2. Guru BK

Pukul tiga sore, Bayu memacu motor maticnya membelah kabut yang entah bagaimana nampak begitu tebal menutupi jalanan. Jalan yang tak rata dengan beberapa lubang dan genangan air sesekali membuat Bayu mengumpat dalam hati.

Udara dingin juga terasa menusuk ke dalam tulang meskipun saat ini Bayu mengenakan jaket kulit yang cukup tebal. Jari jari tangannya yang mencengkeram stang motor nampak sedikit membiru. Bayu mencoba mengacuhkannya, dia tetap memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

Tiga puluh menit berikutnya sampailah Bayu di sebuah rumah yang terletak di area pemukiman yang terlihat suram. Rumah dengan halaman yang cukup luas. Pohon turi dengan bunganya yang bermekaran berwarna putih pucat, nampak berjejer sebagai pagar.

Rumah yang cukup besar, namun terlihat lawas. Banyak retakan pada temboknya yang bercat abu abu serta terkelupas di beberapa bagian. Juga sampah daun kering seakan di biarkan menumpuk di halaman dan teras rumah. Sekilas pandang pun semua orang akan menduga rumah itu sudah tidak dihuni oleh manusia.

Bayu turun dari motornya, mengibas ibaskan tangannya yang sedikit mati rasa. Hembusan nafasnya nampak mengeluarkan kepulan uap air putih nan tipis. Bayu memandang rumah di hadapannya, dia menghela nafas pelan.

Bayu berjalan sambil memasukkan tangannya di saku celana. Dia menuju teras rumah dan berdiri tepat di sebuah pintu tua yang terlihat kusam dengan gagang pintu dari besi yang terkelupas dan sedikit berkarat.

Tok tok tok

Bayu mengetuk pintu dengan perlahan. Detik berikutnya terdengar suara langkah kaki yang diseret dari dalam rumah.

Cklik. . .kriieettt

Pintu terbuka dari dalam. Seorang nenek tua dengan rambut penuh uban membuka pintu. Melihat kedatangan Bayu, nenek itu nampak sedikit terkejut. Bola matanya bergetar menatap petugas kepolisian di hadapannya itu.

"Apa kabar Bu Ami?" Bayu tersenyum masam.

"Baik," Nenek yang bernama Bu Ami itu menjawab singkat.

"Mari, silahkan masuk," 

Bayu mengangguk, berjalan mengikuti sang tuan rumah. 

Bagian dalam rumah Bu Ami terlihat serupa dengan bagian luarnya. Tak terurus. Sarang laba laba menempel di setiap sudut rumah. Udara juga terasa pengap karena rumah minim ventilasi dan pencahayaan, serta lebih sering tertutup sepanjang hari.

"Silahkan duduk," Bu Ami mempersilahkan Bayu duduk di sebuah kursi rotan yang nampak usang. Bayu mengangguk, menuruti perintah tuan rumah.

"Mau minum apa Nak Bayu?"

"Nggak Bu. Ndak usah repot repot. Aku cuma sebentar kok ini nanti," Jawab Bayu mencegah nenek renta itu berjalan ke dapur.

"Memangnya ada perlu apa Nak Bayu kemari?"

Bayu menghela nafas sebentar, kemudian merogoh saku celananya.

"Aku ingin Bu Ami membaca ini" Bayu menyodorkan secarik kertas pada Bu Ami.

Secarik kertas, yang merupakan surat dari Zainul yang tadi pagi Bayu terima dari seorang kurir. Bu Ami membacanya, tangannya nampak gemetar. Sementara bola matanya terlihat sedikit melotot.

"Apa Bu Ami juga mendapatkan surat yang serupa?" Bayu bertanya, sambil menatap tajam pada Bu Ami.

"Tidak," Bu Ami menggeleng perlahan.

"Jadi, bagaimana menurut Ibu?" Bayu mengubah posisi duduknya. Badannya dicondongkan ke depan. Kini dia lebih dekat untuk mengamati nenek di hadapannya itu.

"Apa maksud pertanyaanmu Nak?" 

"Ibu adalah guru BK kami waktu itu. Zainul dekat dengan Ibu. Setiap masalah yang dia dapatkan di kelas selalu dia ceritakan pada Ibu. Bagi Zainul Bu Ami sudah seperti ibunya sendiri" Bayu memberondong Bu Ami dengan pernyataannya.

Bu Ami hanya diam saja. Mulutnya terkatup rapat.

"Kenapa Zainul mengundang teman sekelasnya dulu untuk datang ke rumahnya? Bagi bagi uang pula. Kupikir Ibu akan tahu apa tujuan dikirimkannya surat ini. Kupikir Ibu bisa memahami perasaan Zainul saat ini," Bayu berdiri dari duduknya. Dia merasa sia sia telah datang ke tempat Bu Ami, karena dia tidak mendapat keterangan dan jawaban apapun.

"Mungkin sebaiknya kamu jangan datang Nak. Aku takut dengan kesuksesannya sekarang, dengan pengaruhnya sekarang, Zainul akan berbuat jahat, untuk membalas sakit hatinya di masa lalu. Firasatku tidak enak," Bu Ami nampak berkaca kaca.

"Jika demikian, maka aku harus datang. Pertama, karena aku sekarang adalah seorang polisi. Kedua, mungkin memang aku perlu menebus kesalahanku pada Zainul di masa lalu," Bayu kembali menghela nafas.

"Apakah Bu Ami tidak merasa harus menebus kesalahan juga?" Bayu kembali menatap tajam mantan guru SMA nya itu.

"Kesalahan?" Tanya Bu Ami, suaranya terdengar bergetar.

"Kupikir, Ibu tidak perlu berpura pura tak tahu ataupun lupa. Kejadian yang terjadi tiga belas tahun silam ada andil Ibu di dalamnya," Bayu melangkah pergi.

Bayu keluar dari rumah Bu Ami. Udara yang begitu dingin kembali menyergap, seakan merangkulnya hingga membuat tubuhnya kembali menggigil. Bayu menoleh sejenak ke dalam rumah, Bu Ami terlihat masih diam di tempat duduknya. 

Bayu kembali berjalan menuju motornya. Dengan sedikit terburu buru, dia menyalakan motornya dan kembali melesat menembus kabut yang semakin pekat.

Sementara itu, Bu Ami masih belum beranjak dari tempat duduknya. Pintu depan dibiarkan terbuka, sehingga udara yang dingin menerobos masuk ke dalam rumah. Bu Ami tidak peduli, dia tenggelam dalam lamunan.

Ucapan Bayu sangat mempengaruhi perasaannya. Dia kembali teringat dengan kejadian belasan tahun lalu yang selama ini berusaha sekuat tenaga dia lupakan. Rasa bersalahnya begitu besar. Dia telah gagal melindungi seorang murid yang mengalami perundungan.

Bu Ami menghela nafas, dia beranjak dari duduknya. Dia hendak menutup pintu depan, tak tahan dengan hawa dingin yang menambah rasa nyeri di hatinya. 

Sekilas terlihat, di halaman depan, di antara pekatnya kabut, seseorang memakai seragam putih abu abu duduk bersimpuh di tanah. Bu Ami tertegun, hatinya terasa gusar. Keringat mulai membasahi keningnya di tengah udara yang terasa sangat dingin.

Sosok berseragam SMA itu terdengar menangis, lirih. Terdengar pula sosok itu meracau tak jelas. Bu Ami mencoba mendengarkan, kalimat apa yang terucap dari sosok misterius di halaman rumahnya itu.

"Ibu, kenapa Bu? Kenapa kamu tak menolongku?"

Sepenggal kalimat yang terdengar seakan dari tempat yang jauh, namun kini tertangkap jelas di indera pendengaran Bu Ami.

Bu Ami masih tak bergeming, diam terpaku di tempatnya berdiri. Sosok di halaman rumahnya itu masih tertunduk dan menangis tersedu. Hingga secara tiba tiba, sosok itu menoleh ke arah Bu Ami. Betapa terkejutnya pensiunan guru BK itu saat melihat wajah sosok yang menangis tadi. Wajah yang hangus terbakar, dengan kulit yang terkelupas dan melepuh.

"Ahhh," Bu Ami terpekik. Seketika dia membanting pintu rumahnya, menutupnya rapat rapat.

"Maafkan aku, maafkan aku," Bu Ami meracau. Dia terlihat sangat ketakutan.

Bu Ami berjalan gontai ke arah dapur. Tatapannya kosong, nampak seperti orang linglung. Bu Ami mengambil kursi plastik yang ada di sebelah kompor. Dia memanjat kursi tersebut, meraih tali tambang yang tertancap kuat pada langit langit dapur.

Sebelum Bayu datang berkunjung tadi, Bu Ami memang sudah menyiapkan segalanya. Kedatangan Bayu semakin meyakinkan dirinya untuk mengakhiri rasa sakit di hatinya. Bu Ami sudah tak mampu lagi bertahan dari bayang bayang kesalahan masa lalu.

Glodaakk

Kursi pijakan Bu Ami jatuh terjungkal. Wanita tua itu mengerang sesaat, kemudian tubuhnya mulai berubah menjadi kaku. Di meja dapur tergeletak sebuah buku bersampul merah. Sebuah buku dengan pengarang yang tercetak tebal di bagian depan. Zainul Rikhman.

Bersambung . . .

Terpopuler

Comments

Pie Yana

Pie Yana

ngeri ya, sakit yang melahirkan dendam kesunat.

2024-03-26

0

Rose_Ni

Rose_Ni

wah bullying tingkat tinggi ini, sampai sampai yg terlibat bunuh diri.

2024-02-02

1

naynay

naynay

wowww

2024-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sepucuk surat
2 2. Guru BK
3 3. Perjalanan melewati hutan
4 4. Puncak bukit
5 5. Rumah yang tertutup rapat
6 6. Mumi
7 7. Sebelas orang
8 8. Sesuatu yang hanyut
9 9. Kamar Tamu
10 10. Hilang
11 11. Makan malam
12 12. Handuk Basah
13 13. Kamar atas
14 14. Dipta dan Galang
15 15. Kesalahan masa lalu
16 16. Analisa Bayu
17 17. Hujan di atas bukit
18 18. Dipta
19 19. Terisolasi
20 20. Kayu Bakar dan Hujan
21 21. Kue ulang tahun
22 22. Pondok Tua
23 23. Cokelat untukmu
24 24. Bunga dan Kumbang
25 Ruang Curhat
26 25. Perselisihan
27 26. Tia
28 27. Dugaan Denis
29 28. Lemari
30 29. Batu Nisan
31 30. Pertarungan
32 31. Luka di kaki
33 32. Pemeriksaan Kamar
34 33. Sebuah Kunci
35 34. Malam kedua
36 35. Putus Asa
37 36. Dalam Kegelapan
38 37. Hidup dan Mati
39 38. Amarah Ellie
40 39. Fadlan dan Wignyo
41 40. Suara apa gerangan?
42 41. Pesan Galang
43 42. Ruangan yang asing
44 43. Ekskul Drama
45 Ruang Curhat II
46 44. Tuan Zainul
47 45. Saran Bayu
48 46. Tabur Tuai
49 47. Perempuan tua misterius
50 48. Penonton pertunjukan
51 49. Keluar dari hutan
52 50. Kamar Sang Rich Man
53 51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54 Ruang Curhat III
55 52. Kalian tidak akan mengerti!
56 53. Zainul
57 54. Kebakaran
58 55. Peran Bayu
59 56. Buku bersampul merah
60 57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61 58. Penebusan
62 59. Hilangkan jejak
63 60. Pembalasan dan Penebusan
64 I. Lembaran Baru
65 II. Senja Pertama
66 III. Makan Malam Keluarga
67 IV. Buku Merah Maroon
68 V. Pagi berkabut
69 VI. Miko
70 VII. Tamu
71 VIII. Mari berfoto
72 IX. Kepingan Surga
73 X. Perseteruan
74 XI. Buku di atas ranjang
75 XII. Lenyapnya isi kulkas
76 XIII. Sajian lezat
77 XIV. Kematian Erfan
78 XV. Praduga Ali
79 XVI. Selimut
80 XVII. Dalam selimut
81 XVIII. Jejak Kaki di dapur
82 XIX. Air terjun di tengah malam
83 XX. Uang dalam karung
84 XXI. Tamu jam satu malam
85 XXII. Interogasi
86 XXIII. Kesimpulan Awal
87 XXIV. Kamar Erwin
88 XXV. Masa Lalu
89 XXVI. Tarji alergi dingin
90 XXVII. Kemampuan Bayu
91 XXVIII. Cincin Ananta
92 XXIX. Sebuah tamparan
93 XXX. Perempuan pemilik uang
94 XXXI. Kecantikan Medusa
95 XXXII. Jumat Pahing
96 XXXIII. Bidan Desa
97 XXXIV. Bidan Nurma
98 XXXV. Buku seri ketiga
99 XXXVI. I Will Always Love You
100 XXXVII. Perempuan di depan cermin
101 XXXVIII. Penyesalan Erwin
102 XXXIX. Erwin pelakunya
103 XL. Keterangan Semua Orang
104 XLI. Miko Hilang
105 XLII. Menuntut Balas!
106 XLIII. Lari atau kembali?
107 XLIV. Kegilaan Erwin
108 XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109 XLVI. Kenyataan Damar
110 XLVII. Manusia bertopeng iblis
111 XLVIII. Hujan merah maroon
112 XLIX. Tangis Miko
113 L. Kembalinya Miko
114 LI. Aroma hutan di malam kelam
115 LII. Tanah milik Sang Rich Man
116 LIII. Tawa Anggun
117 LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118 LV. Janji dua anak manusia
119 LVI. Akhir adalah Awal
120 Karya Misteri Baru dari bung Kus
121 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122 Ijin Promo Judul Baru
123 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Sepucuk surat
2
2. Guru BK
3
3. Perjalanan melewati hutan
4
4. Puncak bukit
5
5. Rumah yang tertutup rapat
6
6. Mumi
7
7. Sebelas orang
8
8. Sesuatu yang hanyut
9
9. Kamar Tamu
10
10. Hilang
11
11. Makan malam
12
12. Handuk Basah
13
13. Kamar atas
14
14. Dipta dan Galang
15
15. Kesalahan masa lalu
16
16. Analisa Bayu
17
17. Hujan di atas bukit
18
18. Dipta
19
19. Terisolasi
20
20. Kayu Bakar dan Hujan
21
21. Kue ulang tahun
22
22. Pondok Tua
23
23. Cokelat untukmu
24
24. Bunga dan Kumbang
25
Ruang Curhat
26
25. Perselisihan
27
26. Tia
28
27. Dugaan Denis
29
28. Lemari
30
29. Batu Nisan
31
30. Pertarungan
32
31. Luka di kaki
33
32. Pemeriksaan Kamar
34
33. Sebuah Kunci
35
34. Malam kedua
36
35. Putus Asa
37
36. Dalam Kegelapan
38
37. Hidup dan Mati
39
38. Amarah Ellie
40
39. Fadlan dan Wignyo
41
40. Suara apa gerangan?
42
41. Pesan Galang
43
42. Ruangan yang asing
44
43. Ekskul Drama
45
Ruang Curhat II
46
44. Tuan Zainul
47
45. Saran Bayu
48
46. Tabur Tuai
49
47. Perempuan tua misterius
50
48. Penonton pertunjukan
51
49. Keluar dari hutan
52
50. Kamar Sang Rich Man
53
51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54
Ruang Curhat III
55
52. Kalian tidak akan mengerti!
56
53. Zainul
57
54. Kebakaran
58
55. Peran Bayu
59
56. Buku bersampul merah
60
57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61
58. Penebusan
62
59. Hilangkan jejak
63
60. Pembalasan dan Penebusan
64
I. Lembaran Baru
65
II. Senja Pertama
66
III. Makan Malam Keluarga
67
IV. Buku Merah Maroon
68
V. Pagi berkabut
69
VI. Miko
70
VII. Tamu
71
VIII. Mari berfoto
72
IX. Kepingan Surga
73
X. Perseteruan
74
XI. Buku di atas ranjang
75
XII. Lenyapnya isi kulkas
76
XIII. Sajian lezat
77
XIV. Kematian Erfan
78
XV. Praduga Ali
79
XVI. Selimut
80
XVII. Dalam selimut
81
XVIII. Jejak Kaki di dapur
82
XIX. Air terjun di tengah malam
83
XX. Uang dalam karung
84
XXI. Tamu jam satu malam
85
XXII. Interogasi
86
XXIII. Kesimpulan Awal
87
XXIV. Kamar Erwin
88
XXV. Masa Lalu
89
XXVI. Tarji alergi dingin
90
XXVII. Kemampuan Bayu
91
XXVIII. Cincin Ananta
92
XXIX. Sebuah tamparan
93
XXX. Perempuan pemilik uang
94
XXXI. Kecantikan Medusa
95
XXXII. Jumat Pahing
96
XXXIII. Bidan Desa
97
XXXIV. Bidan Nurma
98
XXXV. Buku seri ketiga
99
XXXVI. I Will Always Love You
100
XXXVII. Perempuan di depan cermin
101
XXXVIII. Penyesalan Erwin
102
XXXIX. Erwin pelakunya
103
XL. Keterangan Semua Orang
104
XLI. Miko Hilang
105
XLII. Menuntut Balas!
106
XLIII. Lari atau kembali?
107
XLIV. Kegilaan Erwin
108
XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109
XLVI. Kenyataan Damar
110
XLVII. Manusia bertopeng iblis
111
XLVIII. Hujan merah maroon
112
XLIX. Tangis Miko
113
L. Kembalinya Miko
114
LI. Aroma hutan di malam kelam
115
LII. Tanah milik Sang Rich Man
116
LIII. Tawa Anggun
117
LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118
LV. Janji dua anak manusia
119
LVI. Akhir adalah Awal
120
Karya Misteri Baru dari bung Kus
121
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122
Ijin Promo Judul Baru
123
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!