Maafkan aku, teman-teman.
Saking sibuknya, aku jadi jarang up.
Stay selalu di cerita ini, ya.
Aku akan up stabil jika udah nggak sibuk lagi.
Selamat membaca!
.
.
.
Brilyan saat ini sedang menatap penampilannya di depan cermin.
Setelan blazer abu-abu, rambut hitam yang ditata rapi ke belakang, membuat penampilan pria itu sangat mempesona. Ini pertama kalinya dia memperhatikan penampilannya. Perubahan ini tentu saja ada alasannya.
Beberapa jam lalu, Brilyan memposting sesuatu di sebuah situs. Pria itu penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. Lebih tepatnya, dia penasaran dengan perubahan sifatnya pada gadis itu. Brilyan memposting apa yang dia rasakan selama berada didekat Rhiana.
Brilyan mencurahkan semua yang ada di pikirannya ke dalam situs itu, hanya untuk mengetahui jawaban pertanyaannya. Mulai dari jantungnya yang berdebar kencang jika dekat dengan gadis itu, menginginkan gadis itu selalu di sisinya, tidak ingin melihat gadis itu mendekati orang lain, dan hal lainnya.
Hanya butuh beberapa menit, beberapa akun mulai menjawab pertanyaannya. Semua jawaban hampir sama. Tentu saja mereka menjawab bahwa dia sedang jatuh cinta.
Sebelum mengiyakan jawaban mereka, Brilyan kembali mengetik beberapa hal.
@Bri : Kalau begitu, bagaimana caranya agar dia selalu didekatku?
Flowers membalas @Bri : Tentu saja memberikan perhatian lebih padanya, Bro.
ONEsatu membalas @Bri : Bersikap baik padanya lebih dari apa yang kamu lakukan pada orang lain, Kawan. Aku jamin, dia akan jatuh cinta padamu.
@Bri : Aku memperlakukannya berbeda dari orang lain. Aku selalu memperhatikannya. Tapi, dia tidak menyukaiku. Justru dia sepertinya takut padaku.
ONEsatu membalas @Bri : Takut padamu? Sepertinya kamu orang yang dingin, Kawan. Apa aku benar?
@Bri : Ya.
ONEsatu membalas @Bri : Hahaha... dia tidak akan menyukaimu jika kamu bersikap seperti itu. Ubahlah caramu memperhatikannya. Misalnya, bersikap lembutlah, sering-seringlah tersenyum padanya. Intinya, jangan pernah memasang wajah datarmu padanya. Perhatikan juga penampilanmu. Jika itu berhasil, dia pasti akan menyukaimu. Jika tidak, hubungi aku secara pribadi.
@Bri : Oke.
Memikirkan hal itu, Brilyan merasa itu mudah dan patut dicoba. Brilyan tersenyum tipis dan beralih pada laci nakas miliknya dimana terletak jam tangan miliknya. Brilyan kemudian mengambilnya dan memasang di pergelangan tangan kirinya. Merasa semua lengkap, Brilyan bersiap keluar.
Sebelum keluar, pandangannya teralihkan ke salah satu gambar yang menempel di dinding kamarnya. Gambar itu baru dipajang tadi sore. Brilyan membawa gambar itu dari sekolah. Itu adalah lukisan pedang naga buatan Rhiana yang dia ambil dari guru seni mereka. Padahal aturan sekolah, semua lukisan siswa yang dibuat di sekolah harus diberikan pada sekolah. Tapi entah apa yang Brilyan lakukan, lukisan itu akhirnya menjadi miliknya.
Brilyan tentu saja punya alasan sendiri membawa pulang lukisan itu. Karena lukisan itu terasa familiar baginya. Lukisan itu mirip dengan aslinya. Tapi Brilyan masih tidak yakin, karena dia sendiri belum melihat dengan teliti pedang naga itu. Jadi, dia sengaja membawa pulang lukisan ini untuk nantinya dicocokkan dengan pedang aslinya.
Pedang asli yang Brilyan maksud adalah pedang naga milik keluarganya. Itu adalah pedang naga warisan leluhur mereka untuk pemimpin di keluarga Scoth. Brilyan pernah melihat pedang itu sewaktu dia masih kecil.
Karena itu juga, Brilyan tidak terlalu mengingat dengan baik pedang itu. Dia juga tidak diperbolehkan melihat pedang itu lagi. Pedang naga milik keluarganya hanya bisa dilihat oleh pewaris keluarga atau pemimpin masa depan keluarga Scoth.
Jika lukisan itu sama dengan pedang aslinya, maka gadis cupu itu pasti bukan gadis biasa. Bagaimana mungkin gadis itu tahu benda warisan keluarga mereka, sedangkan pedang naga milik keluarganya tidak pernah terekspos keluar.
Orang-orang memang mendengar bahwa ada benda berharga di keluarga Scoth yang selalu dijaga untuk pewaris keluarga itu kelak. Tapi mereka tidak pernah tahu seperti apa benda itu. Hanya para tetua keluarga Scoth yang tahu hal ini.
Tidak ingin memikirkannya lagi, Brilyan beralih menatap jam tangannya. Sudah waktunya dia menjemput gadis itu.
***
Rhiana sudah rapi dengan penampilan sederhananya. Gadis itu membongkar semua lemari pakaiannya di rumah ayah baptisnya hanya untuk mencari dress paling sederhana untuk dipakai malam ini.
Padahal Brilyan ingin membawanya ke salon untuk merombak penampilannya, tapi tentu saja Rhiana menolak dengan berbagai alasan. Bagaimana mungkin dia membiarkan penyamarannya terbongkar?
Rhiana hanya memakai dress sebatas lutut, rambutnya dicepol ke atas. Kaca mata minusnya jangan lupa. Benar-benar penampilan seorang gadis cupu.
Mengambil tasnya, Rhiana keluar kamar menunggu kedatangan Brilyan. Tidak lama kemudian, sebuah lamborgini merah berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Rhiana bergegas keluar karena tidak ingin pria dingin itu bertemu Bibi Ratih.
Rhiana menghampiri Brilyan yang sudah menunggunya di samping mobil. Pria itu tersenyum tipis padanya, lalu membuka pintu mobil.
"Dia tersenyum? Ini benar-benar aneh," Gumam Rhiana dalam hati sedikit mengernyit sebelum masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana keadaan bibi?" Brilyan membuka suara setelah masuk dan mulai mengemudikan mobil pergi meninggalkan pekarangan rumah Rhiana.
"Ibu Baik."
"Hmm. Selama di sana, ingat untuk selalu di sampingku,"
"Ya."
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan hingga mereka tiba di sebuah mansion mewah yang didekorasi mulai dari luar halaman hingga bagian dalam mansion.
Rhiana mulai dengan aktingnya. Gadis itu menunduk setelah keluar dari mobil.
"Gandeng aku, dan angkat kepalamu. Lihat ke depan!" Perkataan Brilyan membuat Rhiana dengan patuh melakukannya.
"Ak...aku gugup," Ujar Rhiana pelan.
"Tenang, ada aku! Semua akan baik-baik saja. Ingat jika peranmu malam ini adalah kekasihku,"
"Lihat, dia tersenyum lagi. Dia juga bersikap lebih lembut. Apa yang pria ini inginkan?" Rhiana masih tidak mengerti apa yang sedang dilakukan pria yang dia gandeng ini. Setahunya, pria ini tidak pernah tersenyum. Tapi kali ini, dia justru tersenyum padanya.
Masuk ke dalam mansion, sudah banyak orang di sana. Rhiana mengedarkan pandangannya ke segala arah. Cukup banyak orang juga yang dikenal di sini. Semua yang hadir tentu saja adalah orang-orang kaya.
Rhiana dan Brilyan menjadi pusat perhatian. Semua orang yang hadir penasaran dengan identitas gadis yang dibawa anak keluarga Scoth malam ini. Tentu saja mereka penasaran, karena ini pertama kalinya Brilyan terlihat dekat dengan seorang gadis.
Bukan hanya penasaran. Mereka juga diam-diam mencibir Rhiana karena penampilannya. Bagaimana bisa anak keluarga Scoth menyukai gadis seperti Rhiana? Sangat tidak cocok!
"Ayo, sapa kakekku." Rhiana hanya mengangguk.
...
"Selamat ulang tahun, Kek. Dia kekasihku." Brilyan memperkenalkan Rhiana dengan datar.
"Halo, Kek. Selamat uang tahun. Saya Rhiana, kekasih Iyan, kami juga teman sekelas." Rhiana memperkenalkan diri dengan senyum polosnya.
"Gadis baik, kamu benar-benar kekasih cucuku? Bukan dibayar untuk menjadi kekasihnya?" Kakek Brilyan tidak semudah itu percaya. Dia cukup tahu sifat cucunya ini. Tentu saja tidak jauh berbeda dengannya waktu muda.
"Saya benar-benar kekasih Iyan, Kek."
"Baiklah. Kakek percaya. Iyan, bawa cucu menantuku jalan-jalan."
"Maaf, Kek. Ini ada hadiah yang aku siapkan untuk kakek. Semoga kakek suka." Sebelum pergi, Rhiana memberikan sebuah kotak yang dia ambil dari dalam tasnya.
"Terima kasih. Kakek akan melihatnya nanti,"
Brilyan kemudian membawa Rhiana melihat-lihat rumah keluarganya.
"Jangan lupa untuk berbicara dengan kakakmu. Dia akan datang," Suara kakek Brilyan membuat langkah Rhiana dan Brilyan terhenti.
"Tidak perlu!" Jawaban singkat Brilyan membuat Rhiana bisa menarik kesimpulan bahwa hubungan Brilyan dan kakaknya pasti tidak baik-baik saja.
...
Rhiana saat ini sedang duduk di salah satu meja tamu sambil menikmati segelas minuman. Brilyan sedang ke toilet.
"Jauhi Brilyan!" Suara angkuh itu berhasil mengganggu indra pendengaran Rhiana yang sedang menikmati minuman di tangannya.
"Maaf, kamu siapa?" Tanya Rhiana polos.
"Aku adalah gadis yang dipilih tante Rina untuk menjadi istri Brilyan. Aku ingatkan kamu, menjauhlah dari Brilyan!" Wanita itu masih dengan nada angkuh berbicara pada Rhiana yang tetap tenang di tempatnya. Kebetulan tidak ada yang melihat, sehingga Rhiana untuk sementara tidak perlu berakting.
"Kenapa aku harus menjauh dari orang yang aku sukai? Lagipula, kakek Iyan setuju aku bersama cucunya."
"Kamu..."
Wanita itu Kesal. Dia mengambil segelas wine dan menyiram Rhiana. Sayangnya, sebelum wine itu mengenai Rhiana, gadis itu sudah berdiri dan menahan tangan wanita itu, kemudian membalik arah tangan wanita itu, sehingga wine menyiram tepat di wajahnya.
"Akh... kamu..." Teriak wanita itu tidak terima.
Karena teriakan itu juga, perhatian semua orang mengarah pada mereka berdua.
"Maafkan aku. Ak... aku tidak sengaja. Aku... aku akan membantumu membersihkannya," Rhiana menunduk di depan wanita itu. Jangan lupakan gestur ketakutannya.
"Membersihkannya? Kamu pikir gaun ini bisa kamu sentuh dengan tangan kotormu itu? Kamu tahu, gaun ini sangat mahal." Wanita itu dengan marah berbicara pada Rhiana.
Wanita bernama Laura itu ingin menunjukan kekuatannya pada Rhiana. Apalagi semua orang melihat, dia menjadi senang menindas orang. Laura tidak tahu saja, bahwa dia sudah masuk ke dalam perangkap seorang Rhiana.
"Ma...maafkan Aku," Rhiana semakin gugup.
"Kamu harus diberi pelajaran," Laura berniat mendekat ke arah Rhiana.
SRET!
BRUK
Rhiana dengan pelan menginjak ujung gaun Laura, sehingga wanita itu jatuh telungkup di bawah kakinya. Tentu saja jatuhnya Laura berhasil membuat semua orang tertawa. Rhiana sendiri menyeringai diam-diam.
"Gadis rendahan... kamu sengaja, 'kan?" Marah Laura menatap tajam Rhiana. Laura masih saja telungkup. Hanya kepalanya saja yang menoleh menatap Rhiana.
"Aku tidak tahu apa-apa. Tolong jangan menuduhku," Rhiana menggeleng lemah.
Jika diperhatikan dengan teliti mereka akan sadar, kalau jatuhnya Laura karena disengaja. Tapi, tentu saja Rhiana melakukannya diam-diam tanpa ada yang melihatnya, sehingga mereka hanya berpikir, jika Laura jatuh sendiri.
"Sayang... ada apa denganmu?" Seorang wanita berusia 40-an menghampiri Rhiana dan Laura. Wanita itu lalu membantu Laura berdiri.
"Mom... semua karena dia," Adu Laura dan menatap remeh Rhiana yang sedang meremas ujung gaunnya takut.
"Beraninya kamu..." Marah ibu Laura dan berniat menampar Rhiana.
GREP
Tangan ibu Laura berhasil ditahan oleh seseorang. Rhiana mengangkat kepalanya dan menatap polos wajah orang yang sudah membantunya.
"Wajahnya sedikit mirip Brilyan, dia kakaknya?" Tebak Rhiana dalam hati.
"Tuan muda Arms. Kenapa... kenapa anda membantu gadis ini?" Tanya ibu Laura takut.
Pria yang dipanggil Tuan Muda Arms itu tidak menjawab apapun. Pria itu justru menatap datar Rhiana yang juga menatapnya. Sebelum itu, asisten pria itu memberikan antiseptik padanya untuk disemprotkan ke tangannya.
"Penggila kebersihan?" Simpul Rhiana dalam hati.
"Gadis kecil yang tidak sederhana," Bisik kakak Brilyan tepat di telinga Rhiana.
Rhiana mengernyit bingung. Maksud pria ini apa? Apa dia tahu sesuatu? Tapi Rhiana tidak tahu apa itu.
Rhiana tentu saja tidak tahu, jika sedari awal kakak laki-laki Brilyan dengan nama lengkap Amartya Axelle Armstrong itu sudah memperhatikannya dari lantai atas.
Pria berusia 20 tahun itu ingin tahu alasan adiknya menyukai gadis polos itu. Dan Artya akhirnya menemukan sesuatu yang menarik. Ternyata gadis kecil itu tidaklah sederhana. Gadis kecil itu sangat cepat mengubah ekspresinya. Dia bisa menjadi tenang dan juga bisa menjadi rubah licik di waktu bersamaan. Entah adiknya sudah tahu sifat asli kekasihnya ini atau tidak.
Melihat gadis kecil itu sedang bermain, Artya tentu saja ingin ikut bermain. Dia akhirnya turun dan membantu gadis kecil itu. Selain itu juga, ada alasan lain Artya membantu gadis polos itu. Tentu saja Rhiana tidak tahu apa tujuan sebenarnya kakak Brilyan membantunya.
"Te... terimakasih, Kak." Rhiana dengan gugup berbicara pada Artya.
Artya tidak mengatakan apapun dan bergegas pergi setelah memberi tatapan tajam pada Laura dan ibunya. Setelah kepergian Artya, Laura dan ibunya juga ikut pergi.
"Kamu baik-baik saja?" Brilyan baru saja datang dengan wajah khawatir.
Brilyan lama karena sedang berbicara dengan ayahnya. Ketika kembali, suasana pesta agak aneh. Tentu saja tanpa bertanya, seseorang sudah menghampirinya dan mengatakan apa yang terjadi.
"Ak...aku baik-baik saja. Kakakmu membantuku," Rhiana tentu saja ingin tahu reaksi pria di depannya ini.
"Dia membantumu?" Tanya Brilyan tidak suka. Tentu saja Brilyan tahu jika kakaknya itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang tidak menguntungkannya.
Brilyan dan Artya memang tidak akur sedari kecil. Keduanya adalah saudara satu ayah beda ibu. Jadi, mereka selalu bermusuhan. Sejak dulu, Brilyan memang tidak pernah menang melawan kakaknya itu.
Keduanya selalu bersaing dalam hal apapun. Tentu saja Brilyan selalu kalah telak dari kakaknya. Kini, setelah tahu kakaknya membantu Rhiana, tentu saja Brilyan tidak suka. Brilyan tidak ingin kakaknya itu mengambil Rhiana darinya.
Rahang Brilyan mengeras memikirkan kemungkinan negatif jika berurusan dengan kakaknya itu.
"Menjauhlah darinya!"
"Kenapa? Kakakmu orang yang baik," Rhiana membalas dengan polos.
"Pokoknya aku tidak mau kamu berhubungan dengannya." Tekan Brilyan dengan tegas. Rhiana mengangguk patuh. Tentu saja dalam hati Rhiana ingin melihat keributan kakak beradik ini. Pasti menarik, pikirnya.
...
Pesta masih berlangsung. Rhiana yang bosan, memilih mencari udara segar. Tentu saja harus membujuk Brilyan dengan beberapa alasan sehingga diperbolehkan pergi.
Di sinilah Rhiana berada. Balkon lantai dua mansion keluarga Scoth.
SRET!
Rhiana kaget karena seseorang menarik kuat lengannya dan menghempaskan tubuhnya ke tembok.
"Aku belum memberimu pelajaran!" Suara datar Yeandre membuat Rhiana menunduk tidak berani menatapnya.
"Mak... maksud kakak?" Rhiana bertanya dengan gugup.
"Karena kamu, Anna memarahiku." Yeandre kini mencekik leher Rhiana dengan kuat.
"Tapi... akhh... aku tidak melakukan apapun, Kak. Lepaskan aku, Kak. Sakit..." Rhiana menjawab dengan terbata-bata.
"Kamu tidak melakukan apapun, tapi semua ini karena kamu! Aku tidak akan segan menyakitimu!" Ancam Yeandre dengan wajah merah padam.
"Kak... uhuk...uhuk..." Yeandre sudah melepas cekikannya.
"Menjauhlah dariku!"
"Tidak..." Rhiana menggeleng tidak mau.
"Yo... apa ini sifat asli siswa populer dan berprestasi di sekolah kita?" Suara Hann yang tiba-tiba muncul menghentikan Yeandre yang sedang mengangkat tangannya entah ingin melakukan apa.
"Pergilah! Aku akan berurusan dengannya," Hann menyuruh Rhiana pergi dari sana. Dengan senang hati gadis itu pergi dari sana.
BRUK!
Rhiana tidak sengaja menabrak seorang pelayan hingga minuman yang pelayan wanita itu bawa tumpah membasahi keduanya. Tapi baju pelayan itu lebih banyak terkena siram minuman.
"Maaf. Aku bantu bersihkan," Rhiana dengan cepat mengambil sapu tangannya dalam tas dan membantu pelayan itu.
"Tidak apa-apa, Nona. Saya bisa membersihkannya sendiri," Pelayan itu menolak dengan halus.
"Bawa ini dan bersihkan dirimu. Aku pergi." Rhiana lalu bergegas pergi dengan senyum tipis. Dia harus bergegas karena Brilyan sudah mengancamnya melalui pesan singkat.
Pelayan itu tersenyum tipis dan berbalik ke arah dapur.
Baru beberapa langkah, pelayan itu menjadi keringat dingin karena melihat Artya dengan asistennya yang berjalan berlawanan arah dengannya. Saking takutnya, pelayan itu melebarkan langkahnya agar meninggalkan tuan muda tirannya itu.
"Tunggu!" Asisten Artya menahan pelayan itu.
"Ad... ada apa, Tuan?" Tanya pelayan itu takut-takut.
"Sapu tanganmu jatuh,"
Pelayan itu dengan tangan gemetar meraih sapu tangan itu.
"Berikan itu padaku!" Perkataan Artya membuat asistennya menatapnya bingung, tapi dengan patuh memberikan sapu tangan itu.
"Milikmu?" Tanya Artya setelah memastikan sesuatu di sapu tangan itu.
"Sulaman itu..." Komentar asisten Artya setelah menyadari sulaman di pinggiran sapu tangan itu.
Tentu saja tuannya yang gila kebersihan itu bagaimana mungkin mau menyentuh sapu tangan itu jika tidak ada sesuatu yang menarik di sana.
Sulaman di salah satu ujung sapu tangan itu adalah sulaman pedang naga yang dililit oleh bunga ranunculus. Sulaman itu sangat mirip dengan tato yang sedang mereka cari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Rianti Dumai
hadeeuh ada 3 kandidat pangeran tampan,,,jadi bingung nie maw jadi tim succes'a siapa,,😅🤣😂
2024-08-02
0
Ilan Irliana
jan blng yg ngelukis tato itu Artya...hadduuhhh
2023-08-17
0
anggita
blazer abu" rambut hitam. 👌👍
2022-10-17
0