tempat penjual sate. Ternyata satenya sudah habis. Anara merasa sedih karena dia tidak bisa mendapatkan sate yang dia inginkan.
Aku tidak mungkin pergi ke tempat lain untuk mencari penjual sate, karena dengan uang 50 ribu ini, untuk membayar angkutan umum saja tidak akan cukup,' batin Anara
Anara kembali pulang dengan menahan keinginannya.
°°°
Untuk bulan ini masih di usahakan bisa up walaupun tidak tiap hari😊 untuk bulan depan novel ini akan crazy up😊 mohon bersabar
Jangan lupa like komennya biar lebih semangat up😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Kusmia Mia
kebahagiaan kinaraanya lemah...gak asyik
2023-08-23
1
Erlangga Saputra
crita nya kejam banget sih thorrr..kenapa ada gitu cewe lemah banget kaya anara.mending pergi dari rumah.jadi pembantu orang dapet gaji.
2023-04-13
1
Arta Boru Siregar
membosankan
2022-12-31
2