10. Hilang

Satu . . . Dua . . . Tiga!

Braakkkk

Sekuat tenaga Bayu dan Galang mendobrak pintu kamar yang terkunci. Daun pintu yang terbuat dari kayu akasia memang terkenal akan kualitas kekuatannya. Apalagi grendel pintu berbahan besi yang berkualitas.

Setelah beberapa kali percobaan akhirnya pintu berhasil didobrak. Dan ternyata kamar dalam keadaan kosong. Tidak ada siapapun disana. Yodi menghilang beserta semua barang bawaannya.

Bayu memperhatikan dengan seksama kondisi kamar. Ada beberapa hal yang menjadi catatan di benaknya. Pertama kunci kamar tidak terpasang di pintu. Artinya kamar bisa saja bukan dikunci dari dalam, melainkan dari luar. Kedua, ada sebuah jendela yang terhubung dengan halaman depan rumah. Jendela yang cukup lebar untuk dimasuki satu orang dewasa. Dan entah sejak kapan jendela itu terbuka. Ketiga, ada jejak basah di lantai bawah jendela. Dan yang terakhir, ada setitik noda merah yang telah mengering pada ujung korden jendela.

"Mana Yodi?" Mella bertanya, memecah keheningan. Galang menggeleng pelan.

"Tas nya nggak ada. Semua barang barangnya juga raib. Jendela terbuka. Mungkin nggak sih Yodi melompat keluar lewat jendela, kemudian dia pulang?" Denis menyampaikan dugaannya

"Itu nggak mungkin Den. Yodi sedang cidera kakinya, jalan pun susah. Ngapain dia repot repot lompat dari jendela?" Galang langsung membantah pendapat Denis.

"Mungkin nggak sih ada perampok di tengah hutan kayak gini? Atau dedemit?" Tia mencengkeram tangan Iva dengan erat. Dia ketakutan.

"Huuss, ngawurr!" Mella sedikit membentak.

"Menurutmu gimana Bay? Kamu kan seorang polisi," Galang bertanya pada Bayu.

"Entahlah. Tidak ada petunjuk apapun. Sepertinya Yodi memang keluar lewat jendela, kemudian pergi entah kemana," Bayu menjawab sekenanya. Bayu enggan untuk menyampaikan analisanya.

"Sudahlah. Sebaiknya kita keluar dari kamar ini," lanjut Bayu memberi saran. Semua orang setuju dan kembali ke ruang tamu.

Pada saat itu, Hendra terlihat berjalan dari arah kamar mandi. Mengusap rambutnya yang basah dengan selembar handuk.

"Kalian ngapain sih?" Tanya Hendra, dia nampak heran melihat teman temannya yang baru keluar dari kamar tamu.

"Yodi hilang," ucap Denis.

"Hah? Hilang atau sengaja pergi tuh? Nggak betah berada di tengah hutan mungkin," sergah Hendra.

"Oh iya, kenapa nggak coba kalian telepon?" Hendra kembali bertanya.

"Apa kamu lupa kalau disini nggak ada sinyal?" Sahut Mella sewot.

"Walah, iyo ya," Hendra nyengir cengengesan.

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki dari luar rumah. Langkah kaki yang cepat dan terburu buru. Ternyata, Dipta dan Norita kembali dari sungai. Sekujur badan mereka basah kuyup, dengan ekspresi yang tampak ketakutan.

Mereka bersandar pada tembok. Norita memegangi dadanya, seraya mengatur nafas. Sedangkan Dipta mengusap usap tangannya karena kedinginan.

"Kenapa kalian? Ada apa lagi ini?" Ellie menyambar handuk dan memberikannya pada Norita. Dia tidak ingin para lelaki matanya melotot melihat lekuk tubuh Norita yang tercetak ketat di kaosnya yang basah.

"Jar*n! Aku baru lihat sepotong tangan terapung di kali," Dipta mengumpat. Dia masih begidik ngeri mengingat kejadian yang baru dialaminya.

"Apa? Kamu nggak salah lihat kan?" Bayu mendekati Dipta. Dia merasakan firasat buruk.

"Aku pun nggak begitu yakin sih. Kejadiannya cepet banget tadi. Tapi, kurasa itu memang potongan tangan," Dipta masih terlihat gemetar.

"Mungkin sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini. Kita berada di tengah hutan. Rumah tepi sungai ini nggak aman," Ucap Dipta menatap teman temannya satu persatu.

"Rumah ini sangat aman Tuan dan Nona. Jauh lebih aman daripada anda berjalan pulang di malam hari," tiba tiba saja Pak Mardoyo menyahut. Dia berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tampak begitu dingin. Rahangnya yang lurus tegas, memberi kesan garang.

"Salah satu teman kami, tadi beristirahat di kamar tamu. Tapi saat ini dia menghilang Pak. Apakah benar rumah ini aman untuk kami?" Galang membantah ucapan Pak Mardoyo.

"Bisa jadi dia sedang jalan jalan Tuan. Saya adalah penjaga di rumah ini. Pak Zainul menitipkan keamanan tamunya pada saya. Saya bisa memastikan dan meyakinkan rumah ini sangat aman dan nyaman. Saya adalah bukti hidup, sudah 5 tahun tinggal disini, dan sehat wal afiat sampai sekarang."

Mendengar perkataan Pak Mardoyo semua terdiam. Sementara Dipta beranjak ke sofa, mengambil handuk jatahnya, juga baju ganti. Dia berjalan gontai menuju ke kamar mandi.

"Mel, temani aku ke kamar mandi," pinta Norita pada Mella setelah beberapa saat lamanya terdiam. Mella mengangguk setuju, dan segera menggandeng Norita untuk membersihkan diri sekaligus berganti baju.

"Lebih baik semuanya jangan panik. Tetap tenang, dan usahakan tidak pergi kemanapun sendirian. Aku mau keluar sebentar untuk memeriksa sesuatu," Bayu memberi saran dan peringatan.

"Aku ikut," ucap Galang. Bayu mengernyitkan dahi hendak melarangnya.

"Bukankah kamu sendiri yang bilang, jangan pergi kemanapun sendirian Bay," Galang menirukan ucapan Bayu.

"Ah, Baiklah," Bayu menghela nafas enggan untuk berdebat.

Bayu dan Galang berjalan keluar rumah menuju ke halaman depan. Kemudian berbelok ke ke kiri dan berhenti di bawah jendela yang terbuka. Jendela kamar tamu tempat Yodi menghilang.

"Bay, aku tadi melihat bercak darah di korden kamar," ucap Galang tiba tiba. Bayu sedikit kaget dengan teman lamanya itu. Galang ternyata cukup jeli dan teliti.

"Bagaimana menurutmu? Kamu juga melihatnya bukan?" Galang bertanya ketika melihat Bayu hanya diam saja.

"Ya aku melihatnya. Namun aku tidak bisa memastikan apakah itu memang benar darah atau bekas noda yang lain. Aku tidak membawa perlengkapan apapun. Namun, firasatku mengatakan ada yang nggak beres," Bayu berjongkok memeriksa tanah tepat di bawah jendela.

Sebuah jejak sepatu yang tak beraturan. Ada bekas ujung sepatu bagian depan yang terbenam cukup dalam di tanah. Jejak sepatu itu terlihat menyusuri rumah menuju ke bagian belakang. 

"Bukankah sebaiknya kita membicarakan ini dengan Tuan rumah Bay? Si Zainul?"

"Aku tidak yakin. Mungkin sebaiknya kita cari Yodi dulu di sekitar rumah ini," Bayu berjalan mengikuti jejak sepatu di tanah, Galang mengekor di belakangnya. 

Sampailah mereka di bagian belakang rumah. Ada beberapa rumpun bambu yang berayun ayun diterpa angin. Suara air sungai terdengar begitu deras. Sementara langit semakin kelam membuat pandangan pun terbatas.

Sebuah sepatu boot tergeletak di tumpukan kayu bakar. Bayu mengambilnya dan mencocokkannya dengan jejak yang ada di tanah. Dan pas, sepatu itulah yang tadi dipakai oleh siapapun itu orang yang berdiri di depan jendela kamar tamu.

Bayu merogoh HP di sakunya. Menghidupkan senter dan mengarahkannya pada sepatu boot. Di antara beberapa tanah yang menempel, sebuah noda merah yang mengental melekat di bagian tumit.

"Sepertinya Yodi dalam masalah. Kalau dugaanku benar, ini sungguh gawat," Bayu bergumam sendiri.

Galang yang memperhatikan, menatap Bayu dengan serius. Dia cukup kagum dengan cara kerja Bayu yang cepat, tepat dan cekatan.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Galang bertanya.

"Kita kembali ke dalam dulu. Bukankah saat perjamuan makan malam nanti Zainul akan hadir? Coba nanti kita sampaikan padanya kalau Yodi tiba tiba saja hilang. Aku ingin tahu bagaimana tanggapan Zainul," Bayu mengajak Galang untuk kembali ke dalam rumah.

Bayu memang belum bisa menyimpulkan apapun saat ini. Dia tidak bisa mempercayai siapapun, bahkan dia tidak yakin Zainul ada di rumah ini. Dan semua itu membuat Bayu sedikit merasa ketakutan di dalam hatinya. 

Bersambung___

Terpopuler

Comments

Yuan Li

Yuan Li

plot twist nya mereka di jadi bagian novel kisah nyata Zainul....

2024-02-05

3

Laksmi Amik

Laksmi Amik

baru ini baca novel horor keren ..

2024-01-15

0

Lusia Jian

Lusia Jian

menyerAmkan

2023-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sepucuk surat
2 2. Guru BK
3 3. Perjalanan melewati hutan
4 4. Puncak bukit
5 5. Rumah yang tertutup rapat
6 6. Mumi
7 7. Sebelas orang
8 8. Sesuatu yang hanyut
9 9. Kamar Tamu
10 10. Hilang
11 11. Makan malam
12 12. Handuk Basah
13 13. Kamar atas
14 14. Dipta dan Galang
15 15. Kesalahan masa lalu
16 16. Analisa Bayu
17 17. Hujan di atas bukit
18 18. Dipta
19 19. Terisolasi
20 20. Kayu Bakar dan Hujan
21 21. Kue ulang tahun
22 22. Pondok Tua
23 23. Cokelat untukmu
24 24. Bunga dan Kumbang
25 Ruang Curhat
26 25. Perselisihan
27 26. Tia
28 27. Dugaan Denis
29 28. Lemari
30 29. Batu Nisan
31 30. Pertarungan
32 31. Luka di kaki
33 32. Pemeriksaan Kamar
34 33. Sebuah Kunci
35 34. Malam kedua
36 35. Putus Asa
37 36. Dalam Kegelapan
38 37. Hidup dan Mati
39 38. Amarah Ellie
40 39. Fadlan dan Wignyo
41 40. Suara apa gerangan?
42 41. Pesan Galang
43 42. Ruangan yang asing
44 43. Ekskul Drama
45 Ruang Curhat II
46 44. Tuan Zainul
47 45. Saran Bayu
48 46. Tabur Tuai
49 47. Perempuan tua misterius
50 48. Penonton pertunjukan
51 49. Keluar dari hutan
52 50. Kamar Sang Rich Man
53 51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54 Ruang Curhat III
55 52. Kalian tidak akan mengerti!
56 53. Zainul
57 54. Kebakaran
58 55. Peran Bayu
59 56. Buku bersampul merah
60 57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61 58. Penebusan
62 59. Hilangkan jejak
63 60. Pembalasan dan Penebusan
64 I. Lembaran Baru
65 II. Senja Pertama
66 III. Makan Malam Keluarga
67 IV. Buku Merah Maroon
68 V. Pagi berkabut
69 VI. Miko
70 VII. Tamu
71 VIII. Mari berfoto
72 IX. Kepingan Surga
73 X. Perseteruan
74 XI. Buku di atas ranjang
75 XII. Lenyapnya isi kulkas
76 XIII. Sajian lezat
77 XIV. Kematian Erfan
78 XV. Praduga Ali
79 XVI. Selimut
80 XVII. Dalam selimut
81 XVIII. Jejak Kaki di dapur
82 XIX. Air terjun di tengah malam
83 XX. Uang dalam karung
84 XXI. Tamu jam satu malam
85 XXII. Interogasi
86 XXIII. Kesimpulan Awal
87 XXIV. Kamar Erwin
88 XXV. Masa Lalu
89 XXVI. Tarji alergi dingin
90 XXVII. Kemampuan Bayu
91 XXVIII. Cincin Ananta
92 XXIX. Sebuah tamparan
93 XXX. Perempuan pemilik uang
94 XXXI. Kecantikan Medusa
95 XXXII. Jumat Pahing
96 XXXIII. Bidan Desa
97 XXXIV. Bidan Nurma
98 XXXV. Buku seri ketiga
99 XXXVI. I Will Always Love You
100 XXXVII. Perempuan di depan cermin
101 XXXVIII. Penyesalan Erwin
102 XXXIX. Erwin pelakunya
103 XL. Keterangan Semua Orang
104 XLI. Miko Hilang
105 XLII. Menuntut Balas!
106 XLIII. Lari atau kembali?
107 XLIV. Kegilaan Erwin
108 XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109 XLVI. Kenyataan Damar
110 XLVII. Manusia bertopeng iblis
111 XLVIII. Hujan merah maroon
112 XLIX. Tangis Miko
113 L. Kembalinya Miko
114 LI. Aroma hutan di malam kelam
115 LII. Tanah milik Sang Rich Man
116 LIII. Tawa Anggun
117 LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118 LV. Janji dua anak manusia
119 LVI. Akhir adalah Awal
120 Karya Misteri Baru dari bung Kus
121 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122 Ijin Promo Judul Baru
123 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Sepucuk surat
2
2. Guru BK
3
3. Perjalanan melewati hutan
4
4. Puncak bukit
5
5. Rumah yang tertutup rapat
6
6. Mumi
7
7. Sebelas orang
8
8. Sesuatu yang hanyut
9
9. Kamar Tamu
10
10. Hilang
11
11. Makan malam
12
12. Handuk Basah
13
13. Kamar atas
14
14. Dipta dan Galang
15
15. Kesalahan masa lalu
16
16. Analisa Bayu
17
17. Hujan di atas bukit
18
18. Dipta
19
19. Terisolasi
20
20. Kayu Bakar dan Hujan
21
21. Kue ulang tahun
22
22. Pondok Tua
23
23. Cokelat untukmu
24
24. Bunga dan Kumbang
25
Ruang Curhat
26
25. Perselisihan
27
26. Tia
28
27. Dugaan Denis
29
28. Lemari
30
29. Batu Nisan
31
30. Pertarungan
32
31. Luka di kaki
33
32. Pemeriksaan Kamar
34
33. Sebuah Kunci
35
34. Malam kedua
36
35. Putus Asa
37
36. Dalam Kegelapan
38
37. Hidup dan Mati
39
38. Amarah Ellie
40
39. Fadlan dan Wignyo
41
40. Suara apa gerangan?
42
41. Pesan Galang
43
42. Ruangan yang asing
44
43. Ekskul Drama
45
Ruang Curhat II
46
44. Tuan Zainul
47
45. Saran Bayu
48
46. Tabur Tuai
49
47. Perempuan tua misterius
50
48. Penonton pertunjukan
51
49. Keluar dari hutan
52
50. Kamar Sang Rich Man
53
51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54
Ruang Curhat III
55
52. Kalian tidak akan mengerti!
56
53. Zainul
57
54. Kebakaran
58
55. Peran Bayu
59
56. Buku bersampul merah
60
57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61
58. Penebusan
62
59. Hilangkan jejak
63
60. Pembalasan dan Penebusan
64
I. Lembaran Baru
65
II. Senja Pertama
66
III. Makan Malam Keluarga
67
IV. Buku Merah Maroon
68
V. Pagi berkabut
69
VI. Miko
70
VII. Tamu
71
VIII. Mari berfoto
72
IX. Kepingan Surga
73
X. Perseteruan
74
XI. Buku di atas ranjang
75
XII. Lenyapnya isi kulkas
76
XIII. Sajian lezat
77
XIV. Kematian Erfan
78
XV. Praduga Ali
79
XVI. Selimut
80
XVII. Dalam selimut
81
XVIII. Jejak Kaki di dapur
82
XIX. Air terjun di tengah malam
83
XX. Uang dalam karung
84
XXI. Tamu jam satu malam
85
XXII. Interogasi
86
XXIII. Kesimpulan Awal
87
XXIV. Kamar Erwin
88
XXV. Masa Lalu
89
XXVI. Tarji alergi dingin
90
XXVII. Kemampuan Bayu
91
XXVIII. Cincin Ananta
92
XXIX. Sebuah tamparan
93
XXX. Perempuan pemilik uang
94
XXXI. Kecantikan Medusa
95
XXXII. Jumat Pahing
96
XXXIII. Bidan Desa
97
XXXIV. Bidan Nurma
98
XXXV. Buku seri ketiga
99
XXXVI. I Will Always Love You
100
XXXVII. Perempuan di depan cermin
101
XXXVIII. Penyesalan Erwin
102
XXXIX. Erwin pelakunya
103
XL. Keterangan Semua Orang
104
XLI. Miko Hilang
105
XLII. Menuntut Balas!
106
XLIII. Lari atau kembali?
107
XLIV. Kegilaan Erwin
108
XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109
XLVI. Kenyataan Damar
110
XLVII. Manusia bertopeng iblis
111
XLVIII. Hujan merah maroon
112
XLIX. Tangis Miko
113
L. Kembalinya Miko
114
LI. Aroma hutan di malam kelam
115
LII. Tanah milik Sang Rich Man
116
LIII. Tawa Anggun
117
LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118
LV. Janji dua anak manusia
119
LVI. Akhir adalah Awal
120
Karya Misteri Baru dari bung Kus
121
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122
Ijin Promo Judul Baru
123
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!