7. Sebelas orang

Mella kembali ke ruang tamu tak lama setelah sosok Zainul pergi. Dia merasa teman temannya jadi bersikap aneh. Wajah mereka tampak pucat, seperti sedang ketakutan.

"Kalian kenapa sih? Habis lihat hantu?" Mella bertanya penasaran.

"Ssstttt. . .sini duduk sini," Iva meminta Mella untuk mendekat.

"Ellie?" Mella baru menyadari ada Ellie yang sudah ikut bergabung, duduk di sebelah Iva. Ketika Mella pergi ke toilet tadi Ellie belum datang.

"Hai Mell," Ellie menjabat tangan Mella dengan erat.

"Mel mel," Iva berbicara setengah berbisik pada Mella.

"Baru saja, Zainul datang menyapa kita," ucap Iva lirih.

"Oh ya? Dimana dia sekarang? Aku juga ingin ketemu lho," Mella terlihat antusias.

"Jangan keras keras, nanti Zainul dengar. Dia ada di lantai atas," Iva meletakkan telunjuk di bibirnya.

"Kenapa sih?" Mella semakin bingung.

"Zainul jadi mumi," Iva berbisik sambil melotot.

"Hah? Ha ha ha ha. . .apa itu," Mella tergelak, tawanya pecah, kencang dan bergema.

Setelah tawa mereda, Mella baru sadar wajah semua teman temannya nampak serius. Mereka sedang tidak bercanda.

"Ah, sorry. . .seriusan?" Mella akhirnya berhenti tertawa.

"Seluruh badan Zainul mengenakan perban. Suaranya aneh, pokoknya serem," Norita menambahkan.

"Sialan! Aku jadi pengen pulang saja. Rumah ini jauh di pelosok, yang punya rumah penampilannya kayak sedang pesta hallowen. Jangan jangan setelah ini ada yang mati," Dipta nampak gusar.

"Wooo, mulutmuu. Belum pernah dicium orang cantik kayaknya," Ucap Norita sambil melotot. Dipta nyengir mendengarnya.

"Sudahlah, toh sebentar lagi uang yang dijanjikan bakalan ditransfer sama Zainul. Setelah itu terserah mau pulang atau gimana," Galang menimpali.

"Ngomong ngomong, uang apa sih yang dimaksud Zainul tadi? Kok bakalan di transfer ke kita itu maksudnya gimana, untuk apa?" Celetuk Ellie. Semua orang langsung menatap Ellie keheranan.

"Bukankah di surat undangan dari Zainul sudah jelas disebutkan kita akan dapat imbalan uang kalau bersedia datang ke rumah ini?" Kali ini Bayu yang bertanya. Semua orang mengangguk meng iya kan kecuali Ellie. Ellie terlihat kebingungan.

"Ell, memang bagaimana bunyi surat undanganmu?" Bayu kembali bertanya.

"Isi surat undangan dari Zainul menyebutkan jika aku datang kemari, aku akan diberi satu buku koleksi miliknya. Buku yang hanya dicetak 100 eksemplar saja," jawab Ellie. Dari sorot matanya nampak jelas tidak ada dusta.

"Hah? Dan kamu rela datang jauh jauh ke pelosok hutan, berkunjung ke rumah horor di tepian sungai seperti ini demi sebuah khayalan yang di cetak pada setumpuk kertas? Ohh, cantik cantik pekok ya otakmu," Dipta terkekeh mengejek Ellie.

"Bicaramu menunjukkan kualitas dirimu, Dipta. Orang yang tak punya karya apa apa, namun mulutnya dengan licin menghina karya orang lain, apalagi sebuah karya orisinal yang banyak dibicarakan dan dicari. Kamu tak lebih dari tong sampah," Ellie menyahut, matanya menatap tajam pada Dipta.

"Apa katamu?" Dipta berdiri dari duduknya, wajahnya terlihat merah padam.

"Sudah cukup, hentikan perdebatan kalian," Bayu berusaha menengahi.

"Hei, ada apa ini? Dari luar terdengar seru banget," seorang laki laki berdiri di ambang pintu. Laki laki berkulit putih, berkacamata, memakai jaket ber merk Seger. Dialah Hendra Asmara, juga alumni XI IPA 5 berprofesi sebagai seorang pengajar para lansia dalam upaya pemberantasan buta huruf.

"Hendra?" Galang menyapa.

"Oyi, aku baru sampai dan kulihat kalian sudah asyik bercengkerama," Hendra tersenyum cengengesan.

Kehadiran Hendra meredam suasana yang sebelumnya memanas. Dipta sudah kembali duduk di sofa, sementara Ellie terlihat menyibukkan dirinya dengan buku yang baru saja dia ambil dari dalam tas.

"Kamu datang sendirian Hen?" Bayu bertanya.

"Ya, aku tidak telat kan?"

"Sebenarnya berapa orang sih yang diundang kemari?" Tia kali ini bersuara, setelah diam saja sedari tadi.

"Sepertinya sih, dari 40 siswa XI IPA 5 hanya kita bersebelas yang diundang. Sebelas orang dari ekskul drama," jawab Hendra datar.

"Darimana kamu tahu kalau kita bersebelas, padahal yang ada di ruangan ini hanya 9 orang Hen?" Bayu bertanya penuh selidik. 

"Weeww, aku lupa kalau ada seorang polisi disini. Jadi salah deh ucapanku," Hendra tertawa santai.

"Ya saat aku melihat kalian, aku langsung menduga personil ekskul drama XI IPA 5  yang diundang Tuan Rich Man ke rumah megahnya ini," Hendra tersenyum penuh arti.

"Sebelas orang yang pernah bermasalah dengan Zainul di masa lalu bukan?" Galang menimpali.

Sebuah kalimat yang membuat suasana hening dan senyap seketika. Sementara Hendra meletakkan barang bawaannya di dekat pintu. Pakaiannya terlihat basah oleh keringat. Nafasnya pun terdengar sedikit ngos ngosan.

-

Setengah lima sore, saat suasana di halaman luar terlihat semakin gelap Denis kembali ke ruang tamu. Musisi itu berjalan sambil bersenandung. Dia cukup kaget melihat jumlah orang di ruang tamu yang bertambah, ada Ellie dan Hendra.

"Darimana saja sih nyuk? Lebih dari sejam kamu di luar, kupikir kamu diculik dedemit hutan," Dipta bertanya dengan kalimatnya yang seperti biasa, tak enak didengar.

"Ngerokok, sekalian mandi di kali. Airnya seger benerrr," Denis mengibas ngibaskan rambut gondrongnya, mirip iklan sampo di tv.

"Iya kah? Mumpung daritadi suasananya gerah dan panas, mandi asyik kali ya," Norita menyahut.

"Mau dimandiin?" Dipta menatap Norita, seperti singa yang menandai buruannya.

"Iihhhhh," Norita tersenyum nakal.

Tiba tiba terdengar langkah kaki dari arah dapur. Mak Ijah datang bersama seorang laki laki di belakangnya. Laki laki berusia sekitar lima puluh tahun. Perawakannya kekar meskipun tidak terlalu tinggi. Tatapan matanya tegas dan terlihat sedikit garang. Dia menenteng tas kresek di kedua tangannya.

"Tuan dan Nyonya, hari sudah sore hidangan juga sudah saya siapkan. Namun, mungkin anda semua perlu untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu. Ada 3 kamar mandi di bagian belakang yang bisa digunakan secara bergantian," ucap Mak Ijah dengan wajah datar.

"Di belakang saya ini namanya Pak Mardoyo, tukang kebun sekaligus penjaga rumah ini. Handuknya silahkan dibagikan Pak."

Pak Mardoyo segera mengambil handuk di dalam tas kresek. Kemudian membagikan satu persatu pada para tamu.

"Nanti sekitar jam enam kita berkumpul di ruang makan. Kalau ada yang dibutuhkan atau ditanyakan bisa ke Pak Mardoyo. Saya permisi dulu," Mak Ijah melangkah pergi.

"Pak Mardoyo?" Bayu memanggil.

"Ah, dalem Mas," jawab Pak Mardoyo. Suaranya terdengar serak.

"Bapak kan penjaga rumah. Darimana saja tadi kok waktu kami datang, Bapak tidak ada? Kami panggil panggil juga tidak ada yang menjawab," tanya Bayu.

"Ah anu Mas. Tadi saya di belakang, ngumpulin kayu bakar Mas," Pak Mardoyo terlihat sedikit gelagapan. Sebagai seorang petugas kepolisian Bayu sudah hafal dengan gelagat orang yang berbohong atau menyembunyikan sesuatu.

"Wiihh, Pak Polisi kenapa main interogasi tukang kebun sih," Hendra mengolok olok. 

Bayu akhirnya tidak melanjutkan pertanyaannya. Dia mengambil handuk di tangan Pak Mardoyo dan segera menuju ke kamar mandi. Sementara Dipta dan Norita nampak berjalan beriringan keluar rumah.

"Aku mandi nanti kamu jagain ya. Ingat hanya jagain, jangan macem macem," Norita berbisik pada Dipta.

"Iya, beres. Aku cuma pengen lihat saja kok gimana sih kalau bidadari sedang mandi di sungai," Dipta menyeringai, hatinya berbunga bunga.

Norita mendaratkan sebuah cubitan manja pada lengan Dipta. Mereka berdua berlari lari kecil menuju sungai. Tanpa mereka sadari, seseorang sedang mengawasi dari teras rumah. Tatapannya begitu tajam, dengan gigi gemeretak beradu menahan amarah.

Bersambung ___

Terpopuler

Comments

Laksmi Amik

Laksmi Amik

siapa yg marah thor

2024-01-15

1

Lusia Jian

Lusia Jian

yg marah....siapa yaaa?

2023-08-24

0

Siti Asmaulhusna

Siti Asmaulhusna

apa kcelakaan si Zainul itu

2023-05-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Sepucuk surat
2 2. Guru BK
3 3. Perjalanan melewati hutan
4 4. Puncak bukit
5 5. Rumah yang tertutup rapat
6 6. Mumi
7 7. Sebelas orang
8 8. Sesuatu yang hanyut
9 9. Kamar Tamu
10 10. Hilang
11 11. Makan malam
12 12. Handuk Basah
13 13. Kamar atas
14 14. Dipta dan Galang
15 15. Kesalahan masa lalu
16 16. Analisa Bayu
17 17. Hujan di atas bukit
18 18. Dipta
19 19. Terisolasi
20 20. Kayu Bakar dan Hujan
21 21. Kue ulang tahun
22 22. Pondok Tua
23 23. Cokelat untukmu
24 24. Bunga dan Kumbang
25 Ruang Curhat
26 25. Perselisihan
27 26. Tia
28 27. Dugaan Denis
29 28. Lemari
30 29. Batu Nisan
31 30. Pertarungan
32 31. Luka di kaki
33 32. Pemeriksaan Kamar
34 33. Sebuah Kunci
35 34. Malam kedua
36 35. Putus Asa
37 36. Dalam Kegelapan
38 37. Hidup dan Mati
39 38. Amarah Ellie
40 39. Fadlan dan Wignyo
41 40. Suara apa gerangan?
42 41. Pesan Galang
43 42. Ruangan yang asing
44 43. Ekskul Drama
45 Ruang Curhat II
46 44. Tuan Zainul
47 45. Saran Bayu
48 46. Tabur Tuai
49 47. Perempuan tua misterius
50 48. Penonton pertunjukan
51 49. Keluar dari hutan
52 50. Kamar Sang Rich Man
53 51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54 Ruang Curhat III
55 52. Kalian tidak akan mengerti!
56 53. Zainul
57 54. Kebakaran
58 55. Peran Bayu
59 56. Buku bersampul merah
60 57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61 58. Penebusan
62 59. Hilangkan jejak
63 60. Pembalasan dan Penebusan
64 I. Lembaran Baru
65 II. Senja Pertama
66 III. Makan Malam Keluarga
67 IV. Buku Merah Maroon
68 V. Pagi berkabut
69 VI. Miko
70 VII. Tamu
71 VIII. Mari berfoto
72 IX. Kepingan Surga
73 X. Perseteruan
74 XI. Buku di atas ranjang
75 XII. Lenyapnya isi kulkas
76 XIII. Sajian lezat
77 XIV. Kematian Erfan
78 XV. Praduga Ali
79 XVI. Selimut
80 XVII. Dalam selimut
81 XVIII. Jejak Kaki di dapur
82 XIX. Air terjun di tengah malam
83 XX. Uang dalam karung
84 XXI. Tamu jam satu malam
85 XXII. Interogasi
86 XXIII. Kesimpulan Awal
87 XXIV. Kamar Erwin
88 XXV. Masa Lalu
89 XXVI. Tarji alergi dingin
90 XXVII. Kemampuan Bayu
91 XXVIII. Cincin Ananta
92 XXIX. Sebuah tamparan
93 XXX. Perempuan pemilik uang
94 XXXI. Kecantikan Medusa
95 XXXII. Jumat Pahing
96 XXXIII. Bidan Desa
97 XXXIV. Bidan Nurma
98 XXXV. Buku seri ketiga
99 XXXVI. I Will Always Love You
100 XXXVII. Perempuan di depan cermin
101 XXXVIII. Penyesalan Erwin
102 XXXIX. Erwin pelakunya
103 XL. Keterangan Semua Orang
104 XLI. Miko Hilang
105 XLII. Menuntut Balas!
106 XLIII. Lari atau kembali?
107 XLIV. Kegilaan Erwin
108 XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109 XLVI. Kenyataan Damar
110 XLVII. Manusia bertopeng iblis
111 XLVIII. Hujan merah maroon
112 XLIX. Tangis Miko
113 L. Kembalinya Miko
114 LI. Aroma hutan di malam kelam
115 LII. Tanah milik Sang Rich Man
116 LIII. Tawa Anggun
117 LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118 LV. Janji dua anak manusia
119 LVI. Akhir adalah Awal
120 Karya Misteri Baru dari bung Kus
121 NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122 Ijin Promo Judul Baru
123 Judul Horor Baru bung Kus
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Sepucuk surat
2
2. Guru BK
3
3. Perjalanan melewati hutan
4
4. Puncak bukit
5
5. Rumah yang tertutup rapat
6
6. Mumi
7
7. Sebelas orang
8
8. Sesuatu yang hanyut
9
9. Kamar Tamu
10
10. Hilang
11
11. Makan malam
12
12. Handuk Basah
13
13. Kamar atas
14
14. Dipta dan Galang
15
15. Kesalahan masa lalu
16
16. Analisa Bayu
17
17. Hujan di atas bukit
18
18. Dipta
19
19. Terisolasi
20
20. Kayu Bakar dan Hujan
21
21. Kue ulang tahun
22
22. Pondok Tua
23
23. Cokelat untukmu
24
24. Bunga dan Kumbang
25
Ruang Curhat
26
25. Perselisihan
27
26. Tia
28
27. Dugaan Denis
29
28. Lemari
30
29. Batu Nisan
31
30. Pertarungan
32
31. Luka di kaki
33
32. Pemeriksaan Kamar
34
33. Sebuah Kunci
35
34. Malam kedua
36
35. Putus Asa
37
36. Dalam Kegelapan
38
37. Hidup dan Mati
39
38. Amarah Ellie
40
39. Fadlan dan Wignyo
41
40. Suara apa gerangan?
42
41. Pesan Galang
43
42. Ruangan yang asing
44
43. Ekskul Drama
45
Ruang Curhat II
46
44. Tuan Zainul
47
45. Saran Bayu
48
46. Tabur Tuai
49
47. Perempuan tua misterius
50
48. Penonton pertunjukan
51
49. Keluar dari hutan
52
50. Kamar Sang Rich Man
53
51. Hak dan Kewajiban untuk bahagia
54
Ruang Curhat III
55
52. Kalian tidak akan mengerti!
56
53. Zainul
57
54. Kebakaran
58
55. Peran Bayu
59
56. Buku bersampul merah
60
57. Malam yang gaduh di desa nan jauh
61
58. Penebusan
62
59. Hilangkan jejak
63
60. Pembalasan dan Penebusan
64
I. Lembaran Baru
65
II. Senja Pertama
66
III. Makan Malam Keluarga
67
IV. Buku Merah Maroon
68
V. Pagi berkabut
69
VI. Miko
70
VII. Tamu
71
VIII. Mari berfoto
72
IX. Kepingan Surga
73
X. Perseteruan
74
XI. Buku di atas ranjang
75
XII. Lenyapnya isi kulkas
76
XIII. Sajian lezat
77
XIV. Kematian Erfan
78
XV. Praduga Ali
79
XVI. Selimut
80
XVII. Dalam selimut
81
XVIII. Jejak Kaki di dapur
82
XIX. Air terjun di tengah malam
83
XX. Uang dalam karung
84
XXI. Tamu jam satu malam
85
XXII. Interogasi
86
XXIII. Kesimpulan Awal
87
XXIV. Kamar Erwin
88
XXV. Masa Lalu
89
XXVI. Tarji alergi dingin
90
XXVII. Kemampuan Bayu
91
XXVIII. Cincin Ananta
92
XXIX. Sebuah tamparan
93
XXX. Perempuan pemilik uang
94
XXXI. Kecantikan Medusa
95
XXXII. Jumat Pahing
96
XXXIII. Bidan Desa
97
XXXIV. Bidan Nurma
98
XXXV. Buku seri ketiga
99
XXXVI. I Will Always Love You
100
XXXVII. Perempuan di depan cermin
101
XXXVIII. Penyesalan Erwin
102
XXXIX. Erwin pelakunya
103
XL. Keterangan Semua Orang
104
XLI. Miko Hilang
105
XLII. Menuntut Balas!
106
XLIII. Lari atau kembali?
107
XLIV. Kegilaan Erwin
108
XLV. Orang seperti apa Bayu Khairil?
109
XLVI. Kenyataan Damar
110
XLVII. Manusia bertopeng iblis
111
XLVIII. Hujan merah maroon
112
XLIX. Tangis Miko
113
L. Kembalinya Miko
114
LI. Aroma hutan di malam kelam
115
LII. Tanah milik Sang Rich Man
116
LIII. Tawa Anggun
117
LIV. Ibuk mertua ku sayang Ibuk mertua ku malang
118
LV. Janji dua anak manusia
119
LVI. Akhir adalah Awal
120
Karya Misteri Baru dari bung Kus
121
NOVEL CETAK RUMAH TENGAH SAWAH
122
Ijin Promo Judul Baru
123
Judul Horor Baru bung Kus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!