Rhiana mengalihkan pandangannya keluar jendela karena sudah bisa menebak siapa murid baru di kelasnya ini. Tentu saja, itu kedua saudara kembarnya.
Rhiana tidak habis pikir, kenapa kedua saudaranya menyusul kemari. Sejak awal, dia sudah menolak kedatangan mereka dan juga campur tangan mereka dalam misinya ini. Rhiana menolak bantuan keluarganya, karena dia ingin menyelesaikan misi ini dengan kemampuannya sendiri. Dia akan meminta bantuan jika dia sudah tidak mampu lagi.
Rhiana juga tidak ingin sifat posesif mereka mengganggu rencananya. Ya, kedua saudaranya itu sangat posesif padanya. Sedikit saja lirikan penuh minat padanya, maka kedua kakaknya itu akan bertindak pada mereka. Apalagi jika dia terluka? Katakan selamat tinggal pada orang itu.
Rhiana tidak ingin mereka nantinya melukai Yeandre karena pria itu membencinya. Bukan hanya itu. Setiap gerak-geriknya akan selalu dipantau oleh mereka. Mereka tidak akan membiarkannya melakukan ini dan itu yang berbahaya.
Tentu saja kebebasannya akan berkurang. Rhiana menghela nafas memikirkan ini. Tapi, jauh dalam lubuk hatinya, dia sangat senang karena diperhatikan oleh kedua kembarannya itu.
"Halo semuanya... Namaku Dalfa Chixeon. Dia Dalfi Chixeon, saudara kembarku." Dalfa memperkenalkan dirinya dan Dalfi. Jangan lupakan senyum lembut memikat milik pria itu. Para siswi teman kelas Rhiana menjadi heboh sendiri.
Rhiana mengerutkan kening mendengar marga yang kedua kakaknya itu pakai. Chixeon? Bukannya itu marga ayah baptisnya? Apa yang kedua kakaknya ini rencanakan?
Sejak dulu, kedua kakaknya itu tidak menyukai ayah baptisnya karena merebut perhatian mommy mereka. Rhiana menoleh menatap dengan bibir berkedut kakaknya Dalfa yang juga menatapnya dengan senyum lembut.
Rhiana akan menanyakan hal ini pada ayah baptisnya nanti. Dia tidak akan bertanya pada kedua kakaknya. Tentu saja dia harus menghindari mereka.
Mendengar marga Dalfa dan Dalfi, semua orang kaget. Mereka baru tahu, ternyata ada keturunan Chixeon di sini. Selama ini publik tahu bahwa seorang pengusaha terkenal seperti Neondra Jacon Chixeon tidak pernah menikah. Bagaimana bisa dia memiliki anak? Kembar pula. Ini benar-benar kabar mengejutkan.
Setelah Dalfa memperkenalkan diri, keduanya dipersilahkan duduk oleh wali kelas. Tempat duduk mereka tepat di samping meja Rhiana dan Brilyan.
Rhiana tidak melihat mereka sama sekali. Tentu saja dia harus menghindari tatapan mata kakak pertamanya. Dia tidak ingin diberi senyuman lagi, karena akan mengundang rasa iri dan dengki teman sekelasnya. Rhiana sedang malas berurusan dengan orang-orang seperti itu.
Ting
Notifikasi pesan masuk di ponsel Rhiana. Gadis itu lalu membukanya. Ternyata pesan group yang dibuat kakaknya, Dalfa untuk mereka bertiga.
Si Jahil Dalfa 🙉:
Dia adik ipar?
Rhiana mengerutkan kening membaca pesan itu. Dia menoleh menatap Brilyan yang juga menatapnya.
"Ada apa?" Tanya Brilyan pelan. Rhiana hanya menggeleng. Rhiana beralih menatap kembali ponselnya, tetapi tidak berniat membalas.
Si Jahil Dalfa 🙉:
Jawab pertanyaan kakak, Baby.
Rhiana hanya membaca dan meletakkan kembali ponselnya. Gadis itu lalu menopang kepalanya dan menatap guru yang memulai pelajaran.
Si Dingin, tapi posesif 😑:
Baby... alasan kami kemari karena kamu terluka. Kamu tahu, kakak tidak akan membiarkan orang itu hidup tenang.
Rhiana tertegun sejenak membaca pesan itu. Jadi, karena dia terluka beberapa hari yang lalu? Hanya itu, dan kedua kakaknya itu langsung pindah sekolah? Ini benar-benar kedua kakaknya yang posesif.
Rhiana menghembuskan nafas pelan sebelum membalas pesan Dalfi.
^^^Me:^^^
^^^Aku tidak apa-apa, Kak. Hanya luka kecil. Tidak sampai 10 jahitan kok.'^^^
Si Jahil Dalfa 🙉:
Tidak sampai 10 jahitan? Baby, itu bukan luka kecil.😡
Si Dingin, tapi posesif 😑:
Pria itu harus diberi pelajaran! Karena dia, kamu terluka.
^^^Me membalas Si Jahil Dalfa 🙉:^^^
^^^Aku tahu. Maafkan aku, Kak.^^^
^^^Me membalas Si Dingin, tapi posesif 😑:^^^
^^^Jangan menyentuhnya, Kak. Aku sedang menjaganya. Hanya aku juga yang boleh memberinya pelajaran.^^^
Si Dingin, tapi posesif 😑:
Ck... Pulang sekolah, kita harus bicara, Baby.
Rhiana tidak membalas lagi. Dia mematikan ponselnya dan kembali memperhatikan guru yang mengajar.
"Itu siapa?" Brilyan bertanya dengan pelan. Pria itu tentu saja terganggu karena Rhiana yang terus saja menatap ponselnya. Tidak biasanya gadis itu sibuk dengan ponselnya.
"Bukan siapa-siapa," Rhiana menjawab tanpa menatap Brilyan.
Brilyan tidak lagi bertanya.
***
Rhiana baru saja tiba di bandar udara kota New York. Setelah pulang sekolah, dia bergegas pulang diam-diam. Tentu saja karena ingin menghindari kedua kakaknya dan Brilyan. Ada yang harus dia lakukan di sini, sehingga mengambil penerbangan biasa dan datang ke New York.
Hanya membawa tas ransel, Rhiana dengan tenang keluar bandara. Tujuan pertamanya adalah apartemen milik Lycoris. Rhiana datang ke sini tanpa ada yang tahu. Entah dia akan berkunjung ke mansion keluarganya atau tidak, Rhiana akan memikirkannya nanti.
Tidak sampai 30 menit, taxi yang membawanya sudah sampai di apartemen milik sahabatnya. Rhiana hanya perlu menunjukan kartu akses, dia langsung diberi izin masuk.
Apartemen ini adalah salah satu apartemen mewah di kota New York. Banyak orang ingin tinggal di sini. Tentu saja karena fasilitas dan pelayanannya yang membuat orang betah di sini.
...
Rhiana sudah masuk ke dalam apartemen Lycoris. Tidak ada yang berubah. Semua masih sama seperti dulu. Apartemen ini juga bersih. Itu semua karena ada bibi yang penjaga apartemen yang selalu membersihkannya.
Rhiana tersenyum tipis menatap fotonya dan sahabatnya setelah menyelesaikan misi. Waktu itu mereka berusia 12 tahun. Masih banyak sekali foto kebersamaan mereka yang dipajang di dinding kamar Lycoris.
"Tenang di sana, Ly." Rhiana bergumam lirih sambil mengusap pelan wajah Lycoris di salah satu foto.
Rhiana kembali memperhatikan semua interior kamar ini. Dia yakin ada ruang rahasia atau sesuatu yang tersembunyi yang dibuat sahabatnya itu. Rhiana masih penasaran kenapa sahabatnya itu meminta dia menjaga kakaknya. Padahal Lycoris dan kakaknya terpisah sejak mereka masih kecil. Jadi, tidak ada alasan pasti, dia harus menjaga kakak sahabatnya itu.
Rhiana terus mencari dan menemukan ada yang aneh dengan susunan buku di rak mini dalam kamar itu. Setahunya, sahabatnya itu adalah orang yang rapi. Dia akan menyusun semua miliknya sesuai urutan.
Jadi, ketika Rhiana melihat ada beberapa buku yang tidak di tempatnya, tetapi terpisah dan malah bergabung dengan buku lain, membuat Rhiana merasa aneh.
Rhiana mengalihkan pandangannya ke rak pertama yang merupakan susunan beberapa komik seri pertama hingga terakhir. Di dalam susunan komik bergenre action itu, ada dua buku yang diselipkan di sana. Satu di bagian sisi kiri dan satu lagi di bagian sisi kanan. Rhiana tidak mengambilnya. Dia hanya membaca tulisan di buku itu. Buku pertama, strategi lerang seri I. Buku kedua, strategi perang seri V.
Pandangan Rhiana beralih menatap rak kedua. Hanya ada satu buku yang berbeda dari dua jenis buku berseri yang tersusun di rak itu. Ternyata itu buku strategi perang seri III.
Rhiana menaikan sebelah alisnya lalu beralih ke rak ketiga. Ternyata tidak ada buku yang berbeda di rak itu. Lanjut ke rak terakhir, itu adalah dua jenis buku di sana. Buku teknologi dasar hingga sulit. Dan buku strategi perang, yang tersusun rapi mulai dari seri II, IV, VI, hingga deri terakhir yaitu X.
Rhiana tersenyum tipis, kemudian mengambil buku strategi perang seri I, V dan III di rak pertama dan kedua, kemudian menyusunnya dengan rapi di deretan buku strategi perang rak terakhir. Setelah posisi semua buku rapi, terdengar suara benda bergeser. Ternyata fotonya dan Lycoris yang terletak di kepala tempat tidur bergerak ke samping.
Rhiana bergegas mengambil foto berukuran 10 x 30 cm itu. Ternyata dibalik foto itu ada sebuah brangkas. Rhiana menggaruk pipinya yang tidak gatal memikirkan pin untuk membuka brangkas itu. Selagi dia masih bisa menebak pin brangkas, dia tidak tidak perlu susah paya membuka dengan paksa.
Mencoba dua tanggal, ternyata masih tidak terbuka. Rhiana kembali menoleh menatap rak buku mini milik sahabatnya itu. Rhiana kembali teringat buku strategi perang yang terpisah itu. Seri I, V dan III. Rhiana tiba-tiba tersenyum tipis teringat tiga angka romawi itu.
Ada10 seri buku strategi perang. Tiga buku yang sengaja dipisah. I, V, dan III. Jika disusun, maka akan menjadi tanggal 15 bulan maret. Umur mereka saat itu tepat 10 tahun. Selain itu, hari itu juga menjadi hari paling berarti bagi sahabatnya. Tentu saja, karena itu adalah hari dimana keduanya berhasil memecahkan tantangan tersulit dalam strategi perang.
Karena keberhasilan mereka di hari itu, keduanya lalu diberi hadiah oleh mommy Rihan untuk bersenang-senang sehari penuh. Rhiana masih ingat jelas senyum bahagia sahabatnya waktu itu.
..."Aku tidak akan pernah melupakan hari ini, Rhi. Ini hari paling berarti untukku, karena menghabiskan waktu bersama denganmu. Aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Terima kasih, Rhi. Terima kasih sudah menganggapku seperti saudarimu sendiri. Aku menyayangimu."...
Rhiana tersenyum tipis mengingat perkataan sahabatnya itu. Dia lalu menekan pin dan brangkas itu akhirnya terbuka.
Tidak banyak yang tersimpan di dalamnya. Hanya ada beberapa gepok uang, satu kunci, dan satu map coklat. Rhiana lebih tertarik dengan isi map coklat itu. Rhiana mengambil map itu dan membukanya. Isi map itu membuat Rhiana tertegun. Disusul air matanya yang tiba-tiba menetes.
...
Setelah membaca isi map itu, Rhiana kini menenangkan dirinya di balkon kamar Lycoris. Rhiana saat ini sedang menatap serius papan catur di depannya. Tangan kanannya sedang memegang salah satu bidak catur.
Rhiana sedang memainkan catur perang. Rhiana masih kurang ahli dalam membuat strategi. Jika dibandingkan dengan kakaknya, Dalfi, Rhiana masih kalah jauh. Itulah kenapa kakak keduanya itu selalu menjadi orang yang mengatur strategi untuk setiap misi yang mereka lakukan.
Rhiana sedang memikirkan, dimana bidak catur ini akan dia letakkan. Rhiana tidak hanya memainkan catur. Di tangan kirinya ada Magic Cube atau Rubik Octahedron. Rhiana sangat senang melatih kinerja otak kiri dan kanannya secara bersamaan.
Tak
"Keluar!" Rhiana membuka suara setelah meletakkan bidak catur di tangannya, dan juga mengakhiri strategi perang yang dia buat. Tentu saja berakhir baik, meski harus membutuhkan cukup waktu untuk menyelesaikannya. Sedangkan rubrik di tangan kirinya sudah selesai sedari tadi.
"Ketahuan ternyata," Suara maskulin itu mengalihkan pandangan Rhiana pada seorang pria yang baru saja turun entah dari mana dan duduk di pagar balkon.
"Bukannya dia penggila kebersihan? Kenapa dia duduk sembarangan?" Tanya Rhiana dalam hati.
Ya, pria yang memperhatikan Rhiana sedari tadi adalah jakak Brilyan, Artya. Rhiana tidak tahu apa yang membuat pria itu datang ke New York. Belum lagi, tingkahnya yang sedikit aneh. Rhiana tahu, pria berusia 20 tahun itu sangat suka kebersihan. Tapi pria yang dia lihatnya ini sama sekali tidak seperti itu.
Pria itu tidak memakai sarung tangan, dan justru duduk sembarangan di balkon. Bukankah itu aneh? Rhiana malas memikirkannya. Lagipula, pria itu tidak menyinggungnya.
"Ada yang bisa aku bantu, Kak?" Tanya Rhiana pelan.
"Tidak ada. Hanya tertarik dengan caramu menghibur diri," Rhiana hanya mengangguk.
"Kakak tinggal di kamar sebelah?" Rhiana hanya menebak.
"Ya." Jawab Artya datar.
Rhiana ternyata baru tahu siapa pemilik apartemen di sebelah apartemen milik Lycoris. Sedari dulu, mereka tidak pernah tahu siapa pemiliknya.
Rhiana sangat ingin menempati apartemen itu. Itu semua karena hanya apartemen itu yang paling bagus dari semua apartemen dalam satu bangunan ini.
Sejak dulu Rhiana ingin bertemu pemilik apartemen itu dan meminta untuk dibeli. Sayangnya, pegawai apartemen mengatakan bahwa pemiliknya tidak pernah mau bertemu dengannya. Hari ini, akhirnya dia bertemu pemiliknya.
"Serius itu milik kakak?" Rhiana kembali bertanya ingin memastikan.
"Ya. Ingin berkunjung ke tempatku?" Tawar Artya tenang.
"Ayo!" Rhiana dengan cepat berdiri dan menghampiri Artya yang mengerutkan kening padanya. Tentu saja Rhiana sangat ingin melihat isi apartemen dengan nomor kamar 505 itu.
"Ada apa, Kak?" Tanya Rhiana melihat ekspresi Artya.
"Lewat pintu,"
"Kelamaan. Lewat balkon lebih cepat. Ayo, Kak!"
Artya hanya menyeringai dan berdiri kemudian melompat ke balkon sebelah, disusul Rhiana dengan cepat. Rhiana bahkan melupakan tindakannya sendiri yang menunjukan keahliannya pada orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sidart Nigam
Lanjut thor semangat terus yah
2022-02-28
0
Machan
gila, loncat dari balkon
2022-02-27
0
lina
next liana
2022-02-26
1