17. Hujan di atas bukit

Ellie dan Iva memutuskan untuk melihat lihat sungai samping rumah. Mereka berdua berjalan menyusuri sungai, dan langsung dibuat kagum dengan indahnya lukisan alam. Bebatuan yang begitu besar dengan aliran air yang bersih, jernih dan cukup deras. Sementara Mella memilih untuk tidak ikut ke sungai. Dia kembali ke rumah melalui pintu belakang.

"Ell, sebenarnya daerah tempat tinggal kita itu tidak kekurangan Sumber daya alam untuk digunakan sebagai sarana wisata ya," ujar Iva tiba tiba.

"Ya begitulah. Daerah hulu sungai yang natural seperti ini benar benar memanjakan mata. Hanya saja akses kesini yang sulit. Mungkin jika pemerintah setempat mau untuk membuatkan jalan, tempat ini akan sangat ramai dikunjungi warga kota yang sudah penat dengan kebisingan dan aktivitas hariannya," Ellie menimpali.

"Apa mungkin itu tujuan Zainul membuat rumah di tempat seperti ini ya, supaya ada orang yang mau berkunjung ke tempat indah meski terpencil," Iva mengernyitkan dahi.

"Bisa jadi sih, jalan pikiran Zainul susah ditebak," Ellie duduk di salah satu batu besar di tengah sungai.

"Ngomong ngomong Yodi kemana ya? Apa benar dia pulang sendirian dalam keadaan terluka?" Iva ikut duduk di atas batu, dekat dengan Ellie. Matahari terlihat sudah cukup tinggi di langit yang berwarna tosca cerah hari ini.

"Entahlah. Aku sih berharap dia baik baik saja," Ellie menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa kulit putihnya.

"Yodi dulu anak yang paling bandel kan? Dia yang paling sering mengerjai Zainul. Aku jadi ingat, dulu dia pernah mengunci Zainul dalam lemari. Kalau nggak salah, Zainul baru ditemukan saat jam pulang sekolah dalam keadaan terikat di lemari gudang," Iva tampak mengingat ingat.

"Apa kita pantas disebut teman oleh Zainul? Apakah Zainul sudah memaafkan kita?" Ellie menutupi kelopak matanya menggunakan punggung tangan.

"Itu kan masa lalu Ell. Dengan segala kesuksesannya, aku yakin Zainul sudah move on. Kenakalan remaja terjadi ya karena pola pikir yang belum matang. Sekarang kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik. Bukankah begitu?" Iva tersenyum menatap Ellie.

"Tapi, sudahkah kita meminta maaf pada Zainul?" Ellie memejamkan matanya. Iva diam saja tak menyahut.

* * *

Pak Mardoyo, Galang dan Bayu telah mencapai puncak bukit. Langkah Pak Mardoyo benar benar cepat dan bertenaga. Bayu dan Galang yang notabene berusia jauh lebih muda dari Pak Mardoyo nyatanya tak mampu menyembunyikan rasa lelahnya.

"Pak Pak. . .bisa nggak kita berhenti dulu," ucap Galang memelas.

"Kenapa Mas?" Pak Mardoyo tersenyum yang terasa mengejek.

"Betisku rasanya mau meledak Pak. Ini kalau dipaksain bisa kram ini," Galang memegangi kakinya.

"Mas nya kurang olahraga itu. Bapak saja yang udah sepuh kuat lho. Ya sudah kita istirahat sebentar," Pak Mardoyo mengalah. Akhirnya mereka bertiga berhenti di bawah pohon sengon, terletak di bagian puncak bukit yang cukup lapang.

"Pak, saya mau tanya sesuatu," ucap Bayu tiba tiba.

"Silahkan," sahut Pak Mardoyo.

"Sejak kapan Zainul memakai kursi roda? Dan sebenarnya dia sakit apa?" 

"Beberapa bulan belakangan ini Tuan Zainul kurang sehat. Terkait sakitnya, bukankah anda berdua lebih tahu?" Pak Mardoyo balik bertanya. Bayu dan Galang saling bertukar pandang. 

"Kami tidak mengerti maksud Bapak," ucap Bayu meyakinkan.

"Ya mungkin setelah Anda semua tinggal di rumah Tuan Zainul beberapa hari, anda akan ingat kembali. Terkadang orang yang bersalah akan berusaha menyangkal dan melupakan kesalahannya, sementara pihak yang dirugikan tak sedikitpun bisa lupa," Pak Mardoyo berdiri dari duduknya.

"Mari kita jalan lagi Tuan," ucap Pak Mardoyo. Bayu dan Galang masih terbengong bengong.

Mereka bertiga kembali berjalan menyusuri perbukitan. Sesekali Bayu berteriak memanggil nama Yodi. Dia masih berharap temannya itu ada di satu sudut hutan atau mungkin sedang 'kalap' dan tersesat.

Waktu terus berjalan, mengelilingi perbukitan dari satu sudut ke sudut yang lain namun hasilnya nihil. Tak ada Yodi, tak ada tanda tanda dia melewati bukit itu.

"Dengan kaki yang terluka kemarin, seharusnya Yodi tak mampu berjalan jauh. Apa mungkin kita kurang teliti, kenapa kita tak mencarinya di dalam rumah saja," Galang berbicara sambil mengatur nafasnya yang tersengal.

"Atau mungkin, Yodi menjadi korban kejahatan," Galang mengucapkan kalimatnya yang sejak kemarin dia tahan.

"Kejahatan tidak bisa disebut kejahatan, jika tidak ada korban dan bukti. Bukankah begitu Tuan petugas?" Pak Mardoyo tersenyum ke arah Bayu.

Lagi lagi di mata Bayu, penjaga rumah itu bersikap tidak wajar. Seingat Bayu, dia tidak pernah mengatakan kepada Pak Mardoyo bahwa dia seorang petugas kepolisian. Namun dari apa yang baru saja Pak Mardoyo katakan, Bayu menduga laki laki tua itu tahu tentang pekerjaannya.

"Mungkin lebih baik kita segera kembali ke rumah," Pak Mardoyo menunjuk awan hitam yang menggumpal di langit sebelah selatan.

Cuaca di akhir tahun memang sering tidak bisa diprediksi. Padahal baru saja langit terlihat cerah, seolah warna biru pastel di angkasa tak mungkin tergantikan. Namun nyatanya gumpalan awan yang begitu pekat, bergerak dengan sangat cepat.

Pak Mardoyo berjalan paling depan, disusul Bayu, dan yang paling belakang adalah Galang. Jalanan setapak tak bisa dilewati dengan berjejer. Pak Mardoyo semakin mempercepat langkah saat jalan yang dilewati berupa turunan. Bayu sedikit kesulitan untuk menyusul. Galang juga semakin tertinggal di belakang.

Langit semakin gelap. Gelegar guntur terdengar bersahut sahutan. Mau tidak mau Pak Mardoyo terus menambah kecepatan langkah kakinya. Dia sedikit berlari melompat dari satu bebatuan ke bebatuan yang lain.

Bersama dengan rintik hujan, Bayu terus mencoba mengejar langkah Pak Mardoyo. Bayu tidak mau tertinggal, apalagi hutan yang dilalui masih terasa asing baginya. Bayu melupakan Galang yang ada di belakang. Rintik hujan semakin besar, dan jarak pandang semakin terbatas.

Galang terengah engah. Dia kehilangan Pak Mardoyo dan Bayu yang ada di depannya. Hujan membuat perbukitan sangat gelap dan berkabut. Pijakan pun semakin licin, salah langkah sedikit saja dia bisa jatuh terguling ke jurang.

"Baayyyy," Galang berteriak. Dia mencoba memanggil Bayu yang ada di depan. Namun, suaranya tertutup oleh derasnya air langit yang tumpah ke bumi.

Galang mulai gusar. Jalanan setapak yang dilewati mulai ada percabangan. Dia lupa ke arah mana dia harus melangkah. Hujan juga membuatnya bersin beberapa kali karena kedinginan.

"Janc**!" Galang mengumpat, merasakan kakinya tergores duri. 

"Tahu kayak gini aku nggak sudi ikut."

 Hujan bertambah deras, seakan menghukum Galang yang telah berkata kotor di tengah hutan. Mungkin benar kata orangtua jangan berbicara kotor saat kita berada ditempat asing sendirian.

Galang memutuskan untuk mencari tempat berteduh. Lagipula dia yakin Bayu akan segera sadar kalau dirinya tertinggal. Pasti nanti Bayu akan mencarinya. Galang mencari pohon besar yang bisa digunakan untuk berteduh.

Lain dicari lain pula yang ditemukan. Galang malah menemukan sebuah bangunan terbuat dari papan kayu dengan daun kelapa kering sebagai atapnya. Sebuah pondok tua. Terlihat tidak terawat dan menyeramkan.

Galang berpikir sejenak. Dengan sedikit keraguan di hatinya, dia berjalan mendekati pondok tua tersebut.

Bersambung ___

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

sengaja ditinggal pasti nih

2024-02-03

2

Michelle Ardina

Michelle Ardina

serem

2024-01-06

0

Hestiyani aja

Hestiyani aja

pasti yodi ada di lemari gudang dan ketutup kayu

2023-09-10

1

lihat semua
Episodes
1 1. Sepucuk surat
2 2. Guru BK
3 3. Perjalanan melewati hutan
4 4. Puncak bukit
5 5. Rumah yang tertutup rapat
6 6. Mumi
7 7. Sebelas orang
8 8. Sesuatu yang hanyut
9 9. Kamar Tamu
10 10. Hilang
11 11. Makan malam
12 12. Handuk Basah
13 13. Kamar atas
14 14. Dipta dan Galang
15 15. Kesalahan masa lalu
16 16. Analisa Bayu
17 17. Hujan di atas bukit
18 18. Dipta
19 19. Terisolasi
20 20. Kayu Bakar dan Hujan
21 21. Kue ulang tahun
22 22. Pondok Tua
23 23. Cokelat untukmu
24 24. Bunga dan Kumbang
25 Ruang Curhat
26 25. Perselisihan
27 26. Tia
28 27. Dugaan Denis
29 28. Lemari
30 29. Batu Nisan
31 30. Pertarungan
32 31. Luka di kaki
33 32. Pemeriksaan Kamar
34 33. Sebuah Kunci
35 34. Malam kedua
36 35. Putus Asa
37 36. Dalam Kegelapan
38 37. Hidup dan Mati
39 38. Amarah Ellie
40 39. Fadlan dan Wignyo
41 40. Suara apa gerangan?
42 41. Pesan Galang
43 42. Ruangan yang asing
44 43. Ekskul Drama
45 Ruang Curhat II
46 44. Tuan Zainul
47 45. Saran Bayu
48 46. Tabur Tuai
49 47. Perempuan tua misterius
50 48. Penonton pertunjukan
51 49. Keluar dari hutan
52 50. Kamar Sang Rich Man
53 51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54 Ruang Curhat III
55 52. Kalian tidak akan mengerti!
56 53. Zainul
57 54. Kebakaran
58 55. Peran Bayu
59 56. Buku bersampul merah
60 57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61 58. Penebusan
62 59. Hilangkan jejak
63 60. Pembalasan dan Penebusan
64 I. Lembaran Baru
65 II. Senja Pertama
66 III. Makan Malam Keluarga
67 IV. Buku Merah Maroon
68 V. Pagi berkabut
69 VI. Miko
70 VII. Tamu
71 VIII. Mari berfoto
72 IX. Kepingan Surga
73 X. Perseteruan
74 XI. Buku di atas ranjang
75 XII. Lenyapnya isi kulkas
76 XIII. Sajian lezat
77 XIV. Kematian Erfan
78 XV. Praduga Ali
79 XVI. Selimut
80 XVII. Dalam selimut
81 XVIII. Jejak Kaki di dapur
82 XIX. Air terjun di tengah malam
83 XX. Uang dalam karung
84 XXI. Tamu jam satu malam
85 XXII. Interogasi
86 XXIII. Kesimpulan Awal
87 XXIV. Kamar Erwin
88 XXV. Masa Lalu
89 XXVI. Tarji alergi dingin
90 XXVII. Kemampuan Bayu
91 XXVIII. Cincin Ananta
92 XXIX. Sebuah tamparan
93 XXX. Perempuan pemilik uang
94 XXXI. Kecantikan Medusa
95 XXXII. Jumat Pahing
96 XXXIII. Bidan Desa
97 XXXIV. Bidan Nurma
98 XXXV. Buku seri ketiga
99 XXXVI. I Will Always Love You
100 XXXVII. Perempuan di depan cermin
101 XXXVIII. Penyesalan Erwin
102 XXXIX. Erwin pelakunya
103 XL. Keterangan Semua Orang
104 XLI. Miko Hilang
105 XLII. Menuntut Balas!
106 XLIII. Lari atau kembali?
107 XLIV. Kegilaan Erwin
108 XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109 XLVI. Kenyataan Damar
110 XLVII. Manusia bertopeng iblis
111 XLVIII. Hujan merah maroon
112 XLIX. Tangis Miko
113 L. Kembalinya Miko
114 LI. Aroma hutan di malam kelam
115 LII. Tanah milik Sang Rich Man
116 LIII. Tawa Anggun
117 LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118 LV. Janji dua anak manusia
119 LVI. Akhir adalah Awal
120 Karya Misteri Baru dari bung Kus
121 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122 Ijin Promo Judul Baru
123 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Sepucuk surat
2
2. Guru BK
3
3. Perjalanan melewati hutan
4
4. Puncak bukit
5
5. Rumah yang tertutup rapat
6
6. Mumi
7
7. Sebelas orang
8
8. Sesuatu yang hanyut
9
9. Kamar Tamu
10
10. Hilang
11
11. Makan malam
12
12. Handuk Basah
13
13. Kamar atas
14
14. Dipta dan Galang
15
15. Kesalahan masa lalu
16
16. Analisa Bayu
17
17. Hujan di atas bukit
18
18. Dipta
19
19. Terisolasi
20
20. Kayu Bakar dan Hujan
21
21. Kue ulang tahun
22
22. Pondok Tua
23
23. Cokelat untukmu
24
24. Bunga dan Kumbang
25
Ruang Curhat
26
25. Perselisihan
27
26. Tia
28
27. Dugaan Denis
29
28. Lemari
30
29. Batu Nisan
31
30. Pertarungan
32
31. Luka di kaki
33
32. Pemeriksaan Kamar
34
33. Sebuah Kunci
35
34. Malam kedua
36
35. Putus Asa
37
36. Dalam Kegelapan
38
37. Hidup dan Mati
39
38. Amarah Ellie
40
39. Fadlan dan Wignyo
41
40. Suara apa gerangan?
42
41. Pesan Galang
43
42. Ruangan yang asing
44
43. Ekskul Drama
45
Ruang Curhat II
46
44. Tuan Zainul
47
45. Saran Bayu
48
46. Tabur Tuai
49
47. Perempuan tua misterius
50
48. Penonton pertunjukan
51
49. Keluar dari hutan
52
50. Kamar Sang Rich Man
53
51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54
Ruang Curhat III
55
52. Kalian tidak akan mengerti!
56
53. Zainul
57
54. Kebakaran
58
55. Peran Bayu
59
56. Buku bersampul merah
60
57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61
58. Penebusan
62
59. Hilangkan jejak
63
60. Pembalasan dan Penebusan
64
I. Lembaran Baru
65
II. Senja Pertama
66
III. Makan Malam Keluarga
67
IV. Buku Merah Maroon
68
V. Pagi berkabut
69
VI. Miko
70
VII. Tamu
71
VIII. Mari berfoto
72
IX. Kepingan Surga
73
X. Perseteruan
74
XI. Buku di atas ranjang
75
XII. Lenyapnya isi kulkas
76
XIII. Sajian lezat
77
XIV. Kematian Erfan
78
XV. Praduga Ali
79
XVI. Selimut
80
XVII. Dalam selimut
81
XVIII. Jejak Kaki di dapur
82
XIX. Air terjun di tengah malam
83
XX. Uang dalam karung
84
XXI. Tamu jam satu malam
85
XXII. Interogasi
86
XXIII. Kesimpulan Awal
87
XXIV. Kamar Erwin
88
XXV. Masa Lalu
89
XXVI. Tarji alergi dingin
90
XXVII. Kemampuan Bayu
91
XXVIII. Cincin Ananta
92
XXIX. Sebuah tamparan
93
XXX. Perempuan pemilik uang
94
XXXI. Kecantikan Medusa
95
XXXII. Jumat Pahing
96
XXXIII. Bidan Desa
97
XXXIV. Bidan Nurma
98
XXXV. Buku seri ketiga
99
XXXVI. I Will Always Love You
100
XXXVII. Perempuan di depan cermin
101
XXXVIII. Penyesalan Erwin
102
XXXIX. Erwin pelakunya
103
XL. Keterangan Semua Orang
104
XLI. Miko Hilang
105
XLII. Menuntut Balas!
106
XLIII. Lari atau kembali?
107
XLIV. Kegilaan Erwin
108
XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109
XLVI. Kenyataan Damar
110
XLVII. Manusia bertopeng iblis
111
XLVIII. Hujan merah maroon
112
XLIX. Tangis Miko
113
L. Kembalinya Miko
114
LI. Aroma hutan di malam kelam
115
LII. Tanah milik Sang Rich Man
116
LIII. Tawa Anggun
117
LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118
LV. Janji dua anak manusia
119
LVI. Akhir adalah Awal
120
Karya Misteri Baru dari bung Kus
121
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122
Ijin Promo Judul Baru
123
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!