Rhiana masih menatap Yeandre di bawah sana. Melihat pria itu mengoperasikan ponselnya, Rhiana dengan tenang mengambil ponsel miliknya juga. Gadis itu kemudian melakukan beberapa hal dengan ponselnya.
Rhiana lalu mendekatkan ponselnya ke telinganya sambil menatap Yeandre yang juga melakukan hal yang sama dengannya.
Apa yang Rhiana lakukan beberapa saat lalu adalah meretas ponsel milik Yeandre. Pria itu baru saja menerima telepon dari seseorang.
"Ada apa, Pa?"
"Kamu rutin meminum obatmu, 'kan?"
"Iya, Pa."
"Baguslah! Apa ada yang aneh dengan tubuhmu selama meminum obatmu?"
"Aku selalu merasa pusing setelah 30 menit aku meminum obatku. Apa aku baik-baik saja, Pa?"
"Itu efek samping obat. Tenang saja! Tandanya obat itu baik untukmu,"
"Aku mengerti, Pa."
"Ya, sudah. Papa akan menutup teleponnya. Jangan lupa untuk menjemput anak Tuan Bima setelah kamu pulang sekolah,"
"Baik, Pa."
Panggilan pun berakhir.
Rhiana yang mendengar percakapan ayah dan anak itu merasa ada yang aneh.
"Aku tidak tahu, jika pria ini selalu meminum obat. Ini benar-benar aneh," Rhiana bergumam dan kembali mengetik sesuatu pada ponselnya mengirim pesan pada seseorang.
Rhiana menghela nafas sebentar, dan kembali menatap wajah termenung Yeandre. Pria itu terlihat berpikir keras. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan, Rhiana sama sekali belum bisa menebaknya. Rhiana masih membutuhkan sedikit waktu untuk memahami seperti apa kepribadian kakak sahabatnya ini.
Tenggelam dalam pikirannya, Rhiana tersadar dan menyipitkan matanya ketika melihat dua orang siswa menghampiri Yeandre dan berbicara dengan pria itu.
"Sial...!" Umpat Rhiana karena melihat gelagat aneh salah satu siswa yang menghampiri Yeandre.
Rhiana lalu menarik masing-masing ikat rambutnya, kemudian menyatukan rambutnya ke atas untuk dikuncir kuda. Kaca mata bulatnya dilepas dan dibuang ke sembarangan arah.
Rhiana kemudian mengambil masker hitam di saku rok seragamnya dan memakainya. Merasa penampilannya sudah aman, Rhiana bergegas keluar dengan cepat.
...
Di posisi Yeandre.
Dua siswa itu menghampirinya untuk menanyakan beberapa hal. Yeandre yang tidak tahu sesuatu akan terjadi padanya, tetap tenang menjawab beberapa pertanyaan dua siswa itu.
SRET!
BUGH!
BUGH!
Sebuah tangan mungil menarik lengan Yeandre ke sisinya dan memberikan dua tendangan pada masing-masing dada dua siswa itu.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Yeandre dengan marah.
Yeandre menatap tajam Rhiana yang sudah menolongnya beberapa saat lalu dari salah satu siswa yang ingin menusuknya diam-diam di saat dia sedang berbicara dengan siswa lainnya.
"Itu..." Yendre tertegun ketika melihat pisau kecil di tangan salah satu siswa tadi yang terjatuh karena tendangan Rhiana. Yeandre kini menatap Rhiana dengan pandangan takjub. Jika saja, gadis misterius ini tidak datang, sudah pasti dia akan masuk rumah sakit karena terluka.
Baru saja Rhiana akan menghampiri dua siswa yang terjatuh itu, suara tembakan membuatnya harus menarik Yendre untuk berlindung.
Dor
Dor
Dor
Dor
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Rhiana pada Yendre yang sepertinya masih syok. Keduanya kini bersembunyi di belakang pohon yang memiliki batang yang cukup besar untuk melindungi mereka dari peluru tembakan entah dari siapa dan dari mana datangnya.
"Aku baik. Tapi siapa mereka?" Tanya Yeandre setelah tersadar.
"Entahlah. Sepertinya mereka ingin kamu mati muda," Rhiana menjawab dengan santai. Gadis itu sedang sibuk menyentuh jam tangannya untuk mengatur waktu.
Setelah mengatur waktu dan meminta beberapa bantuan, Rhiana mengambil pistol berisi jarum bius yang tersimpan di bagian paha kanannya dan bersiap menembak target.
Yeandre awalnya kaget dan bahkan sudah merona karena melihat Rhiana yang dengan tidak tahu malunya menaikkan roknya ke atas. Yeandre berpikir, gadis misterius ini ingin mengambil kesempatan untuk menggodanya. Kenyataannya, gadis misterius di sampingnya ini sedang melindunginya.
Rhiana bisa saja mengurus dua siswa yang menargetkan Yeandre di atap saja, tetapi karena memikirkan beberapa kemungkinan hal buruk akan terjadi pada kakak sahabatnya itu, sehingga Rhiana terpaksa harus mengatasi mereka dari dekat.
Karena tembakan itu juga, sekolah menjadi kacau. Teriakan ketakutan terdengar. Banyak siswa sudah berlarian melindungi diri, membuat Rhiana menghembuskan nafas gusar. Sejak awal Rhiana tidak ingin membuat keributan sehingga dia hanya membawa pistol bius. Nyatanya, pihak lawan membuat semuanya menjadi kacau. Rhiana hanya tidak ingin mereka menyandra para siswa.
"Aku tidak bisa mengakses jaringan di sini. Apa yang sudah terjadi?" Yeandre mengerutkan kening karena tidak ada jaringan sama sekali di ponselnya. Padahal pria itu ingin meminta bantuan ayahnya untuk membawa keamanan.
Mendengar perkataan Yeandre, Rhiana tidak kaget lagi karena ini pasti ulah pihak lawan yang memblokir akses jaringan, agar tidak ada yang akan mengganggu mereka.
"Aku tidak ingin ada sandera satupun. Ingat untuk menjaga semua orang!"
"Kamu sedang menelpon? Kenapa ponselku tidak bisa?" Yeandre heran karena Rhiana bisa menelpon, sedangkan dia tidak bisa.
Rhiana sedang menggunakan fitur khusus di ponselnya untuk melakukan panggilan darurat seperti ini. Ini semua hasil rancangan daddynya. Gadis berusia 15 tahun ini, begitu kagum dengan kemampuan kedua orang tuanya.
"Penembak itu ada di atap gedung perpustakaan. Jangan sampai ketahuan." Rhiana tidak mempedulikan perkataan Yeandre. Gadis itu malah sibuk memberi perintah untuk beberapa pengawal bayangan.
Pistol Rhiana tidak bisa menjangkau sampai ke atap gedung perpustakaan tempat penembak itu berada. Dia hanya bisa menjangkau hingga beberapa meter.
"Karena ponselmu bisa untuk menelpon, sebaiknya hubungi polisi untuk kemari," Yeandre kembali membuka suara. Rhiana hanya membalas dengan gelengan.
Fitur panggilan khusus ini tidak akan pernah Rhiana gunakan untuk menghubungi pihak lain selain keluarga dan beberapa orang kepercayaan mereka. Fitur ini tidak boleh sampai keluar. Pihak lain akan tahu ini panggilan darurat karena memiliki tampilan khusus ketika melakukan panggilan.
"Kenapa?" Yeandre mengerutkan kening bingung.
"YENDRE LAWRENCE... KELUAR SEKARANG JUGA! SERAHKAN DIRIMU, ATAU ANAK INI MATI!"
Sebuah suara bergema karena pengeras suara, membuat Rhiana memijit pelipisnya pusing. Apa yang dia pikirkan terjadi juga.
Rhiana berbalik melihat keadaan di belakang pohon tempatnya dan Yeandre bersembunyi. Sekitar beberapa meter di belakang mereka, tepatnya di lantai 3 balkon gedung kelas IT, seorang pria sedang menyandra siswa lain dengan meletakkan pisau di leher siswa itu.
Di gedung lain, yang berada di sisi kanan dan kiri gedung tempat pihak lawan menyandra, para siswa perempuan histeris melihat seorang siswa disandera.
"Tetap di tempatmu! Biarkan aku yang keluar." Rhiana menahan Yeandre yang ingin beranjak pergi.
"Tidak bisa! Jika aku tidak keluar, siswa itu akan mati. Biarkan aku pergi!" Yeandre menggeleng dan masih ingin pergi.
"Setelah kamu keluar, apa yang akan kamu lakukan?" Rhiana bertanya dengan sebelah alis terangkat.
"Eum... menyerahkan diri! Aku yakin aku akan baik-baik saja. Tim keamanan keluarga Lawrence pasti akan menyelamatkanku,"
Rhiana hanya menggeleng. Keamanan keluarga Lawrence bukan lawan pihak musuh. Keluarga Lawrence meski termasuk keluarga berpengaruh, yang juga menyewah tim keamanan tingkat tinggi dari perusahaan keamanan untuk keluarga mereka, tapi tidak berguna bagi pihak musuh. Kekuatan pihak musuh mungkin setara dengan organisasi Cruel Devil. Entahlah. Rhiana hanya bisa menebak dari pergerakan mereka.
"Dengarkan aku! Tetap di tempatmu! Sandera itu biar aku yang urus," Rhiana berbicara pelan, lalu mengambil pisau kecil di sisi paha kirinya.
"Maaf!" Setelah mengatakan itu, Yeandre lalu mendorong Rhiana agar tidak menghentikannya.
"Pria bodoh itu..." Rhiana bergumam dan segera mengetik sesuatu di ponselnya dan mulai mempersiapkan diri.
...
"Aku di sini. Lepaskan dia!" Yeandre membuka suara dengan teriakan keras tertuju pada pihak musuh dan sandera di balkon lantai 3.
Pihak lawan menyeringai kemudian tiba-tiba dua siswa tadi, kembali menghampiri Yeandre. Keduanya lalu membawa kakak laki-laki Lycoris itu.
"Tidakkah kamu akan melepaskan dia? Aku sudah di tangan kalian," Yeandre berteriak tidak terima, karena sandera belum dilepas, sedangkan dia sudah ditangkap.
"Hahaha... bodoh!" Pihak musuh yang menyandra tertawa mengejek kebodohan Yeandre. Bukan hanya si penyandera, tapi juga sandera ikut tertawa mengejek Yeandre.
Yeandre akhirnya tersadar, ternyata dia ditipu. Sandera ternyata pihak musuh yang berpura-pura menjadi sandera.
Rhiana memang sudah menyadari hal ini. Sejauh ini, orang-orang kepercayaan orang tuanya tidak pernah gagal melakukan tugas mereka. Jika mereka diberi perintah untuk mengamankan keadaan sekitar, maka tempat itu benar-benar akan aman.
Jadi, ketika masih ada sandera, Rhiana tidak yakin itu benar-benar sandera, karena dia yakin dengan kinerja orang-orang kepercayaan kedua orang tuanya. Itulah kenapa Rhiana menyebut Yeandre bodoh.
Rhiana kemudian berdiri, merenggangkan otot tubuhnya bersiap beraksi. Tidak lupa, Rhiana membenarkan letak maskernya.
...
"Benar juga. Masih ada gadis misterius tadi yang melindunginya. Dimana gadis itu?" Tanya salah satu siswa yang menahan tangan kiri Yeandre.
"Benar! Dimana gadis kurang ajar itu? Dia sudah menggagalkan rencana kita," Siswa yang menahan tangan kanan Yeandre menyahut dengan kesal.
"Aku akan menahannya. Kamu cari gadis itu di belakang pohon sana," Siswa di sebelah kanan Yeandre memberi isyarat dengan kepalanya.
Yeandre ikut menatap ke arah pohon. Pria itu sedikit khawatir dengan Rhiana. Dia berharap gadis itu akan baik-baik saja.
"Tidak ada siapapun di sini." Teriak siswa yang mengecek keberadaan Rhiana.
"Sial...! Dimana gadis itu?"
Bugh!
"Aku tidak tahu!" Yeandre menggeleng sekaligus bersyukur karena mereka tidak menemukan gadis misterius itu.
Bugh!
Pukulan kedua kembali mendarat di perut Yeandre.
"Sudahlah. Bawa saja dia. Dia lebih penting,"
Kedua siswa itu lalu membawa Yeandre.
BRUK!
BRUK!
Dua siswa di sisi kanan dan kiri Yeandre tiba-tiba tumbang tanpa tahu apa penyebabnya. Mereka baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terjatuh begitu saja. Tentu saja, itu terjadi karena Rhiana menembak mereka dengan pistol bius miliknya.
"KELUAR KAMU! BERANINYA BERSEMBUNYI?" Teriak pria penyandera tadi dengan marah. Dia tidak menyangka anak buahnya tiba-tiba dijatuhkan begitu saja.
"Mencariku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
💯Fhashyafira✅
hai aku datang membawa like jangan lupa mampir thor semangat up
2022-07-30
1
R.F
5 like hadir. like balik iya
2022-02-21
1
anggita
👌novel anyar.
2022-01-30
0