Syut
Tuk
Excellent!
Rhiana menguap setelah melempar bola terakhir ke ring basket. Dia sudah mulai bosan. Rhiana kemudian berdiri lalu menatap sekitar. Ada sekitar 5 pegawai yang menontonnya bermain.
"Nona, ini kupon yang anda dapatkan selama bermain. Anda bisa menukarnya untuk mendapatkan hadiah." Seorang pegawai pria menghampiri Rhiana sambil mendorong 2 keranjang besar berisi kartu kupon.
"Sebanyak itu?" Rhiana kaget, ternyata banyak sekali kupon yang dia dapat.
"Iya, Nona."
"Ya, sudah. Tukar semua kupon. Hadiahnya bawa ke alamat ini," Rhiana dengan tenang menuliskan sebuah alamat panti asuhan yang tidak terlalu jauh dari sini.
"Baik, Nona. Serahkan semuanya pada saya."
"Terima kasih. Jika sudah selesai, hubungi aku di sini." Rhiana menyodorkan kartu namanya.
"Siap, Nona."
[Kemana hadiah itu akan dibawa?]
[Hey... kartu nama milik siapa yang pegawai itu terima?]
[Jangan bilang itu kartu namanya?]
[Sial...!!! aku sudah mengingat wajah pegawai itu. Aku akan memaksanya memberikan nomor dewiku!]
[Tenang, Kawan. Aku mendukungmu. Kita akan menghadang pegawai itu nanti.]
[Siap 86!]
[Tapi aku masih penasaran, kemana semua hadiah itu akan dibawa. Tolong jawab pertanyaan kami, kakak pemilik akun ini!]
Pegawai pemilik akun yang sedang melakukan siaran langsung, segera memberi kode pada temannya.
Rhiana yang juga merasakan kode itu, mengerutkan kening menatap ponsel di tangan pegawai itu.
"Kamu sedang mengambil videoku?" Rhiana bertanya setelah menghampiri pegawai itu.
[Ya, ampun... wajah dewiku sangat dekat! Dia benar-benar cantik. Aku mau pingsan!]
[Kak... bisa lebih dekat tidak? Aku mau lihat, apa ada pori-pori di wajahnya?]
[Hey... kamu ingin menjelekkan dewiku?]
[Siapa namamu? Dimana alamat rumahmu? Pisau dapur milik ibuku sudah aku asah setajam mungkin.]
[Maaf, kalian salah paham. Aku juga fans beratnya. Maksud aku, aku ingin melihat wajahnya lebih jelas lagi.]
[Aku tidak percaya. Berikan alamatmu sekarang!]
[Kick dia dari dunia maya!]
Beralih ke percakapan Rhiana dan pegawai arena bermain.
"Saya tidak sedang mengambil video anda, Nona." Pegawai itu menjawab sambil menggaruk kepalanya gugup. Satu tangannya masih stay memegang ponsel untuk siaran langsung.
"Baguslah. Aku bersyukur itu hanya foto. Tolong jangan disebar, ya." Rhiana bernafas legah. Dia tidak ingin hidup tenangnya kacau karena dikejar orang.
"Anu... maafkan saya, Nona." Pegawai itu sudah menurunkan ponselnya tapi belum mengakhiri siaran langsung. Tentu saja dia merasa bersalah.
"Tidak apa-apa. Itu cuma foto. Kamu bisa menyimpannya untuk dirimu sendiri. Aku hanya tidak ingin foto itu tersebar. Aku tidak ingin terganggu," Rhiana tersenyum tipis memaklumi.
"Bukan itu, Nona. Saya tidak mengambil video ataupun foto anda. Saya... saya sedang melakukan siaran langsung, Nona."
"Apa? Mati aku!" Rhiana menepuk dahinya pelan.
"Aku harus pergi!" Rhiana melanjutkan, kemudian berlari pergi. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
[Ke mana arah kamera? Kenapa jadi gelap? Kakak pemilik akun, dimana wajah dewi kami?]
[Ada yang mendengar pembicaraan tadi?]
[Ya, aku mendengarnya. Dewiku sepertinya sudah pergi.]
[Sayang sekali, dia tidak ingin tereskpose.]
[Benar. Haruskah kita pergi ke rumahnya?]
[Itu tidak bisa, Kawan. Kediamannya sangat dijaga ketat. Tidak sembarang orang bisa ke sana.]
Mereka yang mengantri di luar, menghela nafas kecewa karena siaran langsung sudah berakhir. Mereka juga tidak bisa mendapat nomor ponsel Rhiana, karena pegawai tadi sudah meminta maaf untuk tidak memberikan nomor ponsel Rhiana pada mereka. Pegawai itu hanya menjawab dimana hadiah kupon akan dibawa.
***
Rhiana diam-diam keluar arena bermain itu. Dia segera mengambil motornya dan pergi dari sana.
Rhiana bernafas legah setelah berhenti di depan sebuah minimarket. Dia ingin membeli minum. Setelah membayar dan keluar, Rhiana tidak langsung pulang. Gadis itu justru duduk di salah satu kursi yang disediakan di depan minimarket itu.
Ada sekotak susu favoritnya di atas meja. Sebotol lagi sedang Rhiana teguk dengan pelan. Gadis itu bersandar pada kursi dan menatap matahari yang sudah mulai naik dengan pelan. Ternyata sudah pukul 9.30. Cukup lama juga dia bermain.
Rhiana teringat isi map yang tersimpan di brangkas apartemen Lycoris. Yang membuat Rhiana menangis adalah sebuah surat keterangan dokter yang mendiagnosis bahwa Lycoris menderita kanker hati stadium akhir. Ada juga surat yang ditulis tangan. Isinya adalah pesan terakhir Lycoris untuknya.
Rhiana sedih, karena sahabat baiknya itu menyimpan dengan rapat penyakitnya. Rhiana yang sedikit mempelajari medis, tidak pernah melihat ada gejala aneh yang ditunjukan sahabatnya itu.
Rhiana menghela nafas pelan dan menghembusnya dengan gusar. Baru saja dia akan mengambil ponselnya, tiba-tiba benda segi empat itu berdering. Yang menelpon adalah Brilyan. Rhiana tentu saja tidak menjawab panggilan itu. Rhiana mengambil ponselnya dan memasukan dalam saku celananya. Dia berencana pergi dari sana.
Berjalan menuju motornya, Rhiana berpapasan dengan seseorang. Rhiana awalnya tidak terlalu peduli karena orang itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Tapi, setelah melewati orang itu, Rhiana berhenti dan mengerutkan kening. Dengan cepat dia bergegas menuju motornya agar pergi dari sana.
"Aku pikir dia hanya mengancam," Kesal Rhiana setelah memasang helm fullface miliknya dan melajukan motornya pergi dari sana.
***
Brilyan baru saja tiba di bandara kota New York. Dia tidak pernah main-main dengan perkataannya. Sejak pulang dari rumah Rhiana semalam, pria itu tidak bisa tidur. Tentu saja dia harus mencari keberadaan gadis yang sudah mengusik hidupnya itu.
Tidak melihat wajah gadis polos itu selama beberapa saat, hatinya tidak tenang. Pikiran buruk selalu terlintas di otaknya jika gadis itu menjauh darinya. Dia takut gadis polos itu diganggu oleh orang jahat.
Berulang kali dia menelpon, tetapi tidak dijawab. Tentu saja dia semakin khawatir. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah gadis itu. Brilyan berpikir, mungkin terjadi sesuatu pada ibu gadis itu.
Ketika sampai di gerbang rumah gadis yang dia sukai itu, dia memutuskan untuk masuk dan bertanya. Dan jawaban yang dia dapatkan adalah Rhiana belum pulang.
Bibi Ratih hanya mengatakan untuk tidak khawatir, karena mungkin Rhiana sedang bekerja. Brilyan tidak lagi bertanya, dan pamit pergi, tapi dia memutuskan untuk menunggu Rhiana di depan rumahnya. Bibi Ratih tidak mengatakan dimana Rhiana bekerja part time.
Hingga pukul 9 malam, ponselnya berdering. Dengan cepat dia menjawabnya. Yang dia dengar justru gadis itu tidak akan ke sekolah selama seminggu. Brilyan tentu saja kesal. Apa yang sebenarnya terjadi, sehingga gadis itu tidak akan ke sekolah selama seminggu?
Setelah mengarahkan bawahannya untuk melacak lokasi Rhiana, ternyata gadis itu ada di New York. Brilyan dengan emosi memesan tiket penerbangan di tengah malam menuju New York. Dia sampai pukul 8 pagi karena kondisi cuaca.
Tidak ingin berlama-lama, Brilyan dengan cepat mengikuti lokasi Rhiana di ponselnya. Ternyata lokasi Rhiana di sebuah arena bermain. Brilyan memutuskan ke sana.
Melihat kerumunan yang mengantri untuk masuk, Brilyan menghembuskan nafas pelan. Apa yang dilakukan gadis itu di arena bermain? Brilyan memaksakan dirinya untuk masuk ke kerumunan untuk mencari gadis itu. Sayangnya dia tidak menemukannya. Tapi lokasi yang dikirim bawahannya sudah benar. Ponselnya yang terhubung dengan lokasi Rhiana juga benar. Tapi, gadis itu tidak ada di sini.
Brilyan juga tidak bisa masuk ke arena bermain. Terpaksa dia harus menunggu di luar sambil mendengar gosip orang-orang di sana tentang siaran langsung yang mereka tonton. Brilyan tidak terlalu peduli siapa yang mereka gosipkan. Tapi, setelah mendengar nama Rhiana, Brilyan sedikit penasaran. Dia dengan tenang menengok ke layar ponsel seorang pria. Ternyata nama mereka hanya sama. Wajah mereka sama sekali tidak sama. Hanya sedikit mirip.
Meski wajah gadis di layar ponsel itu sangat cantik, tapi Brilyan hanya biasa saja. Dia kembali mencari Rhiana si gadis polos yang menarik perhatiannya.
Tidak lama kemudian, kerumunan kembali ribut karena siaran langsung yang mereka nonton sudah berakhir. Di saat itu juga lokasi Rhiana di ponselnya terlihat bergerak pergi meninggalkan arena bermain itu. Brilyan dengan cepat mengikutinya.
Brilyan menggeram kesal karena taxi yang dia tumpangi sangat lambat. Belum lagi, kendaraan sedikit padat membuatnya semakin kesal.
Brilyan dengan cepat keluar dari mobil di saat lokasi Rhiana di ponselnya terlihat berhenti di salah satu minimarket. Brilyan tidak ingin gadis itu pergi lagi. Karena jaraknya dengan minimarket tidak terlalu jauh, Brilyan memutuskan untuk berlari ke sana. Matanya fokus ke ponselnya.
Melihat minimaket sudah dekat, pria itu berhenti. Dia lalu menelpon Rhiana. Panggilan tersambung tapi tidak dijawab. Brilyan berusaha tenang. Dengan langkah pelan, Brilyan menuju minimarket.
Melewati seseorang, Brilyan seketika berhenti karena sedikit mengenal gadis itu. Rupanya gadis yang ada dalam siaran langsung tadi. Tidak terlalu peduli, dia bergegas masuk ke minimarket. Ternyata tidak ada Rhiana di dalam sana. Brilyan kembali melihat ponselnya. Rhiana terlihat bergerak pergi dari minimarket.
"Jika dia benar-benar ada di sini, seharusnya aku bertemu dengannya. Apa dia menghindariku?" Tanya Brilyan dalam hati.
Brilyan tidak lagi mengikuti jejak Rhiana karena lokasi gadis itu sudah tidak terlihat lagi. Sepertinya ponselnya mati.
***
Rhiana baru saja masuk ke dalam lift. Ternyata ada Artya bersama asistennya, Felix. Rhiana hanya memasang wajah datar. Tentu saja dia tidak akan bersikap ramah pada pria itu. Dia ingin balas dendam karena pria itu mengabaikannya tadi pagi.
Melihat tingkah gadis di sampingnya ini, Artya menjadi tidak senang. Bukannya tadi pagi gadis ini menyapanya dengan ramah? Mengapa sekarang berubah? Artya semakin tidak senang.
Ting
Lift terbuka tepat di lantai terakhir dimana hanya ada apartemen milik Rhiana dan Artya. Rhiana bergegas keluar tanpa menatap Artya sedikitpun. Jangankan menatap, melirik saja dia enggan. Sikap tidak peduli Rhiana tentu saja semakin menganggu ketenangan Artya.
"Ada apa, Tuan?" Tanya Felix yang merasakan suasana hati tuannya yang tidak bagus.
"Apa penampilanku tidak menarik?"
Pertanyaan Artya berhasil membuat Felix tercengang. Sejak kapan tuannya ini memperhatikan penampilannya? Yang selalu diperhatikan tuannya ini adalah kebersihan di sekitar. Tidak ada yang lain.
"Anda sangat menarik, Tuan. Buktinya, semua gadis selalu melirik anda."
"Ada yang tidak tertarik denganku. Dia bahkan tidak melirikku."
"Ada orang yang tidak tertarik dengan anda?" Tanya Felix syok. Dia baru tahu berita ini.
"Kekasih Brilyan dan gadis tadi," Artya berbicara dengan datar sebelum keluar dari lift.
"Benar juga, gadis tadi sama sekali tidak meliriknya." Gumam Felix tersadar. Pria itu dengan cepat mengikuti Artya.
...
"Aku akan masuk sekolah minggu depan. Jangan mencariku," Rhiana sedang berbicara melalui telepon dengan Brilyan. Rhiana yang menelpon lebih dulu.
"Aku sudah di bawah. Turun sekarang! Turun, sebelum aku mendobrak kamarmu! Waktumu 5 menit."
"Dia sudah di bawah? Dari mana dia tahu aku di sini?" Gumam Rhiana dalam hati.
"Aku akan turun. Tunggu aku!"
Rhiana dengan cepat menutup telepon dan masuk ke kamar. Dia harus mengganti penampilannya sebelum bertemu Brilyan.
Rhiana tidak sadar, ada Artya yang mendengar percakapannya di balkon sebelah. Artya yang penasaran siapa yang ingin ditemui gadis itu, dengan tenang masuk ke kamarnya.
Rhiana dengan cepat berlari menuju lift karena waktunya hanya sedikit. Rhiana tidak tahu bahwa dia sedang diperhatikan oleh Artya melalui cctv apartemen.
"Gadis yang menarik! Adikku, kekasihmu benar-benar tidak sederhana." Gumam Artya dan menyeringai.
Pria itu lalu beralih menatap sapu tangan milik Rhiana.
"Jika kamu benar-benar orang yang aku cari, jangan pernah berharap lepas dariku!" Artya menambahkan dengan datar. Dia menggenggam erat sapu tangan bersulam pedang naga yang dilingkari bunga rannuculus di bagian sudutnya itu.
...
Rhiana sedikit terengah-engah karena berlari. Dia berdecak kesal sebelum memasang wajah polos karena akan bertemu Brilyan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Brilyan masih berusaha menjaga nada suaranya.
Brilyan begitu marah ketika tahu lokasi Rhiana di sebuah apartemen mewah di kota New York. Dia jelas tahu ekonomi keluarga Rhiana. Bagaimana mungkin dia tinggal di apartemen ini? Pikiran negatif melintas di otaknya begitu saja. Apa demi uang, gadis ini sampai melakukan hal ini? Tangan Brilyan terkepal memikirkan ini.
"Aku..."
"Apa demi uang?" Brilyan tidak lagi bisa menahan diri.
Bugh!
Brilyan meninju mobil yang dia sewah untuk datang kemari. Kaca mobil langsung pecah.
"Jika butuh uang, katakan saja padaku. Kenapa sampai seperti ini? Kamu tahu, betapa khawatinya aku? Kerja part time, huh? Apa yang kamu pikirkan?" Brilyan rasanya ingin membunuh orang sekarang.
Rhiana tercengang. Tangannya terkepal ingin sekali melayangkan tinju pada pria ini. Dia tidak menyangka, pria ini bisa berpikir seperti itu padanya. Dangkal sekali pikiran pria ini.
"Jika ingin melakukan hal itu dengan orang lain demi uang, lakukan saja denganku. Aku akan membayarmu. Katakan saja, berapa yang kamu butuhkan!" Nafas Brilyan memburu karena menahan emosi. Saking emosinya, kalimat yang dia keluarkan tidak sempat dia filter.
"Sedangkal ini pikiranmu tentangku? Aku tahu, seperti apa keadaan ekonomi keluargaku. Aku butuh uang, tapi aku tidak mungkin sampai seperti itu. Apa orang miskin sepertiku tidak boleh tinggal di apartemen mewah? Apa orang miskin sepertiku tidak boleh punya teman kaya yang mengajaknya tinggal bersama? Apa aku.." Rhiana sudah menangis. Tentu saja dia sedang berakting.
Deg
Brilyan tersadar. Emosinya yang meluap tadi hilang begitu saja. Dia tidak pernah ingin melihat air mata itu. Dia tidak ingin orang lain membuat gadis ini menangis. Tapi... dia sendiri yang sudah membuat gadis ini menangis. Tanpa mendengar penjelasan apapun, dia justru berspekulasi sendiri membuat orang yang dia sukai menangis. Dia menyesal. Dadanya sesak melihat air mata itu.
Grep
Brilyan segera menarik Rhiana ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, tolong maafkan aku, Dear."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
RIRES
Yah namanya orang jatuh cinta Lox, jdi ya gtu lah.
2022-07-15
0
Yuli Yanti
padahal ceritanya bagus lho. tp sayang up nya lama banget... 😂
2022-03-13
0
Sidart Nigam
Kak boleh tau ngga itu ftonya ada komiknya yah kak klo ada di mna aplikasinya trus mnta yah jdulnya plis kak
2022-03-10
1