Pengambilan Poin

Mendengar pertanyaan Artya, salah satu majikan tirannya, pelayan itu tiba-tiba memikirkan sesuatu yang licik di kepalanya. Apa salahnya dia mengakui bahwa dia pemilik sapu tangan itu? Toh tidak ada bukti jika itu milik seorang gadis berkaca mata yang menolongnya tadi.

Pelayan itu sudah bosan bekerja seperti ini. Apa salahnya mengakui dia pemilik sapu tangan itu. Siapa tahu dia beruntung dan diberi imbalan yang mungkin bisa merubah nasibnya. Dengan takut, pelayan itu mengangkat kepalanya dan menatap Artya.

"Itu... itu milik saya, Tuan."

Artya tidak mengatakan apapun. Pria itu hanya menatap asistennya, kemudian berlalu pergi. Pelayan wanita itu awalnya berpikir Artya tidak tertarik, ternyata dia salah. Setelah kepergian Artya, asistennya Felix memintanya ikut bersamanya. Betapa senangnya pelayan itu. Selama mengikuti Felix dari belakang, pelayan itu tidak berhenti tersenyum membayangkan imbalan apa yang akan dia dapatkan.

Sampai di sebuah ruangan, sudah ada Artya yang duduk bersandar di sofa. Felix dan pelayan itu membungkuk hormat.

"Siapa namamu?" Tanya Artya sambil mengambil sarung tangan dalam saku jassnya dan memakainya.

"Sa...saya Lena, Tuan."

"Kamu benar pemilik sapu tangan ini?" Artya bertanya setelah menerima sapu tangan bersulam pedang naga dan bunga ranunculus itu dari Felix.

Artya memperhatikan lagi sulaman di ujung sapu tangan itu. Tidak salah lagi. Sulaman ini sama persis dengan tato yang dia cari.

"Be...benar, Tuan."

"Kamu yang membuat sulaman ini?" Tanya Artya tenang.

"Iya, Tuan."

"Kalau begitu, kamu pasti tahu apa yang kamu sulam di sini,"

Ketenangan Artya tentu saja membuat pelayan wanita berusia 20-an itu berkeringat dingin. Dia tidak menyangka akan diberi banyak pertanyaan seperti ini.

"Itu... pedang dan bunga, Tuan." Jawab Pelayan itu gugup.

"Spesifiknya." Nada suara Artya kini semakin mengintimidasi.

"Itu..."

"Katakan siapa pemilik sapu tangan ini!" Potong Artya tidak sabar. Dia awalnya ingin bermain dulu dengan pelayan ini, nyatanya sangat tidak menyenangkan.

"Itu milik saya, Tuan." Sahut pelayan itu ketakutan.

"Aku tidak akan mengulang perkataanku dua kali! Sepertinya kamu lupa siapa aku." Aura di ruangan itu semakin mencekam. Pelayan itu sudah bermandikan keringat karena takut.

BRUK!

"Ma...maafkan saya, Tuan. Tolong maafkan saya! Itu bukan milik saya. Itu milik seorang gadis yang menolong saya tadi," Pelayan itu menjawab dengan cepat setelah berlutut. Tentu saja dia masih sayang nyawanya. Semua harapannya tadi, sirna begitu saja.

"Bawa dia pergi!" Perintah Arya mutlak. Tentu saja Felix dengan patuh melakukannya.

"Terima kasih banyak, Tuan." Pelayan itu berkali-kali membungkuk berterima kasih karena nyawanya masih aman. Dia tidak tahu saja, bahwa setelah ini, dia akan diintrogasi kemudian namanya tidak akan pernah didengar lagi.

***

Rhiana mengerutkan kening, karena tidak menemukan sapu tangan favoritnya. Yang dia temukan hanya sapu tangan polos yang biasanya dijadikan cadangan olehnya.

"Ada apa?" Tanya Brilyan yang sedang menyetir. Dia dan Rhiana sedang dalam perjalanan pulang.

"Tidak ada." Rhiana menjawab singkat. Gadis itu bary tersadar, ternyata dia salah mengambil sapu tangan dan memberikannya pada pelayan wanita tadi.

Rhiana menghembuskan nafas pelan. Itu sapu tangan favoritnya. Sapu tangan itu hadiah dari almarhum sahabatnya. Karena sang sahabat tahu dia sangat menyukai tato di punggungnya, sehingga sahabatnya itu menyulamnya sendiri untuknya. Itu benda paling berharga dari sahabatnya untuknya.

"Bisakah kita kembali? Aku melupakan sesuatu di rumahmu," Rhiana menggaruk pipinya gugup.

"Apa yang kamu lupakan? Aku akan menyuruh orang mengambilnya," Tentu saja Brilyan sengaja pulang cepat meski pesta belum selesai. Brilyan tidak ingin jakaknya bertindak sesuatu pada Rhiana.

"Aku harus mengambilnya sendiri,"

Brilyan menghela nafas pelan dan mengangguk. Dia sedang menahan diri untuk tidak melarang gadis ini. Brilyan tidak ingin terlalu berlaku tegas dan bahkan mengeluarkan sifat aslinya yang dingin pada gadis ini. Tentu saja dia harus merubah sikapnya menjadi lebih lembut agar gadis ini nyaman bersamanya.

"Kita akan kembali. Tapi jangan menjauh dariku sedikitpun. Tidak boleh melirik ke sana kemari. Kamu hanya perlu melihatku," Brilyan lalu memutar kembali mobil menuju kediaman keluarganya. Rhiana tidak membantah karena tahu maksud pria itu. Dia hanya mengangguk pelan.

Sampai di kediaman keluarga Scoth, Brilyan menggenggam erat tangan Rhiana, seakan takut gadis itu akan diambil.

"Dimana kamu melupakan barangmu?" Brilyan bertanya di saat keduanya melewati beberapa tamu.

"Aku salah memberikan sapu tangan milikku pada seorang pelayan,"

Brilyan tanpa bertanya sudah mengerti maksud Rhiana. Sapu tangan itu tentu pasti berharga. Brilyan kemudian membawa Rhiana menuju dapur untuk mencari pelayan itu. Nyatanya pelayan itu tidak ada.

"Berikan daftar semua pelayan di sini!" Perintah Brilyan pada kepala pelayan keluarganya.

"Ini, Tuan."

Brilyan lalu memberikan daftar identitas umum para pelayan keluarganya pada Rhiana.

"Ini dia, Paman." Rhiana menunjuk foto pelayan wanita bernama Lena itu pada kepala pelayan.

"Oh, namanya Lena. Ada yang melihatnya?" Tanya kepala pelayan pada pelayan lainnya.

"Saya melihatnya mengikuti asisten tuan muda pertama beberapa saat lalu, Tuan." Seorang pelayan menjawab karena sempat melihat tadi.

"Apa yang kakak inginkan dengan pelayan itu?" Tanya Brilyan dalam hati.

"Tuan Muda pertama? Pria penggila kebersihan itu?" Ujar Rhiana dalam hati.

"Bawa dia padaku. Sekarang!" Brilyan menyuruh dengan datar. Setelah itu, Brilyan membawa Rhiana untuk duduk di meja yang disiapkan di sana.

"Maaf, Tuan muda kedua. Kata pengawal tuan muda pertama, pelayan itu sudah kembali," Kepala pelayan melapor setelah kembali.

"Jika Lena sudah kembali, pasti dia akan langsung ke sini. Dia juga tidak mungkin ke mana-mana karena kami semua tinggal di sini. Lena tidak punya kerabat di luar sana, Tuan." Kepala pelayan kembali berbicara.

Brilyan mengerutkan kening. Tentu saja dia tahu pelayan itu tidak terlihat karena pasti ulah kakaknya. Mungkin pelayan itu membuat kesalahan sehingga diberi hukuman oleh kakaknya itu.

Sudah menjadi cerita umum di keluarga Scoth, jika kakaknya itu akan menghilangkan siapapun yang berani mengusiknya. Apalagi kakaknya itu seorang penggila kebersihan. Jadi, tidak sembarang orang berada di sisinya.

"Pelayan itu mungkin sudah dibunuh oleh kakakku," Brilyan memberitahu Rhiana dengan pelan.

Rhiana menghembuskan nafas pelan sebagai formalitas kekecewaannya. Dia akan mencari sapu tangan itu dengan caranya sendiri.

"Katakan spesifik sapu tangan itu. Aku akan membuat sama persis dengan itu," Brilyan berusaha menghibur Rhiana.

"Tidak usah. Mungkin aku tidak berjodoh dengan sapu tangan itu lagi," Rhiana tentu saja tidak serius. Dia akan mencari sendiri sapu tangan itu.

Keduanya lalu kembali.

...

Di ruang pribadi Artya.

"Ciri-ciri gadis pemilik sapu tangan itu sama persis dengan kekasih Tuan Brilyan, Tuan." Felix melapor setelah mengintrogasi pelayan wanita bernama Lena itu.

"Selidiki!" Satu kata dari Artya segera dilaksanakan oleh Felix.

"Maafkan aku adikku. Sepertinya aku harus merebut gadis kecil itu untukku," Gumam Artya sambil memainkan mulut gelas wine miliknya.

Seringai tipis terlihat di bibir Artya mengingat perubahan ekspresi Rhiana yang begitu cepat. Jika Rhiana adalah gadis yang dia cari selama ini, maka Artya tidak akan melepaskan gadis itu. Dia akan membawa gadis itu ke sisinya dengan cara apapun.

***

Hari ini kelas Rhiana ada jam olahraga. Semua siswa diminta ke lapangan setelah mengganti pakaian mereka. Hari ini akan ada pengambilan poin untuk dua jenis olahraga. Diantaranya, basket dan takewondo.

Rhiana kini berjalan bersama Brilyan menuju lapangan. Sebelumnya, Brilyan menunggu di pintu ruang ganti khusus wanita membuat Rhiana terpaksa pergi bersama pria itu. Rhiana juga menyadari tatapan tidak suka para siswi padanya. Tentu saja mereka iri karena pria populer seperti Brilyan selalu bersamanya.

Sampai di lapangan, mereka diminta berbaris. Mereka juga dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Rhiana juga menyadari seringai beberapa siswi. Rhiana bisa menebak, mereka pasti akan merencanakan sesuatu padanya.

"Selamat pagi, semuanya! Hari ini akan ada pengambilan poin sebelum mengikuti ujian minggu depan. Pengambilan poin hari ini basket dan takewondo. Pengambilan poin yang pertama yaitu basket. Silahkan bentuk tim untuk laki-laki dan perempuan." Guru olahraga pria berusia 40-an membuka suara setelah semua siswa sudah hadir.

Semua siswa dengan patuh membentuk tim. Ada beberapa siswa perempuan saling mengangguk dan membentuk tim bersama Rhiana. Setelah semua tim siap, guru olahraga itu memulai permainan basket dengan dua tim putra lebih dulu. Untuk tim putri akan menjadi penonton sementara.

Permainan berlangsung. Sorak-sorai para siswi membuat telinga Rhiana sakit. Mereka berteriak layaknya sedang menonton pertandingan sungguhan. Tentu saja mereka begitu heboh, karena ada Brilyan yang sangat tampan dengan pakaian olahraganya. Belum lagi keringat pria itu yang membasahi tubuhnya, semakin membuat para siswi heboh.

Rhiana hanya menguap malas. Rhiana tidak memperhatikan permainan di depannya. Gadis kecil itu sibuk melihat ponselnya yang bertuliskan hasil penyelidikan orang-orang kepercayaannya. Rhiana harus melakukan penyelidikan untuk mencari sapu tangan miliknya.

Tindakan tidak peduli Rhiana membuat Brilyan tidak senang. Padahal pria itu ingin memperlihatkan pesonanya pada gadis itu, nyatanya yang dia dapatkan tidak seperti perkiraannya. Brilyan menghembuskan nafas pelan dan dengan cepat mengakhiri permainan.

SRET!

Rhiana tersadar, karena Brilyan menarik botol minum di tangannya dan meminumnya hingga habis. Padahal itu sisanya. Rhiana hanya berdecak dalam hati dan menatap polos Brilyan yang terlihat tidak senang.

"Kenapa tidak memperhatikanku bermain?" Brilyan bertanya setelah mendaratkan bokongnya di samping Rhiana.

"Jangan bilang dia tidak senang karena aku tidak melihatnya bermain. Tapi, itu tidak mungkin." Rhiana mengenyah pikirannya merasa tidak mungkin.

"Aku merasa tidak enak badan," Alibi Rhiana malas berdebat.

"Aku antar ke UKS." Sahut Brilyan cepat.

"Aku tidak apa-apa. Aku harus mengambil poin. Poinku sudah berkurang," Rhiana dengan cepat berdiri karena dipanggil untuk bermain. Tentu saja dia harus menghindari Brilyan.

Brilyan mengusap wajahnya yang basah dengan handuk kecil sambil memperhatikan Rhiana dengan tajam.

"Keras kepala,"

...

Rhiana sudah bersiap di lapangan. Suara peluit menandakan permainan dimulai.

BRUK!

Seseorang menubruk Rhiana dengan kuat, hingga gadis itu jatuh dengan lutut membentur lapangan bersemen itu. Padahal permainan baru dimulai, tetapi tim lawan sudah bergerak. Rhiana masih tenang. Dia hanya tersenyum tipis dan mulai berdiri.

BRUK!

Kali ini kaki Rhiana yang dicekal hingga gadis itu kembali terjatuh. Tapi tidak sakit, karena Rhiana sudah menahan tubuhnya.

Brilyan yang duduk di kursi penonton terlihat tidak senang.

"Apa yang kalian lakukan? Masukan bolanya!" Guru olahraga berteriak marah karena bola sudah beberapa menit ini tidak masuk ke dalam ring. Mereka justru bermain-main ke sana kemari membuat salah satu siswi jatuh.

Karena teriakan itu, mereka mulai bermain dengan serius. Tapi kali ini bola tidak sedikitpun dioper pada Rhiana.

Rhiana tersenyum dan membenarkan kaca matanya.

"Mari bermain serius," Gumamnya dan mulai berlari menghampiri salah satu siswi tim lawan dan merebut bola.

SRET!

Bola berhasil diambil. Rhiana tidak mengoper bola pada teman setimnya. Gadis itu bermain sendiri.

Tuk

Rhiana berhasil mencetak poin. Tentu saja timnya dan tim lawan syok. Brilyan di luar lapangan tertegun. Dia tidak menyangka, Rhiana jago bermain basket. Senyum bangga terukir di bibirnya.

Tuk

Tuk

Tuk

Rhiana terus mencetak angka membuat teman setimnya maupun tim lawan menggeram marah. Mereka tidak menyangka Rhiana bisa bermain sebagus ini. Rencana mereka untuk mempermalukan Rhiana gagal.

Guru olahraga yang melihat Rhiana hanya bermain sendiri, ingin meniup peluit dan meminta Rhiana membagi bola, tapi pria 40-an itu mengurungkan niatnya karena permainan Rhiana membuatnya kagum. Akhirnya dia membiarkan saja. Guru olahraga itu ingin melihat lebih jauh skill yang muridnya itu punya.

"Ubah rencana," Bisik seorang gadis pada teman-temannya. Mereka kemudian saling mengangguk dan memulai rencana kedua.

Rhiana menaikan sebelah alisnya melihat mereka berbisik dan memberi kode.

SRET!

KRAK!

Seseorang menabrak Rhiana dengan sengaja membuat kaca matanya jatuh. Tidak sampai di situ, seorang lagi dengan cepat menginjak kaca matanya. Mereka berpikir, dengan penglihatannya kabur, Rhiana tidak akan mencetak poin.

Rhiana yang menyadari rencana mereka tersenyum tipis.

"Baik. Aku beri kalian kesempatan," Ujarnya dalam hati.

Rhiana berpura-pura tidak bisa melihat dengan jelas. Tim lawan maupun timnya sendiri tersenyum senang karena rencana mereka berhasil. Brilyan di kursi penonton mengepalkan tangannya emosi.

Tuk

Tuk

Tuk

Tim lawan sudah mencetak 3 poin berturut-turut. Mereka bertos ria karena senang. Rhiana tetap tenang. Dia sedang menunggu kesempatan. Dan akhirnya kesempatan itu datang.

Melihat seseorang ingin menabraknya lagi, Rhiana dengan cepat menghindar membuat siswi itu jatuh.

"Kamu baik-baik saja? Sini aku bantu," Rhiana tersenyum polos dan mengulurkan tangannya. Siswi itu dengan ragu menyambut tangan Rhiana.

"Masih baik aku menghindar. Bagaimana jika aku melawan balik?" Bisikan Rhiana membuat siswi itu tertegun.

Rhiana lalu menghampiri lawan dan merebut bola. Rihan kemudian mengoper bola pada teman setimnya. Setelah itu, Rhiana berlari ke arah ring kemudian berteriak meminta bolanya dioper. Ternyata teman setimnya itu justru mengoper bola pada teman setimnya yang lain yang lebih jauh dari ring. Rhiana menggeleng. Ternyata mereka masih ingin mempermainkannya.

"Kesempatan yang aku berikan hanya sekali. Mari akhiri ini," Gumam Rhiana tenang.

Rhiana tidak lagi mengoper bola. Dia bermain sendiri setelah merebut bola dari lawan.

Tuk

Tuk

Tuk

Rhiana kembali mencetak poin berturut-turut sekaligus mengakhiri permainan. Tepuk tangan para siswa karena permainan Rhiana yang hebat. Tentu saja tepuk tangan dan tatapan kagum para siswa membuat wajah Brilyan menggelap.

Brilyan dengan cepat menghampiri Rhiana dan memberikan handuk dan sebotol air mineral.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Brilyan khawatir. Tentu saja Brilyan masih mengingat jelas lutut Rhiana yang terbentur tadi.

"Ya," Rhiana menjawab setelah menerima handuk kecil dan mengelap keringatnya.

Karena kaca matanya tidak ada, wajah Rhiana sedikit terlihat jelas. Itu membuat tampilannya cantik dan seksi akibat keringat di bagian lehernya yang putih. Apalagi anak rambutnya yang tidak beraturan.

SYUT!

Brilyan yang tidak tahan dengan tatapan para lebah, dengan cepat melempar handuk menutupi kepala Rhiana. Rhiana hanya menaikkan sebelah alisnya tidak peduli.

"Saya sudah mendapat poin untuk setiap orang. Ada juga beberapa orang yang poinnya lebih tinggi dari yang lain. Itu karena permainan mereka menarik perhatian saya. Saya senang karena bisa menemukan bakat baru pada kalian. Kita akan lanjut ke olahraga berikutnya. Setelah itu, semua poin akan dikumpulkan untuk hasil akhir." Guru olahraga bernama Pak Laken itu berbicara lagi.

Semua siswa mengganguk patuh. Beberapa siswi mulai merencanakan hal buruk lagi pada Rhiana di permainan berikutnya.

...

Pengambilan poin yang berikutnya adalah takewondo. Sebelum itu, mereka diminta mengganti pakaian masing-masing.

Guru Laken memberikan dua gelas berisi gulungan kecil kertas undian untuk siswa dan siswi. Mereka diminta mengambil masing-masing satu untuk mencari lawan tanding mereka.

Rhiana mendapat undian nomor 6. Entah siapa lawannya, Rhiana tidak peduli.

Pertandingan pun dimulai.

Mereka bertanding berselang seling. Undian ganjil untuk siswa, sedangkan undian genap untuk siswi.

Rhiana kali ini sedikit memperhatikan teman-temannya. Ada beberapa orang yang sepertinya sudah sabuk hijau. Sabuk biru hanya beberapa saja. Itu semua kebanyakan adalah laki-laki. Untuk perempuan tentu saja bisa dihitung dengan jari untuk sabuk hijau. Sebagian sabuk putih. Kebanyakan sama sekali belum ahli dalam takewondo.

Rhiana terus memperhatikan gerakan mereka. Hanya melihat gerakan mereka, Rhiana tentu tahu tingkatan sabuk takewondo yang mereka miliki. Sampai pada Brilyan, Rhiana cukup kagum karena pria itu sudah tergolong sabuk hitam tapi tingkatan Dan III.

Rhiana sendiri sudah sabuk hitam tingkatan Dan VI.

Note :

Tingkatan sabuk takewondo :

Sabuk Berwarna :

• Sabuk Putih

• Sabuk Kuning

• Sabuk Kuning strip Hijau

• Sabuk Hijau

• Sabuk Hijau strip Biru

• Sabuk Biru

• Sabuk Biru strip Merah

• Sabuk Merah

• Sabuk Merah strip Hitam 1

• Sabuk Merah strip Hitam 2

Sabuk Hitam :

Sabuk hitam adalah tingkatan tertinggi dalam taekwondo. Sabuk Hitam memiliki tahapan dari Dan I hingga Dan IX.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

sabuk hitam.. 👊👊👊

2022-10-17

0

Machan

Machan

semangat rhiana. dah sabuk hitam dah jago dong ya

2022-02-27

0

Sidart Nigam

Sidart Nigam

Thorrrr lanjut keren pokoknya bagus bangat dipanjanin dikit yah thorrr pokoknya thor the dhe best deh pkoknya

Semangat thorrrr

Baru kali ini lo aku tertarik sama novel
Pokoknya semangat dehh

2022-02-20

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Misi
3 Sekolah Baru
4 Brilyan Scoth
5 Mencariku?
6 Kamu tidak ingin mengundangku masuk?
7 Restaurant
8 Balapan
9 Bagus sekali! Aku menunggumu, dan Kamu Menggoda Pria Lain?
10 Menyusup
11 Brilyan Vs Hann
12 Kakak Brilyan
13 Pengambilan Poin
14 Akhir Pengambilan Poin
15 New York
16 Siaran Langsung
17 Pikiran Dangkal
18 Brilyan Vs Axtton
19 Tuduhan
20 Kembalikan Ponselku!
21 Sama Sekali Tidak Menghibur
22 Aku akan tidur sebentar, temani aku!
23 Rusia dan Olimpiade
24 Pertandingan (Prancis Vs Rusia)
25 Rhiana Vs Marie
26 Pentagon
27 Pelelangan
28 Keributan
29 Final Takewondo
30 Pemanasan
31 Olimpiade Basket
32 Olimpiade Basket 2
33 BOM
34 Menjinakkan Bom
35 Ledakan
36 Gadis Malaikat
37 Apa itu sangat enak?
38 Merasa Dirugikan
39 Turun Gunung
40 Menjenguk Dion
41 Bertemu Teman Mommy
42 Hukuman
43 Foto Bersama
44 Alun-alun Kota
45 Dibawa Pergi
46 Tunggu Hukumanmu
47 Bandara
48 Insiden
49 Nyamuk Pengganggu
50 Dijodohkan Netizen
51 Bikin Khawatir Saja
52 Room 11
53 Rubah Tua Bau Tanah Berulah
54 Ciuman Pertamaku!
55 Si Penggila Kebersihan Benar-benar, ya.
56 Bangunan Tua
57 Jadi, Annalisha...
58 Tameng
59 Ruang Operasi
60 Ruang Rawat
61 Artya Galau
62 Aku Akan Membuatmu Hanya Melihatku!
63 Guru Baru
64 Serum X dan Si Putri Mahkota
65 Ayo! Belajar Bersama Rhiana
66 Sejarah Keluarga Scoth
67 Untuk Serigala Kecilku
68 Saudari Angkat
69 Keluarga Scoth
70 BAB 70
71 Brilyan Menang Banyak
72 Universitas AX
73 Membasmi Serangga
74 Star's Sport
75 Rhiana VS Liloyd
76 Aksi Idola Para Pecinta Basket
77 Insiden II
78 Ketahuan
79 Bab 79
80 Ditusuk
81 Semoga Rhiana baik-baik saja!
82 Kebakaran
83 Psikopat Gila
84 Siapa orang itu?
85 Tersiksa
86 Kepergian Rhiana untuk selamanya?
87 Balas Dendam Pertama
88 Desa M
89 Kehidupan di Desa M
90 Berburu
91 Ketahuan
92 Menyusup
93 Keadaan Sienna
94 Steven Belajar Berburu.
95 Lanjut Balas Dendam
96 Fakta Desa M
97 Fakta Desa M ~ Part 2
98 Rencana Penghancuran Desa
99 Rencana Pelarian
100 Rencana Pelarian - Part 2
101 Penyergapan
102 Akhirnya
103 Kehidupan di Kenya
104 Secercah Harapan
105 BAB 105
106 RV Bank
107 BAB 107
108 Penyusup
109 Ketahuan
110 No caption
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Prolog
2
Misi
3
Sekolah Baru
4
Brilyan Scoth
5
Mencariku?
6
Kamu tidak ingin mengundangku masuk?
7
Restaurant
8
Balapan
9
Bagus sekali! Aku menunggumu, dan Kamu Menggoda Pria Lain?
10
Menyusup
11
Brilyan Vs Hann
12
Kakak Brilyan
13
Pengambilan Poin
14
Akhir Pengambilan Poin
15
New York
16
Siaran Langsung
17
Pikiran Dangkal
18
Brilyan Vs Axtton
19
Tuduhan
20
Kembalikan Ponselku!
21
Sama Sekali Tidak Menghibur
22
Aku akan tidur sebentar, temani aku!
23
Rusia dan Olimpiade
24
Pertandingan (Prancis Vs Rusia)
25
Rhiana Vs Marie
26
Pentagon
27
Pelelangan
28
Keributan
29
Final Takewondo
30
Pemanasan
31
Olimpiade Basket
32
Olimpiade Basket 2
33
BOM
34
Menjinakkan Bom
35
Ledakan
36
Gadis Malaikat
37
Apa itu sangat enak?
38
Merasa Dirugikan
39
Turun Gunung
40
Menjenguk Dion
41
Bertemu Teman Mommy
42
Hukuman
43
Foto Bersama
44
Alun-alun Kota
45
Dibawa Pergi
46
Tunggu Hukumanmu
47
Bandara
48
Insiden
49
Nyamuk Pengganggu
50
Dijodohkan Netizen
51
Bikin Khawatir Saja
52
Room 11
53
Rubah Tua Bau Tanah Berulah
54
Ciuman Pertamaku!
55
Si Penggila Kebersihan Benar-benar, ya.
56
Bangunan Tua
57
Jadi, Annalisha...
58
Tameng
59
Ruang Operasi
60
Ruang Rawat
61
Artya Galau
62
Aku Akan Membuatmu Hanya Melihatku!
63
Guru Baru
64
Serum X dan Si Putri Mahkota
65
Ayo! Belajar Bersama Rhiana
66
Sejarah Keluarga Scoth
67
Untuk Serigala Kecilku
68
Saudari Angkat
69
Keluarga Scoth
70
BAB 70
71
Brilyan Menang Banyak
72
Universitas AX
73
Membasmi Serangga
74
Star's Sport
75
Rhiana VS Liloyd
76
Aksi Idola Para Pecinta Basket
77
Insiden II
78
Ketahuan
79
Bab 79
80
Ditusuk
81
Semoga Rhiana baik-baik saja!
82
Kebakaran
83
Psikopat Gila
84
Siapa orang itu?
85
Tersiksa
86
Kepergian Rhiana untuk selamanya?
87
Balas Dendam Pertama
88
Desa M
89
Kehidupan di Desa M
90
Berburu
91
Ketahuan
92
Menyusup
93
Keadaan Sienna
94
Steven Belajar Berburu.
95
Lanjut Balas Dendam
96
Fakta Desa M
97
Fakta Desa M ~ Part 2
98
Rencana Penghancuran Desa
99
Rencana Pelarian
100
Rencana Pelarian - Part 2
101
Penyergapan
102
Akhirnya
103
Kehidupan di Kenya
104
Secercah Harapan
105
BAB 105
106
RV Bank
107
BAB 107
108
Penyusup
109
Ketahuan
110
No caption

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!