18. Dipta

JDEERRRRR

Gemuruh petir memekakkan telinga. Ellie dan Iva berlari lari kecil menuju ke rumah. Hujan pun mulai turun berupa butiran butiran halus. Langit biru yang beberapa waktu lalu terlihat cantik, kini telah terganti dengan gumpalan gumpalan kehitaman.

Ellie dan Iva berhasil mencapai teras rumah, saat butir butir air yang lebih besar jatuh ke tanah. Iva tiba tiba saja tertawa cukup kencang. 

"Kesambet kamu? Tiba tiba tertawa sendiri," Ellie menepuk pundak Iva.

"He he he. . . Bukaaan. Lucu aja sih, aku tiba tiba teringat masa kecil dulu. Saat hujan datang, lari lari di halaman rumah. Masa dimana hal sepele dan sederhana bisa membuat bahagia. Masa dimana aku nggak perlu ambil pusing dengan berapa jumlah saldo rekening yang tersisa," Iva bergumam, matanya menatap pada mendung hitam di kejauhan.

"Ada benarnya juga sih. Manusia itu memang makhluk yang aneh. Saat masih kecil, pengen segera dewasa. Pengen segera bisa nyari duit sendiri. Nyatanya begitu sudah dewasa, kita akan bernostalgia dan sadar bahwa lebih mudah menjadi anak kecil," Ellie duduk di lantai teras rumah.

"Emm, ngomong ngomong, aku pernah menonton pementasan dramamu. Kupikir kamu sangat berbakat. Kenapa nggak coba ikut casting untuk film, sinetron dan semacamnya?" Ellie bertanya di tengah rintik hujan yang semakin lebat.

"Bermimpi itu mudah Ell. Mewujudkannya itu yang susah. Aku pernah memiliki mimpi itu, namun akhirnya aku menyerah untuk menggapainya," Iva menghela nafas.

"Kenapa?"

"Ya karena aku tinggal jauh dari pusat perusahaan perfilm an Ell. Kalau aku berniat mengikuti casting, aku harus pergi jauh, aku harus merantau. Untuk memulai sesuatu dari nol itu butuh kemauan dan tekad yang besar. Dan aku tidak punya itu. Bahkan aku sering insecure dengan parasku yang biasa biasa saja. Dalam pementasan drama saja aku tak pernah menjadi tokoh utama," Iva menghela nafas. Ada amarah pada dirinya sendiri yang terasa tertahan.

"Tenanglah. Setiap orang punya rasa minder dan kurang pada dirinya sendiri. Itu manusiawi. Hanya saja saat kamu merasa rendah, jadikan itu pemantik semangat bahwa kamu harus berusaha untuk bisa menjadi tinggi. Tentunya tinggi dengan kerendahan hati," Ellie tersenyum menatap Iva.

Tiba tiba dari kejauhan, di antara derasnya hujan nampak seseorang berlarian. Ellie dan Iva berdiri dari duduknya. Ellie menyipitkan matanya, berusaha melihat siapa gerangan yang sudi berlari larian di saat hujan, di tengah hutan pula.

"Apa mungkin Yodi?" Ucap Iva. Ellie diam saja tak menyahut.

Saat jarak semakin dekat barulah terlihat sosok yang berlari di tengah hujan tadi adalah Bayu. Petugas kepolisian itu tampak basah kuyup. Dia berhenti di hadapan Ellie dan Iva dengan nafas tersengal.

"Sialan. Kupikir Yodi," Iva mendengus kesal.

"Ngapain sih Bay, jogging di tengah hujan?" Ellie memicingkan matanya, heran melihat kelakuan Bayu.

Bayu masih saja diam. Dia berusaha mengatur nafasnya. Dengan sekujur badan yang basah, dia bersandar pada tembok di teras rumah. Detik berikutnya dia duduk bersila di lantai, menimbulkan genangan air dari tubuhnya.

"Kalian sudah lama disini?" Bayu bertanya.

"Maksudmu?" Ellie mengernyitkan dahi.

"Berapa lama kalian berada di teras rumah ini?" Bayu mengulangi pertanyaannya.

"Ya lumayan Bay. Sebelum hujan deras datang," jawab Ellie.

"Kalian lihat Pak Mardoyo atau Galang kembali ke rumah ini? Soalnya kita bertiga tadi ke bukit di atas sana dan terpisah gara gara hujan turun," Bayu kembali bertanya.

"Tidak ada siapapun yang berlari dari hutan, kecuali kamu Bay," sambung Ellie.

Bayu menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal. Padahal dia berencana untuk mengawasi Pak Mardoyo, namun malah kehilangan jejak. Bayu ingat dengan jelas, tadi Pak Mardoyo berada di depannya, namun nyatanya penjaga rumah itu belum sampai juga. Apalagi Galang juga tidak ada di belakangnya.

"Gawat!" Bayu bergumam sendiri.

"Hei, ayo segera masuk ke dalam. Kamu kedinginan, nanti bisa masuk angin," Iva menarik lengan Bayu, mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Bayu menurut saja. Tak ada yang bisa dilakukan sekarang. Mencari Galang di hutan dalam kondisi dan cuaca sekarang sama saja dengan bunuh diri. Hujan deras dengan gemuruh petir yang bersahut sahutan. Kabut tebal pekat juga sangat menganggu penglihatan.

Bayu, Ellie, dan Iva masuk ke dalam rumah menemukan Norita tengah asyik menonton TV. 

"Hei, TV nya mbok ya di matiin," seloroh Iva.

"Lha kenapa?" Tanya Norita dengan ekspresi tak berdosa.

"Hujan Noriii. . .kamu nggak dengar apa, itu petir bersahut sahutan," Iva melotot jengkel.

Norita tak menjawab. Dengan wajah masam dia mematikan televisi. Kemudian dia beralih menatap Bayu yang basah kuyup. Norita hendak membuka mulutnya untuk bertanya, saat Denis berlari menuruni tangga dari lantai atas.

"Gawaatt!" Teriakk Denis. Wajahnya tampak pucat dan ketakutan.

"Ada apa lagi?" Iva bertanya setengah berteriak.

"Dipta. . .Dipta di kamarnya," Denis tergagap.

"Ngomong yang jelas semprul," Norita menimpali.

Bayu tidak menunggu penjelasan dari Denis. Melihat wajah Denis yang begitu ketakutan, Bayu yakin ada yang tidak beres. Masih dalam keadaan basah kuyup, dia berlari ke lantai atas. Dan pada akhirnya, semua orang mengekor mengikuti Bayu.

Sampai di lantai atas, terlihat pintu kamar Dipta terbukaa lebar. Bayu berlari menghambur ke dalam kamar. Dan akhirnya dia tahu, pantas saja tadi Denis nampak begitu ketakutan. Sosok Dipta ada di sudut ruangan tampak menakutkan.

Dipta terlihat terduduk di lantai dengan mulut menganga. Matanya memutih sementara tubuhnya tampak sangat kaku.

Bayu mendekati sosok Dipta. Dia menyentuh pergelangan tangan, memeriksa denyut nadi Dipta, dan tidak menemukan apapun disana. Dipta telah tiada.

" Tolong semuanya tetap di luar," Bayu memberi perintah saat gerombolan teman temannya itu sampai di ambang pintu kamar.

Bayu memperhatikan dengan seksama kondisi kamar Dipta. Kamar yang sama persis dengan yang Bayu tempati. Dari segi ukuran, warna cat dan perlengkapan tidur, semua sama tak ada beda.

Bayu menemukan sebuah asbak tergeletak di lantai kamar. Ada putung rokok di dalam asbak. Dan Bayu menemukan ada dua jenis rokok yang berbeda. Putung rokok di asbak menjelaskan bahwa selain Dipta, ada orang lain yang mungkin sempat ngerokok bareng di kamar ini.

Bayu mengamati mayat Dipta kali ini. Apa gerangan yang telah membunuhnya? Bayu akhirnya menemukan, dalam pangkal tenggorokan Dipta nampak sebuah benda berjubel berwarna hijau. Benda itu adalah kue kukus pandan buatan Mak Ijah.

Setelah beberapa saat lamanya, Bayu berdiri dan menghadap teman temannya yang masih berdiam di depan pintu kamar.

"Dipta sudah nggak ada. Menurut prediksiku sementara, Dipta tewas karena kehabisan nafas. Entah apa yang terjadi sebenarnya. Tapi yang jelas semua orang harap lebih hati hati dan waspada," Bayu menatap satu persatu orang yang berjejer di depan pintu.

"Denis? ikut denganku!" Ucap Bayu tiba tiba.

Bersambung___

Terpopuler

Comments

Any Sumarni

Any Sumarni

pasti hendra

2024-01-16

1

Laksmi Amik

Laksmi Amik

siapa sih penasaran banget

2024-01-15

0

Ekin Quen Linzyu Pioh

Ekin Quen Linzyu Pioh

kan yg masuk rokok semalam sama Dipta si Hendra yaa,,

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Sepucuk surat
2 2. Guru BK
3 3. Perjalanan melewati hutan
4 4. Puncak bukit
5 5. Rumah yang tertutup rapat
6 6. Mumi
7 7. Sebelas orang
8 8. Sesuatu yang hanyut
9 9. Kamar Tamu
10 10. Hilang
11 11. Makan malam
12 12. Handuk Basah
13 13. Kamar atas
14 14. Dipta dan Galang
15 15. Kesalahan masa lalu
16 16. Analisa Bayu
17 17. Hujan di atas bukit
18 18. Dipta
19 19. Terisolasi
20 20. Kayu Bakar dan Hujan
21 21. Kue ulang tahun
22 22. Pondok Tua
23 23. Cokelat untukmu
24 24. Bunga dan Kumbang
25 Ruang Curhat
26 25. Perselisihan
27 26. Tia
28 27. Dugaan Denis
29 28. Lemari
30 29. Batu Nisan
31 30. Pertarungan
32 31. Luka di kaki
33 32. Pemeriksaan Kamar
34 33. Sebuah Kunci
35 34. Malam kedua
36 35. Putus Asa
37 36. Dalam Kegelapan
38 37. Hidup dan Mati
39 38. Amarah Ellie
40 39. Fadlan dan Wignyo
41 40. Suara apa gerangan?
42 41. Pesan Galang
43 42. Ruangan yang asing
44 43. Ekskul Drama
45 Ruang Curhat II
46 44. Tuan Zainul
47 45. Saran Bayu
48 46. Tabur Tuai
49 47. Perempuan tua misterius
50 48. Penonton pertunjukan
51 49. Keluar dari hutan
52 50. Kamar Sang Rich Man
53 51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54 Ruang Curhat III
55 52. Kalian tidak akan mengerti!
56 53. Zainul
57 54. Kebakaran
58 55. Peran Bayu
59 56. Buku bersampul merah
60 57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61 58. Penebusan
62 59. Hilangkan jejak
63 60. Pembalasan dan Penebusan
64 I. Lembaran Baru
65 II. Senja Pertama
66 III. Makan Malam Keluarga
67 IV. Buku Merah Maroon
68 V. Pagi berkabut
69 VI. Miko
70 VII. Tamu
71 VIII. Mari berfoto
72 IX. Kepingan Surga
73 X. Perseteruan
74 XI. Buku di atas ranjang
75 XII. Lenyapnya isi kulkas
76 XIII. Sajian lezat
77 XIV. Kematian Erfan
78 XV. Praduga Ali
79 XVI. Selimut
80 XVII. Dalam selimut
81 XVIII. Jejak Kaki di dapur
82 XIX. Air terjun di tengah malam
83 XX. Uang dalam karung
84 XXI. Tamu jam satu malam
85 XXII. Interogasi
86 XXIII. Kesimpulan Awal
87 XXIV. Kamar Erwin
88 XXV. Masa Lalu
89 XXVI. Tarji alergi dingin
90 XXVII. Kemampuan Bayu
91 XXVIII. Cincin Ananta
92 XXIX. Sebuah tamparan
93 XXX. Perempuan pemilik uang
94 XXXI. Kecantikan Medusa
95 XXXII. Jumat Pahing
96 XXXIII. Bidan Desa
97 XXXIV. Bidan Nurma
98 XXXV. Buku seri ketiga
99 XXXVI. I Will Always Love You
100 XXXVII. Perempuan di depan cermin
101 XXXVIII. Penyesalan Erwin
102 XXXIX. Erwin pelakunya
103 XL. Keterangan Semua Orang
104 XLI. Miko Hilang
105 XLII. Menuntut Balas!
106 XLIII. Lari atau kembali?
107 XLIV. Kegilaan Erwin
108 XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109 XLVI. Kenyataan Damar
110 XLVII. Manusia bertopeng iblis
111 XLVIII. Hujan merah maroon
112 XLIX. Tangis Miko
113 L. Kembalinya Miko
114 LI. Aroma hutan di malam kelam
115 LII. Tanah milik Sang Rich Man
116 LIII. Tawa Anggun
117 LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118 LV. Janji dua anak manusia
119 LVI. Akhir adalah Awal
120 Karya Misteri Baru dari bung Kus
121 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122 Ijin Promo Judul Baru
123 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Sepucuk surat
2
2. Guru BK
3
3. Perjalanan melewati hutan
4
4. Puncak bukit
5
5. Rumah yang tertutup rapat
6
6. Mumi
7
7. Sebelas orang
8
8. Sesuatu yang hanyut
9
9. Kamar Tamu
10
10. Hilang
11
11. Makan malam
12
12. Handuk Basah
13
13. Kamar atas
14
14. Dipta dan Galang
15
15. Kesalahan masa lalu
16
16. Analisa Bayu
17
17. Hujan di atas bukit
18
18. Dipta
19
19. Terisolasi
20
20. Kayu Bakar dan Hujan
21
21. Kue ulang tahun
22
22. Pondok Tua
23
23. Cokelat untukmu
24
24. Bunga dan Kumbang
25
Ruang Curhat
26
25. Perselisihan
27
26. Tia
28
27. Dugaan Denis
29
28. Lemari
30
29. Batu Nisan
31
30. Pertarungan
32
31. Luka di kaki
33
32. Pemeriksaan Kamar
34
33. Sebuah Kunci
35
34. Malam kedua
36
35. Putus Asa
37
36. Dalam Kegelapan
38
37. Hidup dan Mati
39
38. Amarah Ellie
40
39. Fadlan dan Wignyo
41
40. Suara apa gerangan?
42
41. Pesan Galang
43
42. Ruangan yang asing
44
43. Ekskul Drama
45
Ruang Curhat II
46
44. Tuan Zainul
47
45. Saran Bayu
48
46. Tabur Tuai
49
47. Perempuan tua misterius
50
48. Penonton pertunjukan
51
49. Keluar dari hutan
52
50. Kamar Sang Rich Man
53
51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54
Ruang Curhat III
55
52. Kalian tidak akan mengerti!
56
53. Zainul
57
54. Kebakaran
58
55. Peran Bayu
59
56. Buku bersampul merah
60
57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61
58. Penebusan
62
59. Hilangkan jejak
63
60. Pembalasan dan Penebusan
64
I. Lembaran Baru
65
II. Senja Pertama
66
III. Makan Malam Keluarga
67
IV. Buku Merah Maroon
68
V. Pagi berkabut
69
VI. Miko
70
VII. Tamu
71
VIII. Mari berfoto
72
IX. Kepingan Surga
73
X. Perseteruan
74
XI. Buku di atas ranjang
75
XII. Lenyapnya isi kulkas
76
XIII. Sajian lezat
77
XIV. Kematian Erfan
78
XV. Praduga Ali
79
XVI. Selimut
80
XVII. Dalam selimut
81
XVIII. Jejak Kaki di dapur
82
XIX. Air terjun di tengah malam
83
XX. Uang dalam karung
84
XXI. Tamu jam satu malam
85
XXII. Interogasi
86
XXIII. Kesimpulan Awal
87
XXIV. Kamar Erwin
88
XXV. Masa Lalu
89
XXVI. Tarji alergi dingin
90
XXVII. Kemampuan Bayu
91
XXVIII. Cincin Ananta
92
XXIX. Sebuah tamparan
93
XXX. Perempuan pemilik uang
94
XXXI. Kecantikan Medusa
95
XXXII. Jumat Pahing
96
XXXIII. Bidan Desa
97
XXXIV. Bidan Nurma
98
XXXV. Buku seri ketiga
99
XXXVI. I Will Always Love You
100
XXXVII. Perempuan di depan cermin
101
XXXVIII. Penyesalan Erwin
102
XXXIX. Erwin pelakunya
103
XL. Keterangan Semua Orang
104
XLI. Miko Hilang
105
XLII. Menuntut Balas!
106
XLIII. Lari atau kembali?
107
XLIV. Kegilaan Erwin
108
XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109
XLVI. Kenyataan Damar
110
XLVII. Manusia bertopeng iblis
111
XLVIII. Hujan merah maroon
112
XLIX. Tangis Miko
113
L. Kembalinya Miko
114
LI. Aroma hutan di malam kelam
115
LII. Tanah milik Sang Rich Man
116
LIII. Tawa Anggun
117
LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118
LV. Janji dua anak manusia
119
LVI. Akhir adalah Awal
120
Karya Misteri Baru dari bung Kus
121
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122
Ijin Promo Judul Baru
123
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!